18.10.22

UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI KOMPOS

 

UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI KOMPOS

 

Laporan Kuliah Lapangan Psikologi Lingkungan

Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA

Oleh:

Siti Khasanah (21310410089)

Tiyas Wulandari (21310410108)

 

Fakultas Psikologi 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 


 

          Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari pengomposan secara konvensional atau hasil permentasi yang menggunakan bioaktivator. Sehingga pengomposan yang memerlukan waktu lama dalam perosesnya, bisa dipercepat dengan menggunakan bioaktivator EM4.  Pupuk kompos berasal dari sampah, limbah industi, dan dari bahan organik lainnya. Pupuk kompos adalah pupuk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan merupakan salah satu upaya pengelolaan sampah dan mengurangi volume sampah.

Pembuatan kompos dengan perilaku tanggungjawab tentunya ada hubungannya. Karena membuat kompos merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab kita sebagai manusia yang telah menghasilkan sampah disetiap harinya.

 

 

Cara-cara membuat kompos menurut  film youtube.

Bahan:

1. Cacahan Kayu

2. Tanah 

3. Dedaunan Kering

4. Sampah hijau ( cacahan sampah dapur)

Alat:

1. Composting bag

2. Ember/drum

3. Alat Pengaduk  

4. Sarung tangan dan masker


Langkah membuat kompos:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 

2. Memasukkam laisan pertama, yaitu sampah coklat

3. Memasukkan lapisan kedua, yaitu sampah dapur yang sudah dihaluskan. 

4. Ulangi langkah 2 dan 3 secara bergantian, sampai Composting bag penuh.

5. Apabila kompos terlihat kering maka tambahkan air, carian EM4, atau mikroorganisme lokal.

6.  Apabila kompos terlalu basah maka bisa ditambahkan sampah keringnya.

7. Ketika composing bag penuh, maka tutup dan tempatkan di tempat yang terhindar dari panas dan hujan .

8. Lakukan pengadukan setiap 3-7 hari sekali, untuk menambahkan oksigen dalam kompos.


        Kompos yang sudah matang bisa dipanen setalah 30 hari. Kemudian kompos bisa digunakan sebagai media tanam dirumah. 


 

Laporan kuliah lapangan:

        Pada tanggal 03 Oktober 2022 dan 10 Oktober 2022 telah dilakukan kuliah lapangan matkul psikologi lingkungan, kami melakuakan eksperimen pengolahan pupuk kompos dengan memanfaatkan sampah pekarangan dan sampah dapur. Proses pembuatan pupuk kompos dilaksanakan di rumah dosen pengampu, Arundati Shinta, yang berada di Jalan Kaliurang.

         Alat yang digunakan dalam pembuatan kompos, diantaranya: Gentong, alasan memakai gentong karena lebih efektif dan efisien dalam proses pengomposan. Gentong yeng terbuat dari tanah memiliki pori pori, sehingga cocok digunakan untuk pengomposan. Ember besar untuk mencampur semua bahan. Spatula (untuk mengaduk semua bahan sampai tercampur rata), gayung, kenur (untuk menjahit bantal sekam), pisau, gunting.

Bahan yang digunakan:

·       Daun Pisang: 700 gr

·       Nasi: 100 gr

·       Kulit Semangka: 1.500 gr

·       Daun Kering secukupnya

·       Garam: 2 sendok makan (berfungsi menghalang hama)

·       Dedak: 800 gr (sebagai makanan bakteri)

·       Sekam bakar/arang: 200 gr

·       Serbuk kayu/ grajen: 400 gr

·       Tetes tebu/molase: 3 tutup botol (sebagai makanan bakteri)

·       Pupuk organic cair/ eco enzim

·       Dolomit/Kapur tani (berfungsi untuk menyuburkn tanah)

·       Grajen/serbuk kayu (mengandung lignin berfungsi untuk percepatan pengurian kompos)

·       Tricodherma/Anti jamur: 2 sendok

·       Kulit telur (untuk kalsium)

·       Arang (untuk menetrlisir ph)

·       Bantal sekam untuk menyerap lender

·       Air secukupnya

        Kompos yang telah dibuat dan dimasukkan ke dalam gentong memerlukan waktu selama 14 hari untuk siap dipanen. Waktu yang diperlukan cukup lama karena dalam proses pengomposan bahan yang dicampur membutuhkan waktu untuk bisa terurai secara sempurna. Kompos yang telah dipanen biasanya sebanyak 1,92 kg untuk sekali panen.

 

 

Kesimpulan: 

        Berdasarkan ringkasan dari Youtube dan Hasil kuliah lapangan maka terdapat perbedaan. Pembuatan kompos pada Youtube metode yang digunakan lebih mudah untuk dilakukan. Alat dan bahan yang digunakan juga memanfaatkan bahan yang ada di sekitar rumah sehingga mudah untuk didapatkan. Sedangkan pada kuliah lapangan metode yang digunakan lebih memperhatikan secara detail mulai dari takaran bahan, pemilihan sampah, pemilihan media pengomposan, sampai cara penyimpnan. 

 

Daftar pustaka:

https://youtu.be/39vgpoFMTYM 

 

0 komentar:

Posting Komentar