UJIAN AKHIR SEMESTER
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
Semester Genap
T.A 2021/2022
Oleh :
Anisa Zakiatun Nufus (21310410083)
Kelas A (Reguler)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Dalam dunia kerja saat ini terdapat
banyak persaingan yang semakin meningkat dan ketat sehingga membuat organisasi
atau perusahaan melakukan segala cara untuk dapat mencapai kesuksesan dan lebih
unggul dibanding dengan kompetitor lainnya. Untuk mendukung peningkatan
kualitas organisasi atau perusahaan, dibutuhkan seseorang yang memiliki SDM
(Sumber Daya Manusia) yang berkualitas pula, seperti memiliki Employee
Engagement yang baik untuk menjalankan visi dan misi organisasi dengan baik
untuk mendapatkan pencapaian bersama.
Menurut Nurofia, (2009) Employee
Engagement adalah kesadaran inidividu akan tujuan dan energi terfokus, yang
bagi orang lain akan terlihat sebagai seseorang dengan inisiatif personal,
kemampuan beradaptasi, upaya, dan persistensi yang diarahkan terhadap goal
organisasi. Oleh karena itu, suatu organisasi atau perusahaan berusaha untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang berkompeten dan dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi.
Tetapi dalam kenyataannya, tujuan tidak
selalu relevan dengan pelaksanaannya, persoalan yang sering ditemui adalah organisasi
yang menginginkan karyawan atau pekerjanya memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas, tetapi kebijakan
organisasi itu sendiri terkadang egois dan selfish. Dimana
organisasi tidak bersedia
mendukung karyawannya untuk melanjutkan studi pendidikan yang lebih tinggi. Organisasi tidak memberi cuti karyawan
jika berkaitan dengan kepentingan pendidikan, tidak peduli dengan progres studi
lanjut karyawan, dan tidak peduli dengan keinginan menggali potensi diri
karyawan. Padahal pendidikan sangat berpengaruh bagi kualitas
karyawan yang juga akan berdampak pada kualitas organisasi tersebut. Anehnya adalah,
ketika karyawan telah menyelesaikan pendidikan lanjutannya, organisasi bersedia
mempromosikan karir karyawan tersebut, dalam hal ini organisasi atau perusahaan
hanya mau mengambil benefit dari ilmu yang dipelajari karyawan selama
menyelesaikan pendidikan lanjutannya, tanpa memfasilitasi karyawan dalam
mengembangkan studi dan potensi diri mereka.
Hal tersebut
tentu menjadi permasalahan dalam lingkup organisasi, antara keinginan karyawan
melanjutkan studinya dengan kebijakan yang ada dalam organisasi. Jadi, permasalahan yang harus dipecahkan dalam
hal ini adalah bagaimana sikap karyawan dalam menentukan keputusannya ditengah
kebijakan organisasi yang egois atau selfish. Persoalan ini menjadi hal
yang penting karena di dalam organisasi, karyawan merupakan
unsur yang terpenting dalam suatu organisasi. Salah satu upaya yang harus
dicapai oleh organisasi atau perusahaan adalah dengan meningkatkan kualitas
SDM. Dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia diharapkan karyawan dapat
meningkatkan kinerjanya. Kinerja karyawan merupakan suatu tindakan yang
dilakukan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan yang diberikan perusahaan
(Handoko, 2008). Peningkatan kinerja karyawan dapat ditingkatkan salah satunya
dengan tingkat pendidikan karyawannya, Artatananya (2013) menyatakan bahwa
tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pengalaman kerja. Makin tinggi
tingkat pendididkan yang dimiliki maka semakin tinggi pula pengalaman kerja
yang diperolehnya yang tentu akan berpengaruh pada kinerja karyawan dan
peningkatan kualitas organisasi.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan
sebagai karyawan dalam menghadapi kebijakan organisasi yang egois atau selfish,
itu semua tergantung dari prespektif karyawan dan goals atau tujuan yang
dimiliki karyawan tersebut, diantaranya adalah
Yang pertama, bicarakan dengan atasan tentang rencana
melanjutkan pendidkan, sebagai karyawan, kita bisa memberikan penjelasan
tentang apa manfaat atau benefit yang dapat organisasi peroleh dari karyawan
setelah selesai melanjutkan pendidikan
Kedua, dengan adanya goals atau tujuan, sebagai
karyawan harus bisa menentukan keputusan mana yang terbaik menurut goals yang
ingin dicapai, jika diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan sambil
tetap bekerja, karyawan harus memanage waktu dengan bijak dan bisa menetapkan
prioritas antara studinya dan pekerjaannya.
Terakhir, jika memang organisasi atau perusahaan memiliki
peraturan yang tidak bisa dinegosiasikan, seperti tidak mengizinkan karyawannya
untuk bekerja sambil melanjutkan studi karena dikhawatirkan akan mempengaruhi
pekerjaannya, maka ambil keputusan sesuai goals yang ingin dicapai, mana yang
lebih diprioritaskan antara melanjutkan pendidikan atau bekerja, karena memang
dengan mengerjakan salah satu pekerjaan saja, hasilnya akan lebih maksimal
daripada mengerjakan dua pekerjaan sekaligus.
Menghadapi
situasi seperti ini, memang tidak bisa memaksakan kehendak sendiri, karena
sebagai karyawan punya goals yang ingin dicapai dengan melanjutkan pendidikan, dan
organisasi pun punya kebijakan yang harus ditaati. Jika saya menjadi karyawan
di organisasi tersebut, saya memilih untuk melanjutkan pendidikan, karena saya
ingin menggali potensi diri saya secara maksimal, saya juga bisa melamar kerja
di organisasi atau perusahaan lain yang lebih fleksibel, selain itu, dengan
melanjutkan pendidkan, akan membuka prespektif saya tentang banyak hal, salah
satunya dalam dunia kerja, dan dengan melanjutkan pendidikan harapannya nanti
saya bukan hanya bisa bekerja di organisasi atau perusahaan yang saya inginkan,
tapi saya juga dapat membuka lapangan kerja untuk banyak orang.
Daftar Pustaka
Nurofia, F. (2009).
Mengenal Employee engagement. Jurnal Psikologi Maranatha, 6 (1), 14.
Handoko, H. (1998).
Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2, Yogyakarta : BBPE.
Artatanaya. (2013).
Pengaruh Pendidikan, Pengalaman Kerja, dan Komunikasi Terhadap Kinerja
Sekretaris General Manager Pada Hotel Berbintang Lima di Bali. Jurnal Bisnis
dan Kewirausahaan, vol 9. no. 2 (hlm. 1-12).
0 komentar:
Posting Komentar