18.7.22

Sikap Elegan dalam Menghadapi Lingkungan Kerja yang Licik

 


Sikap Elegan dalam Menghadapi Lingkungan Kerja yang Licik

Ujian Akhir PIO Semester Genap
Tahun Akademik 2021/2022
Dosen Pengampu Arundati Shinta
Aulia Khoiru Ummatin
21310410086

 

Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan (Nitisemito & Alex, 2001). Menurut (Sedarmayanti, 2017) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Menurut Sarwoto dalam (Sedarmayanti, 2017) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni : Lingkungan tempat kerja/Lingkungan kerja fisik (physical working environment); dan Suasana kerja/Lingkungan kerja non fisik (Non - Physical Working Environment). Menurut (Sedarmayanti, 2017), “Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun scara tidak langsung. Sedangkan menurut (Sedarmayanti, 2017) lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan.

Persoalan yang tak jarang ditemui adalah kebijakan lingkungan kerja yang tidak bersedia mempunyai karyawan yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka tidak memberikan beasiswa, tidak memberikan cuti alih-alih disuruh untuk resign saja, tidak peduli dengan progress studi lanjut dan tidak peduli dengan keinginan kita untuk menggali potensi diri lebih dalam lagi. Idealnya, lingkungan kerja mempunyai kebijakan yang baik untuk mendukung karyawan yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Karena, hal tersebut sangat berpengaruh pada kualitas karyawan yang akan menjadi jauh lebih baik dan berkualitas.

Jadi, pertanyaan yang harus terpecahkan dalam tulisan saya kali ini adalah apa yang bisa kita lakukan sebagai karyawan untuk menghadapi lingkungan kerja yang mempunyai kebijakan selfish/egois. Hal ini penting karena beberapa hal. Pertama, lingkungan kerja mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja karyawan. Karena ketika karyawan mendapatkan sarana, prasarana dan aspek sosial yang mendukung karyawan tersebut, karyawan akan memberikan kontribusi untuk berkarya lebih produktif dan maksimal (Evans dalam (Shalahuddin, 2016)). Kedua, kepuasan kerja mempunyai hubungan dengan kinerja karyawan. Karena, karyawan yang puas melakukan pekerjaan lebih baik dalam memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam deskripsi pekerjaan bahkan bisa melampaui dengan inovasi-inovasi yang telah dipikirkan dan direalisasikan dengan baik (Colquit, LePine dan Wesson dalam (Masydzulhak et al., 2016). Ketiga, komitmen organisasi mempunyai hubungan dengan kinerja. Karena, apabila pegawai memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi tempat mereka bernaung, maka dengan senatiasa pegawai tersebut akan mampu memberikan hasil kerja yang optimal.

Sikap elegan yang bisa dilakukan untuk menghadapi lingkungan kerja yang mempunyai kebijakan selfish/egois adalah ; Pertama, sebagai karyawan yang mempunyai pengetahuan tentang hubungan kinerja karyawan dengan tiga hal yang meliputi lingkungan kerja, kepuasan kerja dan motivasi kerja, karyawan bisa menjelaskan keuntungan hubungan tiga hal tersebut. Karena ketika hubungan tiga hal tersebut tidak terpenuhi maka kinerja karyawan akan turun lebih buruk dan bisa merusak reputasi perusahaan atau organisasi.

Kedua, sebagai karyawan kita bisa bernegosiasi untuk mendapatkan cuti agar kita bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, disertakan dengan komitmen bahwa ketika kita sudah lulus dari studi kita, kita akan memberikan manfaat dan benefit yang lebih besar dan banyak untuk memajukan nama perusahaan dengan ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan ketika masa studi berlangsung. Ketika dua sikap dan cara diatas tidak ampuh untuk meluluhkan perusahaan agar memberikan kesempatan kita untuk melanjutkan studi, kita bisa lakukan cara yang terakhir.

Terakhir, ketika suatu perusahaan sudah mempunyai kebijakan yang paten bahwa benar-benar tidak diperbolehkan untuk melanjutkan studi. Kita harus mempunyai kesadaran sendiri untuk benar-benar fokus dan niat dalam melanjutkan studi. Jadi, kita bisa mengambil langkah untuk mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Ketika masa studi kita harus benar-benar fokus, agar ketika sudah lulus kita bisa membuktikan kepada perusahaan kalau keinginan kita untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi itu tidak sia-sia. Karena kita bisa menjadi karyawan yang lebih berkualitas di perusahaan lain misalnya.

Menghadapi situasi tersebut memang perlu ada salah satu yang dikorbankan. Sebagai karyawan kita bisa memilih antara tetap bekerja dan menghasilkan uang atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Jika tidak ingin mengeluarkan uang, kita bisa mencari beasiswa. Kalau dipikir-pikir juga, ketika kita melakukan dua pekerjaan dalam satu waktu, hal tersebut pasti tidak akan maksimal. Jadi, kita memang harus mengorbankan salah satu dan memilih satu pilihan yang mantap agar kita bisa mengerjakannya dengan maksimal.

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

Pusparani, M. 2021. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai (Suatu Kajian Studi Literatur Manajemen Sumber Daya Manusia). JIMT: Jurnal Ilmu Manajemen Terapan. 2 (4) : 534-543.

0 komentar:

Posting Komentar