“See
what three degrees of global warming looks like”--The Economist
Nama:
Satria Rahman Nasution
NIM:
21310410087
Mata
kuliah Psikologi Lingkungan
Dosen
pengampu: Dr. Dra. Arundati Shinta, MA
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Essay 2
Topik |
Cuaca
ekstrem mengacu
pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca di beberapa wilayah
di dunia |
Sumber |
See what three
degrees of global warming looks like-The Economist https://www.youtube.com/watch?v=uynhvHZUOOo |
Ringkasan |
Sebuah film dokumentari pendek dari channel Youtube The Economist yang berujudul “See what three degrees of global warming looks like” merupakan film yang menyelidiki mengenai pemanasan global ekstrem dan berujung bencana di beberapa wilayah di dunia. Pada film ini akan menunjukan skenario yang akan kita semua hadapi dan ada sebuah tindakan yang lebih drastis diambil untuk menghentikan pembakaran bahan bakar fosil. Pada bagian awal film, ditunjukan beberapa bagian dunia yang penuh efek kehancuran, misalnya: Bangladesh. Di daerah selatan Bangladesh, sungai-sungai meluap diakibatkan oleh hujan lebat dan glester himalaya yang mencair serta mengahanyutkan banyak rumah warga. Dampak dari pemanasan global ini telah mengubah banyak kehidupan di daerah tersebut, dan menjadikan alasan mengapa begitu banyak migran pindah ke kota setiap tahun. Para peniliti mengatakan sejauh ini banyak kota-kota maju telah lolos dengan mudah, tetapi beberapa bagian pedesaan di dunia menderita secara tidak proporsional. Peniliti juga mengatakan puluhan juta orang dalam jangka setahun bisa terlantar karena bencana, diperparah oleh perubahan iklim. Ketika orang tergusur oleh iklim, mereka mungkin pergi ke kota, karena kota adalah tempat yang menarik bagi orang-orang pedesaan. Di
bagian akhir video, para peniliti meyakinkan penonton untuk tetap optimis
dalam meghadapi pemanasan global, dan berharap-harap cemas agar cuaca ekstrem
ini tidak membawa kita semua ke jurang kehancuran. Masayarakat yang cukup
beruntung dapat melarikan diri dari ketidakpastian ini. Sebab, emisi terus meningkat.
Akibatnya, Bumi sekarang 1,1°C lebih hangat daripada di akhir tahun 1800-an.
Dekade terakhir (2011-2020) adalah rekor terpanas. |
Permasalahan |
Yang menjadi permasalahan utama adalah emisi dan menyebabkan perubahan iklim datang dari setiap bagian dunia serta mempengaruhi semua orang, tetapi beberapa negara menghasilkan lebih banyak daripada yang lain. 100 negara dengan emisi terendah menghasilkan 3 persen dari total emisi. 10 negara dengan emisi terbesar menyumbang 68 persen. Kondisi seperti kenaikan permukaan laut dan intrusi air asin
juga telah meningkat ke titik di mana seluruh komunitas harus pindah, dan
kekeringan yang berkepanjangan menempatkan orang pada risiko kelaparan.
Permasalahan ini nantinya di masa depan akan meningkatkan jumlah
“pengungsi iklim”. |
Opini Saya |
Dengan
adanya film dokemuntari ini, kita bisa mulai mempersiapkan sebaik mungkin
untuk menghadapi perubahan iklim yang akan mengacu pada perubahan dalam suhu
dan pola cuaca. Kita juga bisa melihat contoh emisi gas rumah kaca yang
menyebabkan perubahan iklim termasuk karbon dioksida serta metana. Ini semua
berasal dari penggunaan bensin yang digunakan untuk mengendarai mobil atau
batu bara untuk memanaskan gedung. Tetapi,
banyak orang berpikir bahwa kenaikan suhu hanyalah awal dari mulainya
perubahan iklim. Namun, bumi adalah sebuah sistem, di mana semuanya
terhubung, perubahan di satu area juga dapat mempengaruhi perubahan di semua
area lainnya. Konsekuensi dari perubahan iklim saat
ini antara lain, kekeringan hebat, kelangkaan air, kebakaran hebat, naiknya
permukaan laut, banjir, pencairan es kutub, badai dahsyat dan penurunan
keanekaragaman hayati. |
0 komentar:
Posting Komentar