20.7.22

Sikap positif dari gagasan Machiavelli

 PSIKOLOGI SOSIAL

Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Sosial

Oleh: Ayu Pramesty Dwi Anggraini (21310410102)

Psikologi Kelas Reguler (A)

Semester genap

T.A. 2021/2022

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Essay UJIAN AKHIR PSIKOLOGI SOSIAL

Dosen Pengampu: Dr., Dra. Arundati Shinta MA



Kekuasaan sangat berhubungan erat dengan pemimpin. Kekuasaan yang dimaksudkan yaitu bagaimana kapasitas satu pihak (agen) untuk memengaruhi pihak lain (Target). Seperti yang dikatakan oleh, Kenneth Blanchard: “Saat ini, kunci dari kepemimpinan yang sukses adalah pengaruh, bukan wewenang.” Ia menyebutkan bahwa pengaruh merupakan kunci sukses sebuah kepemimpinan. Memang benar. Apabila seseorang ingin menjadi pemimpin yang hebat, berusahalah menjadi pemimpin yang memiliki pengaruh yang besar bagi anggota.¹


Persoalan yang biasanya berkaitan erat dengan kekuasaan adalah seorang pemimpin yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan atau bersikap curang pun akan dilakukan demi kekuasaan untuk menjamin organisasinya. Penguasa bisa melakukan apapun untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaannya. Bahkan dengan cara yang kejam dan licik pun, itu bisa mereka lakukan. Mereka juga akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, namun tetap saja, jika mereka melakukannya dengan cara-cara ‘kotor’ maka mereka tidak akan pernah mendapat kemuliaan dari perbuatannya. Apakah sikap seorang pimpinan tersebut adalah hal yang wajar untuk memiliki kekuasaan. Idealnya seorang pemimpin perlu sikap tegas untuk mengatur sebuah organisasi, sosok pemimpin yang baik akan memberikan arahan kepada anggota untuk menjadikan organisasi yang baik, bermartabat, dan menguntungkan banyak pihak. 

Jadi pertanyaan yang perlu dijawab sikap tepat pemimpin untuk menjalankan kekuasaan dengan melihat hal positif dari gagasan Machiavelli. Hal ini penting dibahas supaya bisa mencegah tindak kecurangan yang dilakukan pemimpin untuk menjalankan kekuasaan yang ia dapat. Juga untuk menguntungkan banyak pihak dari hilangnya tindak curang di sebuah organisasi, pihak yang diuntungkan juga termasuk pimpinan itu sendiri. Dan menjadi pemimpin yang memiliki sikap yang baik.

“… in seizing a state, the usurper ought to examine closely into all those injuries which it is necessary for him to inflict, and to do them all at one stroke so as not to have to repeat them daily…” (dalam merebut kekuasaan sebuah negara, sang penguasa haruslah menjalankan rencana jahatnya seketika, sehingga dia tidak harus melakukannya setiap hari). Nasehat dan saran tersebut dikemukakan Machiavelli seperti yang tertulis di bukunya The Prince memang menampakkan bahwa dia adalah orang yang kejam dan tak punya hati.²

Machiavelli nampak memberi gambaran yang riil dan mungkin akan terjadi di lingkungan sosial. Kebijaksanaan penguasa dalam memilih jalan yang akan diambil menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Machiavelli memberi pilihan, namun keputusan tetap berada di tangan penguasa.² Kebijaksanaan menjadi sikap yang sangat diperlukan oleh seorang pemimpin untuk bisa memikirkan cara terbaik untuk organisasi yang dipimpinnya. Dan seorang pemimpin juga memerlukan kecerdasan untuk menghadapi persoalan yang ada. Jika memiliki pemimpin yang menghalalkan segala cara demi organisasi, pastinya anggota akan senang jika tindak curang pemimpinnya itu menghasilkan keuntungan karena mereka juga yang mendapatkan keuntungan, tetapi jika kecurangan tersebut gagal pasti akan di hujat itu benar adanya karena anggota juga di rugikan.

Hal ini seperti yang dibahas Machiavelli , Machiavelli meyakini bahwa cinta menuntut sebuah tanggung jawab, dan pasang-surut dalam mencintai akan membahayakan pemimpin itu sendiri. Namun apabila rasa takut; selama sikap pemimpin sejak awal memang tegas dan straight, maka hal itu akan lebih bertahan lama. Nampak jelas bahwa Machiavelli tidak pernah memberi satu opsi, buruk ataupun baik, tanpa alasan yang jelas dan rasional.² Isu yang dibahas Machiavelli menjadi isu yang positif jika yang menilai itu bijak, tetapi menjadi negatif jika di nilai oleh orang yang kurang bijak dan dijadikan untuk mendapatkan kekuasaan dengan cara tidak baik.


Pemimpin yang baik harus memiliki sikap utama kebijaksanaan dan kecerdasan, supaya bisa melihat hal-hal yang negatif menjadi positif. Sikap pemimpin yang bijak dan cerdas tidak mudah untuk terprovokasi sebuah gagasan dan menjadikannya tindakan yang negatif. Dan juga pemimpin yang bijaksana menjadi terhindar dari sikap-sikap yang melenceng hanya demi sebuah kekuasaan yang sifatnya tidak abadi dan hanya salah satu hal duniawi.


DAFTAR PUSTAKA

¹ KEKUASAAN DALAM KEPEMIMPINAN. Diakses pada Rabu, 20 Juli 2022 pukul 08.28WIB. https://bbs.binus.ac.id/management/2018/05/kekuasaan-dalam-kepemimpinan/

² Muhammad, N. A., & Hambali, R. Y. A. (2021). Kejujuran Dan Etika Dalam Konsep Politik Machiavelli. Jurnal Perspektif, 5(1), 57-73.

0 komentar:

Posting Komentar