21.7.22

SI PALING BERKUASA: CONDONGNYA KEPEMIMPINAN?

 SI PALING BERKUASA: CONDONGNYA KEPEMIMPINAN? 


ESSAY UJIAN AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL   


DOSEN PENGAMPU: Dr. ARUNDATI SHINTA, M.A

OLEH: ARNOLDINA LEKI (21310410050)


FAKULTAS PSIKOLOGI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA










Menyentuh segi kehidupan manusia sejak dulu hingga saat ini, ada begitu banyak buntut peristiwa yang dikemas dalam literatur sejarah.  Tampaknya konsep penguasa atau kepemimpinan merupakan salah satu bagian dari daftar panjang peristiwa yang sudah ada sejak ribuan tahun. Kepemimpinan yakni suatu kekuasaan dengan kewenangan untuk bertindak 
terhadap orang lain dalam batasan yang ditetapkan. 

Peradaban telah melahirkan begitu banyak model pemimpin dengan berbagai macam tindak tanduk yang teraktualisasi dalam prosedur kepemimpinannya. Oleh karena itu, pentingnya memahami gagasan ini untuk mengetahui seberapa besar kebijakan serta perilaku yang condong dari segi aturan selama periode kepemimpinan itu berlangsung.


Seorang pemimpin dapat mengaktualisasikan dirinya untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok (Stoner, 1996 : 161) Untuk mencapai tujuan bersama. Namun, perlu dikritisi bahwa sering kali dijumpai pimpinan dengan tingkat kesenjangan yang cukup tinggi. Melabeli diri si paling penguasa hingga sewenangnya menjalankan kekuasaan. Bahkan, berakhir mencapai tujuan kelompok dengan menghalalkan segala cara. Idealnya, anggota kelompok juga turut menyikapi perilaku pimpinan karena keterkaitan hubungan, dengan segala keuntungan yang tersedia. Sehingga hal semacam ini mampu merubah sudut pandang masyarakat luas.

Seturut peristiwa ini seorang diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsus bernama Niccolò Machiavelli, dalam bukunya yang berjudul Sang Penguasa (II Principe) menanamkan prinsip moral yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Sederhananya, mempertahankan kekuasaan kerap kali terpaksa bertindak berlawanan atau tindakan kurang baik. Dengan menunjuk anggota kelompok melaksanakan tugas tanpa mengotori tangannya sendiri.  Dengan jaminan yang memuaskan untuk membeli kesetian anggotanya. Adapun hal tersebut menimbulkan pertanyaan yang harus diterawang secara mendalam. Bagaimana menyikapi pimpinan dengan kebijakan seperti Niccolò Machiavelli? Bertahan karena dicukupi? Atau seturut menghalalkan segala cara? 

Tentu saja sebagai anggota pimpinan hal ini dihadapkan pada dua situasi, pertama, dikendalikan oleh totalitas jaminan. Kedua, kekuasaan pimpinan yang bersifat permisif yakni menghalalkan segala bentuk cara. Maka, pilihan tepat yang harus diambil adalah meninggalkan organisasi dengan konsep kepemimpinan ini. Sebaik-baiknya kualitas organisasi, jika kepemimpinan tidak sesuai, meskipun segala kebutuhan dapat terjamin tentu saja tidak sepenuhnya menjamin keseluruhan ruang eksistemsi diri. Pemimpin mempunyai peranan penting untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang lebih profesional, karena kecurangan hanya dapat memenangkan di sedikit pertarungan. Akibat terlampau memperhitungkan keuntungan, sebagian resiko kurang diperhatikan. 

Apabila mengalami kerugian akibat ulah pimpinan dengan perilaku permisif apa yang seharusnya dilakukan? Memilih bertahan karena dibeli kesetiannya atau tidak membenarkan? Segala bentuk upaya yang ada tentu saja memiliki konsekuensi. Dalam menghadapi situasi yang kurang menyenangkan banyak oknum di luar sana memilih ikut mencela meskipun kurang memahami situasi yang terjadi. Pada konteks ini tentu saja tidak dibenarkan untuk membela pimpinan. Sebaiknya anggota berani mengevaluasi kebijakan pimpinan yang selama ini dianggap tidak sesuai.

Jadi, kepemimpinan merupakan kekuasaan  yang mengatur jalannya aktivitas kelompok dalam mencapai tujuan bersama tanpa mementingkan kepentingan pribadi serta tidak memimpin kelompok dengan kebijakan yang menghalalkan segala cara. Tetapi membangun kelompok dengan cara yang lebih efektif dan profesional.


DAFTAR PUSTAKA

 A.F. Stoner James, DKK, 1996, Manajemen, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit PT: Prenhallindo, Jakarta

Machiavelli, Niccolo. (2008). Il Principle. Penerbit Narasi: Jakarta.





0 komentar:

Posting Komentar