30.11.22

TPS RANDU ALAS-LEBIH PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN

 Kunjungan ke TPS Randu Alas sebagai Bentuk Sosialisasi Kepedulian Terhadap Lingkungan

Psikologi Lingkungan - Laporan Kunjungan

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA

Oleh :

Qoyyimah Sofiati / 21310410036

Permasalahan sampah sudah menjadi masalah global, khususnya di Indonesia. Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak diingkan karena tidak berguna lagi. Sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga maupun dari kegiatan industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin banyak volume sampah yang dihasilkan. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang menyetor volume timbulan sampah. 

Sampah khususnya di Yogyakarta masih belum mendapat penanganan yang baik, salah satu yang menjadi persoalan adalah karena masih sangat kurang kesadaran warga dalam pengolahan sampah sehingga menjadi PR besar pada pengelola sampah untuk mengedukasi kepada warga. Kegiatan kunjungan mahasiswa Psikologi Univ. Proklamasi 45 Yogyakarta ini menjadi salah satu bentuk sosialisasi kepada warga agar bisa menularkan kepada warga lainnya karena selama ini Yogyakarta itu sendiri Tempat Pembuangan Akhirnya (TPA) sudah overload / over kapasitas. Hal ini dikarenakan beberapa TPA seperti Sleman, Bantul, dan daerah Yogyakarta lainnya menjadi satu di TPA Piyungan. Tempat Pengelolaan Sampah itu sendiri ialah proses pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, daur ulang atau pembuangan dari material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan.

Tentu ini merupakan kendala besar bagi pemerintah apalagi warga mengeluhkan karena tidak bisa membuang sampah lagi di TPA. Dampaknya adalah banyak tumpukan sampah dipinggir-pinggir jalan dan menjadi sesuatu yang lazim, menjadi sebuah pemandangan yang sangat tidak mengenakkan apalagi Yogyakarta adalah Kota Pariwisata dan juga Kota Pendidikan. Pemerintah pun berusaha membentuk suatu TPS yang dikelola oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagian masyarakat yang peduli dengan masalah sampah dimana mereka membentuk suatu komunitas untuk mengatasi masalah sampah yang ada lingkungan sekitar.

Senin, 28 November 2022, mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta melakukan kunjungan ke Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) Randu Alas yang berlokasi di Jalan Kaliurang, Yogyakarta. TPS Randu Alas itu sendiri awalnya menjadi tempat pembuangan sampah liar, banyak menumpuk sehingga membuat warga sekitar merasa prihatin. Bapak Mujono, selaku wakil ketua dari TPS Randu Alas mengatakan bahwa awalnya melakukan pengajuan bantuan kepada Dinas Lingkungan Hidup untuk membuat tempat pengelolaan sampah. Pada tahun 2016 bulan Februari, TPS Randu Alas launching. TPS Randu Alas menjadi tumpuan atau harapan dari pemerintah untuk mengolah sampah dilingkungan tersebut. Atas konsistensinya, TPS Randu Alas telah beroperasi selama 6 tahun.

Sistem pengoperasian di TPS Randu Alas adalah mengambil sampah dari pelanggan-pelanggan. Pengambilan ke pelanggan dilakukan dalam seminggu dua kali. Pengambilan sampah dilakukan setiap hari namun rotasinya berbeda-beda. Setelah sampah diambil dari pelanggan, nanti sampahnya dipilah-pilah jenisnya. Sampahnya dibagi menjadi dua yaitu sampah anorganik dan sampah organik. Sampah organik adalah sampah buatan pabrik yang bisa diolah kembali seperti kertas, plastik, logam, dll. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah daun-daun, sisa makanan. TPS Randu Alas menggunakan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle).

Kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan di TPS Randu Alas, yaitu:

a.  Pembuatan kompos di TPS Randu Alas menggunakan tiga sistem, yaitu indore, takakura, dan bata berongga, tujuannya adalah untuk memecah gas metan yang terbentuk oleh kompos. Masa pengomposan itu kurang lebih 40 hari dan dalam perfrementasikan kompos menggunakan bakteri yang membantu untuk penguraian atau mempercepat pembusukan dari kompos. Dari TPS Randu Alas memiliki bakteri produk sendiri, seperti MOL (Mikroorganisme Loka), Eco Enzyme, FoZ, dan Eco Lindi.

 b. Magot, bisa digunakan untuk pelet dan juga dikeringkan untuk menjadi pakan unggas. Di TPS sendiri magot diperuntukkan untuk pakan lele dan ayam. Kala panennya banyak, magot dikeringkan untuk dititipkan di toko-toko pakan.

  c. Memfermentasikan limbah buah dengan menggunakan alat sederhana untuk menjadi pupuk organik cair atau menjadi bahan FoZ. Buah tersebut dijadikan sebuah produk pupuk padat dan juga pupuk cair. Di dalam buah banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Pupuk dari buah selalu diaplikasikann ke lapangan.

Sampah bisa menjadi berkah namun juga menjadi musibah apabila tidak bisa cara menanganinya. Apalagi sampah plastik yang membutuhkan waktu 30 tahun untuk terurai. Hal ini tentu menjadi PR juga untuk generasi penerus bahwa sampah sangat menjadi beban lingkungan dan diharapkan generasi bisa memberikan inovasi untuk bisa mendaur ulang, memanfaatkan kembali plastik-plastik yang sudah diproduksi pabrik-pabrik. Selain itu, perlu juga untuk menjaga konsistensi dalam melakukan edukasi kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap masalah sampah dengan melibatkan tokoh agama ataupun tokoh masyarakat karena masalah sampah adalah masalah bersama. Dari kunjungan ini, diharapkan kepada kita semua untuk lebih memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan sekitar.

0 komentar:

Posting Komentar