11.11.22

Budaya Patriarki Menghambat Terciptanya Peran Seorang Ibu yang Inspiratif bagi Anak

Essay Ujian Tengah Semester Psikologi Inovasi

Dosen pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.

Oleh: Ahmad Ghozali (19310410031)





Pendidikan sering kali hanya diartikan sebagai kegiatan belajar di sekolah. Hal tersebut tidaklah sepenuhnya salah, karena kegiatan belajar di sekolah merupakan bagian dari pendidikan tersebut. Namun, sebenarnya pendidikan lebih luas daripada itu. Pendidikan adalah proses belajar dan berkembang dari lahir hingga meninggal.    Menurut H. Horne (dalam Retno 2012), pendidikan adalah proses yang terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi (terwujud) dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

Setelah seseorang lahir, pastilah proses pendidikan pada mulanya dimulai dari lingkungan keluarga. Pendidikan di usia kanak-kanak adalah pembelajaran yang penting untuk perkembangannya di usia dewasa. Menurut Sigmund Freud (dalam Saputra 2020), kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan keperibadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Pentingnya pendidikan usia anak juga dijelaskan oleh M. Athiyah al-Abrasy (1990:105-107), bahwa para filosof Islam merasakan betapa pentingnya periode kanak-kanak dalam pendidikan budi pekerti, dan membiasakan anak-anak kepada tingkah laku yang baik sejak kecilnya. Mereka ini semua berpendapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari kecilnya harus mendapat perhatian penuh.

Dalam pendidikan usia kanak-kanak tersebut, pastilah lebih banyak diberikan oleh kedua orangtua anak. Namun, yang lebih banyak memberikan pendidikan kepada anak biasanya adalah pihak perempuan sebagai peran seorang ibu. Karena dalam budaya kita, ayahlah yang sering kali diberi tanggungjawab untuk mencari nafkah, sedangkan seorang ibu diberi tanggungjawab untuk mengurus kepentingan rumah termasuk mengasuh anak. Ibu lah yang mendidik anak untuk belajar pengetahuan baru, juga tentang budi pekerti, seperti misalnya mengajarkan anak untuk makan dengan sendok dan menggunakan tangan kanan.

Oleh karena pentingnya peran ibu dalam perkembangan anak, maka seorang ibu haruslah menjadi seorang yang cerdas dan inspiratif. Menurut KBBI, inspiratif berarti menumbuhkan inspirasi. Seorang ibu harus bisa menjadi inspirasi pagi anak-anaknya. Karena dengan itu, anak akan tergerak hatinya untuk melukukan hal-hal baru yang tentu saja dapat menunjang proses pendidikan seorang anak. 

Namun, untuk menjadi seorang ibu yang inspiratif seringkali terhambat oleh budaya patriarki yang masih melekat di masyarakat kita. Menurut Alfian Rokhmansyah (2016) di bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, patriarki berasal dari kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kegiatan manusia. Laki-laki memiliki peran sebagai kontrol utama di dalam masyarakat, sedangkan perempuan hanya memiliki sedikit pengaruh atau bisa dikatakan tidak memiliki hak pada wilayah-wilayah umum dalam masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, politik, dan psikologi, bahkan termasuk di dalamnya institusi pernikahan. Hal ini menyebabkan perempuan diletakkan pada posisi subordinat atau inferior.

Budaya patriarki yang masih melekat tersebut yang menghambat terciptanya perempuan sebagai ibu yang inspiratif. Di desa-desa sering kali perempuan hanya perlu untu bisa membaca, menlis, dan menghitung lalu setelah itu mereka dinikahkan. Pendidikan yang kurang dapat mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk mendidik anak dan anak menjadi tidak terinspirasi oleh ibunya harena ibunya kurang pencapaian dan hanya ibu rumah tangga biasa.

Oleh sebab itu, budaya patriarki harus dihilangkan hingga perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan dalam pendidikan, sehingga menciptakan perempuan sebagai ibu yang pandai dan inspiratif dalam mendidik anak hingga pada akhirnya menciptakan generasi yang cerdas dan unggul.

 

Daftar Pustaka

Al –Abrasyi, M. A. (Dasar – Dasar Pokok Pendidikan Islam). 1990. Jakarta: Bulan Bintang.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di kbbi.kemdikbud.go.id/entri/inspiratif. Diakses 11       November 2022.

Listyarti, R. (2012). Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan. Kreatif. Jakarta: Esensi.

Rokhmansyah, A. (2016). Pengantar Gender dan Feminisme: Pemahaman. Awal Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Garudhawaca.

Saputra, M. T. (2020). TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL SIGMUND FREUD DAN PSIKOSOSIAL ERIK H. ERIKSON. ResearchGate, 1.







 

 


0 komentar:

Posting Komentar