ESSAY KULIAH LAPANGAN: BELAJAR MENGELOLA SAMPAH DI TPS RANDU ALAS
TPS Randu Alas awalnya terbentuk karena timbulnya
keresahan warga akan pencemaran sampah di lingkungan mereka. Dengan adanya
perasaan tersebut memicu masyarakat untuk berusaha membangun tempat pengelolaan
sampah di lingkungan mereka pada tahun 2015 dan mulai efektif beroperasi pada
tanggal 16 Februari 2016. Sampah yang merupakan hasil kegiatan sehari-hari
manusia atau alam yang sudah tidak dapat digunakan lagi biasanya mereka ambil
dari rumah tangga biasa, rumah usaha ataupun ruang usaha. Dalam pelaksanaan
kegiatannya TPS Randu Alas melakukan pengambilan sampah dalam beberapa tahap
seperti pada hari senin dan kamis, selasa dan jumat serta hari rabu dan sabtu. Pada
awalnya mereka hanya memiliki 30 orang pelanggan namun sekarang sudah hampir
tercatat 300 orang yang menjadi pelanggan mereka yang tersebar di 5 pedukuhan
di daerah Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman.
Dalam pengelolaan sampah mereka menggunakan metode 3R
yaitu reuse (menggunakan kembali), reduce (mengurangi) dan recycle
(mengolah kembali). Selain itu mereka juga menjelaskan bahwa sampah dibagi
menjadi dua. Pertama adalah sampah anorganik seperti plastik, kaca, lampu, dan
lainnya. Kedua, sampah organik seperti sayur, buah, daun dan yang lainnya.
Sebelum melakukan pengolahan sampah mereka melakukan
pengelompokan-pengelompokan sesuai dengan jenis-jenis sampah masing-masing.
Setelah sampah dikelompokkan barulah sampah tersebut di proses agar dapat
bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Untuk sampah daun mereka
mengolah menjadi pupuk kompos. Dalam pemprosesan pupuk kompos mereka
menggunakan sistem withdraw yang bertujuan untuk mengurai gas metan.
Selain itu dalam pembuatan pupuk kompos mereka juga menggunakan bakteri seperti
mal, ekolindi dan eco enzim agar pupuk kompos lebih cepat jadi. Untuk sampah
buah mereka mengolah menjadi eco enzim dengan cara mengiris halus buah lalu
mencampurnya dengan molase dan air sesuai perbandingan 1 : 3 : 10. Selain itu
mereka juga membuat maggot dari lalat tentara hitam (black soldier fly)
dengan cara meletakkan lalat-lalat tersebut di dalam sebuah ruangan khusus yang
diberikan pembatas strimin. Di dalam ruangan strimin tersebut lalat-lalat akan
bertelur dan telur tersebut akan menetas selama 3 sampai 4 hari. Setelah
menetas telur-telur tersebut dipindahkan ke dalam tempat yang terpisah dan
mulai diberikan makanan organik seperti siaa sampah buah-buahan dan
sayur-sayuran. Untuk pemanenannya biasanya pada umur 15-20 hari. Hasil panennya
nanti dijual kepada toko pakan burung atau untuk keperluan pribadi seperti
untuk campuran pakan ayam.
Sedangkan untuk sampah anorganik untuk plastik yang
memiliki nilai ekonomi seperti botol air mineral dipisahkan menjadi satu dan
nanti akan dijual kepada para pengepul. Di antara sampah-sampah tersebut ada
juga jenis sampah residu yang susah untuk diurai atau dihancurkan. TPS Randu
Alas masih mengalami kesulitan dalam penghancuran jenis sampah residu. Hal ini
terjadi karena masih minimnya peralatan untuk mengelola jenis sampah residu
ini. Untuk mengatasi hal tersebut TPS Randu Alas berusaha berkoordinasi dengan
dinas lingkungan hidup kabupaten Sleman untuk mencarikan solusi pada
permasalahan tersebut. Namun begitu hingga saat ini belum ada solusi konkrit
dari dinas lingkungan hidup kabupaten Sleman terkait pemusnahan sampah residu
yang ada di TPS Randu Alas sehingga sampah residu yang berada di sana menjadi
menumpuk dan terbengkalai. TPS Randu Alas membuka kerjasama dengan pihak
manapun terutama dengan pihak akademisi dalam melakukan inovasi-inovasi
pengelolaan sampah menggunakan teknologi sehingga dapat meringankan para
pekerja yang ada di sana dalam mengelola sampah karena jumlah mereka sangat
terbatas.
Keterangan:
Jenis kegiatan: Kuliah lapangan tentang tata cara
pengelolaan sampah.
Hari / tanggal: Sabtu, 26 November 2022.
Pukul: 10.00 - 12.00 wib.
Lokasi: TPA Randu Alas, Candi Karang, Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Jumlah peserta: 6 orang.
0 komentar:
Posting Komentar