Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Sosial
Semester Genap
Tahun Akademik 2021/2022
Kelas A (Reguler)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Dosen Pengampu: Dr. Arundati
Shinta, M. A
Oleh:
Destiana Dini Safitri
NIM: 21310410090
Banyak orang yang berlomba-lomba
untuk menjadi seorang karyawan di sebuah organisasi. Karyawan merupakan
kekayaan utama dalam suatu perusahaan, karena tanpa adanya keikutsertaan
mereka, aktifitas perusahaan tidak ada akan terlaksana. Menjadi seorang karyawan
tentu harus memiliki rasa tanggung jawab dan kesetiaan yang tinggi. Menurut
Hasibuan dalam Manulang 2002, karyawan adalah orang penjual jasa (pikiran atau
tenaga) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dalam sebuah organisasi tentu terdapat
seorang pemimpin, dan tentu saja setiap pemimpin memiliki karakter yang
berbeda-beda pula. Pemimpin dengan karakter tenang, ramah, penyayang,
memperhatikan kesejahteraan anggota tentu banyak disukai oleh karyawannya.
Namun, pemimpin dengan karakter tersebut belum tentu benar-benar menjadi idaman
karyawan. Semakin baik pemimpin maka karyawan akan semakin loyal kepada
organisasi. Untuk mempertahankan keloyalitasan karyawannya, tidak menutup kemungkinan
pemimpin memiliki karakter seperti yang digambarkan oleh Niccolo Machiavelli. Ia
menghalalkan segala cara untuk membuat karyawannya tetap loyal pada organisasi.
Namun, tentu saja hal tersebut menjadi pro dan kontra bagi sebagian orang.
Persoalan yang sering terjadi pada organisasi salah satunya yaitu ketika si pemimpin memiliki karakter seperti yang digambarkan oleh Niccolo Machiavelli, terutama ketika si pemimpin berhadapan dengan pihak eksternal organisasi. Namun menariknya, segala keuntungan finansial yang diperoleh dari pihak eksternal diberikan untuk kesejahteraan semua karyawan. Sebagai karyawan yang merasa diuntungkan tentu akan mendukung karakter pemimpinnya, namun mereka yang tidak merasa diuntungkan tentu akan merasakan hal yang sebaliknya, hal tersebut yang menciptakan pro dan kontra dari karakter Niccolo Machiavelli. Idealnya, pemimpin sedikitnya harus memiliki 8 karakter, yaitu cerdas, bertanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, inisiatif, konsisten dan tegas, adil dan lugas.
Jadi persoalan yang harus diselesaikan dalam tulisan ini adalah apakah benar, karakter Machiavelli akan kita hujat bila itu tidak menguntungkan kita, namun bila menguntungkan kita maka Machiavelli kita sanjung? Memang hal ini menjadi pro dan kontra bagi sebagian orang, mereka yang merasa diuntungkan tentu merasa pro dengan karakter Machiavelli dan sebaliknya mereka yang tidak merasa diuntungkan atau bahkan merasa dirugikan tentu kontra dengan karakter Machiavelli.
Individu dengan sifat kepribadian machiavellian tinggi lebih manipulatif dan agresif. Sifat machiavellian tinggi juga cenderung digambarkan dengan seseorang yang suka mendapatkan keuntungan pribadi, tidak taat pada aturan serta cenderung memiliki perilaku disfungsional. Hal tersebut membuat individu yang bersangutan memiliki perilaku atau tindakan-tindakan yang dilema secara etis (Gosh & Crain, 1996). Pemimpin dengan karakter tersebut banyak di sukai oleh karyawannya karena mereka akan merasa sejahtera dalam bekerja. Sebagai seorang karyawan tentu mendukung dan memilih bekerja dengan pemimpin yang dapat menyejahterakan mereka.
Namun, ada pula kontra bagi sebagian orang mengenai karakter Machiavelli ini. Menurut Robbins dan Judge (2009:139) machiavellianisme merupakan tingkat dimana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Seseorang dengan orientasi machiavellisme dikenal sebagai machiavellian. Penelitian terdahulu mengenai pengaruh sifat machiavellian terhadap pengambilan keputusan etis dilakukan oleh Jiwo (2011), dan Yuliana (2012). Hubungan yang terbentuk adalah hubungan negatif, yang berarti bahwa semakin tinggi sifat machiavellian yang dimiliki seseorang, maka keputusan yang diambilnya akan semakin tidak etis.
Pro
dan kontranya pemimpin dengan karakter Machiavelli tergantung pada pribadi individu
masing-masing. Mereka yang merasa diuntungkan akan menyanjung pemimpin dengan
karakter Machivelli. Sebaliknya, mereka yang tidak merasa diuntungkan atau
bahkan dirugikan bisa saja menghujat pemimpin dengan karakter Machiavelli
tersebut. Jika saya menjadi karyawan yang berhadapan dengan pemimpin yang
memiliki karakter Machiavelli maka saya lebih memilih untuk kontra, namun tidak
menghujat pemimpin. Karena pengaruh yang terbentuk dari karakter Machiavelli
adalah negatif, yang berarti bahwa semakin tinggi sifat machiavellian yang
dimiliki seseorang, maka keputusan yang diambilnya akan semakin tidak etis.
Sebaliknya, apabila seseorang memiliki sifat machiavellian yang rendah maka,
keputusan yang diambilnya semakin etis.
Daftar Pustaka
Hariadi,
H., Kennedy, K., & Ramdhani, T. S. (2015). Pengaruh Sifat Machiavellian,
Locus Of Control, dan Equity Sensitivity terhadap Penghindaran Pajak dengan
Keputusan Etis sebagai Variabel Intervening. Doctoral dissertation, Riau
University.
Ishaya, S. R. (2017). Pengaruh Motivasi Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Arka Mahesa Pratama di Jakarta Selatan. Jurnal
Lentera Bisnis, 6(2), 94-107.
Martini, N. P. R., & Pertama, I. G. A. W. (2019).
Perilaku Disfungsional Auditor: Dampak Kompetensi Auditor, Sifat
Machiavellian, Tekanan Waktu dan Tekanan Ketaatan (Studi Kasus KAP di Bali). Wacana
Ekonomi (Jurnal Ekonomi, Bisnis dan Akuntansi), 18(1), 66-74.
Sahadi, S., Taufiq, O. H., & Wardani, A. K. (2020).
Karakter kepemimpinan ideal dalam organisasi. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan, 6(3), 513-524.
0 komentar:
Posting Komentar