Kunjungan ke TPS Randu Alas sebagai Bentuk Sosialisasi Kepedulian Terhadap Lingkungan
Psikologi Lingkungan - Laporan Kunjungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA
Oleh :
Qoyyimah Sofiati / 21310410036
Permasalahan
sampah sudah menjadi masalah global, khususnya di Indonesia. Sampah merupakan
sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak diingkan karena tidak berguna
lagi. Sampah dihasilkan dari aktivitas rumah tangga maupun dari kegiatan
industri. Volume sampah yang dihasilkan berbanding lurus dengan jumlah penduduk
yang ada di Indonesia. Semakin banyak jumlah penduduk akan semakin banyak
volume sampah yang dihasilkan. Yogyakarta merupakan salah satu kota yang
menyetor volume timbulan sampah.
Sampah
khususnya di Yogyakarta masih belum mendapat penanganan yang baik, salah satu
yang menjadi persoalan adalah karena masih sangat kurang kesadaran warga dalam
pengolahan sampah sehingga menjadi PR besar pada pengelola sampah untuk
mengedukasi kepada warga. Kegiatan kunjungan mahasiswa Psikologi Univ.
Proklamasi 45 Yogyakarta ini menjadi salah satu bentuk sosialisasi kepada warga
agar bisa menularkan kepada warga lainnya karena selama ini Yogyakarta itu sendiri
Tempat Pembuangan Akhirnya (TPA) sudah overload / over kapasitas. Hal
ini dikarenakan beberapa TPA seperti Sleman, Bantul, dan daerah Yogyakarta
lainnya menjadi satu di TPA Piyungan.
Tentu ini merupakan kendala besar bagi pemerintah apalagi warga mengeluhkan karena tidak bisa membuang sampah lagi di TPA. Dampaknya adalah banyak tumpukan sampah dipinggir-pinggir jalan dan menjadi sesuatu yang lazim, menjadi sebuah pemandangan yang sangat tidak mengenakkan apalagi Yogyakarta adalah Kota Pariwisata dan juga Kota Pendidikan. Pemerintah pun berusaha membentuk suatu TPS yang dikelola oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Sebagian masyarakat yang peduli dengan masalah sampah dimana mereka membentuk suatu komunitas untuk mengatasi masalah sampah yang ada lingkungan sekitar.
Senin,
28 November 2022, mahasiswa Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
melakukan kunjungan ke Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) Randu Alas yang berlokasi
di Jalan Kaliurang, Yogyakarta. TPS Randu Alas itu sendiri awalnya menjadi
tempat pembuangan sampah liar, banyak menumpuk sehingga membuat warga sekitar
merasa prihatin. Bapak Mujono, selaku wakil ketua dari TPS Randu Alas mengatakan
bahwa awalnya melakukan pengajuan bantuan kepada Dinas Lingkungan Hidup untuk
membuat tempat pengelolaan sampah. Pada tahun 2016 bulan Februari, TPS Randu
Alas launching. TPS Randu Alas menjadi tumpuan atau harapan dari
pemerintah untuk mengolah sampah dilingkungan tersebut. Atas konsistensinya, TPS
Randu Alas telah beroperasi selama 6 tahun.
Sistem
pengoperasian di TPS Randu Alas adalah mengambil sampah dari
pelanggan-pelanggan. Pengambilan ke pelanggan dilakukan dalam seminggu dua
kali. Pengambilan sampah dilakukan setiap hari namun rotasinya berbeda-beda. Setelah
sampah diambil dari pelanggan, nanti sampahnya dipilah-pilah jenisnya. Sampahnya
dibagi menjadi dua yaitu sampah anorganik dan sampah organik. Sampah organik adalah
sampah buatan pabrik yang bisa diolah kembali seperti kertas, plastik, logam,
dll. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah daun-daun, sisa makanan. TPS
Randu Alas menggunakan sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle).
Kegiatan
pengolahan sampah yang dilakukan di TPS Randu Alas, yaitu:
a. Pembuatan
kompos di TPS Randu Alas menggunakan tiga sistem, yaitu indore, takakura,
dan bata berongga, tujuannya adalah untuk memecah gas metan yang terbentuk oleh
kompos. Masa pengomposan itu kurang lebih 40 hari dan dalam perfrementasikan
kompos menggunakan bakteri yang membantu untuk penguraian atau mempercepat pembusukan
dari kompos. Dari TPS Randu Alas memiliki bakteri produk sendiri, seperti MOL
(Mikroorganisme Loka), Eco Enzyme, FoZ, dan Eco Lindi.
b. Magot,
bisa digunakan untuk pelet dan juga dikeringkan untuk menjadi pakan unggas. Di TPS
sendiri magot diperuntukkan untuk pakan lele dan ayam. Kala panennya banyak, magot dikeringkan untuk dititipkan di toko-toko pakan.
c. Memfermentasikan
limbah buah dengan menggunakan alat sederhana untuk menjadi pupuk organik cair
atau menjadi bahan FoZ. Buah tersebut dijadikan sebuah produk pupuk padat dan
juga pupuk cair. Di dalam buah banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan
tanaman. Pupuk dari buah selalu diaplikasikann ke lapangan.
Sampah bisa menjadi berkah namun juga menjadi musibah apabila tidak bisa cara menanganinya. Apalagi sampah plastik yang membutuhkan waktu 30 tahun untuk terurai. Hal ini tentu menjadi PR juga untuk generasi penerus bahwa sampah sangat menjadi beban lingkungan dan diharapkan generasi bisa memberikan inovasi untuk bisa mendaur ulang, memanfaatkan kembali plastik-plastik yang sudah diproduksi pabrik-pabrik. Selain itu, perlu juga untuk menjaga konsistensi dalam melakukan edukasi kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap masalah sampah dengan melibatkan tokoh agama ataupun tokoh masyarakat karena masalah sampah adalah masalah bersama. Dari kunjungan ini, diharapkan kepada kita semua untuk lebih memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan sekitar.
0 komentar:
Posting Komentar