20.7.22

Pemimpin Yang Membeli Kesetiaan Anak Buahnya

 

Pemimpin Yang Membeli Kesetiaan Anak Buahnya
Essay Ujian Akhir Psikologi Sosial 

Semester genap 2021/2022

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

Disusun Oleh: Ulvi isnaini

Nim: 21310410103


Machiavelli berpebdapat bahwa,Tujuan dari semua usaha penguasa adalah mempertahankan stabilitas suatu negara, negara tetap eksis dan bila ada ancaman, dilakukan tindakan penyelamatan dari ancamanancaman itu. Dalam mengambil tindakan, maka pertimbangan yang dilakukan oleh penguasa pertama-tama tidak bertolak dari kemauan rakyat, apakah tindakan yang akan diambil itu dinilai oleh masyarakat baik atau buruk, tetapi bertolak dari segi efisiensi secara politik. Pilihan-pilihan tindakan tergantung dari tuntutan keadaan dan desakan situasi sosial. Maka tujuan utama berpolitik bagi penguasa adalah mengamankan kekuasaan yang ada pada tangannya.

Baginya politik dan moralitas merupakan dua bidang yang terpisah dan tidak ada hubungan satu dengan yang lain. Dalam urusan politik, tidak ada tempat membicarakan masalah moral. Hanya satu hal yang penting ialah bagaimana meraih sukses dengan memegang kekuasaan. Kaidah etika politik altematif bagi Machiavelli adalah: tujuan berpolitik adalah memperkuat dan memperluas kekuasaan. Segala usaha untuk mensukseskan tujuan itu dapat dibenarkan. Legitimasi kekuasaan membenarkan segala teknik pemanipulasian dukungan masyarakat terhadap kekuasaan yang ada. Dia seolah-olah membenarkan persaingan antara para pemimpin mafia yang saling merebut hegemoni kekuasaan. Pemerintah yang ideal perlu menghindari tindakan-tindakan yang bersifat setengah-setengah.


Hal seperti yang dijelaskan oleh Machiavelli juga banyak terjadi penerapannya diberbagai kalangan diseluruh dunia. Salah satunya yaitu Presiden Korea Utara yaitu Kim Jong-Un yang ketahuan membeli kesetiaan para pengikutnya dengan jam tangan mewah. Jam tangan made in Switzerland yang dipesan sekitar 100 buah akan dibagikan kepada para pengikutnya seperti para pejabat senior, anggota komite sentral partai, dan jendral angkatan bersenjata.

Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka pemimpin yang menggunakan cara seperti itu mereka akan menggunakan berbagai instrumen agar anak buah atau pengikut bersedia menuruti perintah. Instrumen yang kerap mereka gunakan untuk memimpin contohnya adalah insentif dan hukuman. Mereka memberikan hadiah kepada pengikut yang berhasil. Di sisi lain, mereka menggunakan ancaman dan hukuman kepada anak buah yang tidak menurut.   Akibat dari penggunaan instrumen tersebut cukup merugikan mereka yang memimpin. Pertama, loyalitas tidak tercipta. Pengikut melaksanakan perintah dari seorang pemimpin bukan karena mereka ingin, namun karena mereka harus melakukannya. Di sini ada unsur keterpaksaan. Kedua, mereka yang memimpin cenderung mengeluarkan biaya besar sebagai insentuf agar diikuti. Pemberian insentif agar para pengikut bersedia melakukan perintah lama kelamaan justru menjadi beban bagi mereka yang memimpin. Sebab, biasanya insentif tersebut akan makin besar seiring berjalannya waktu. Jika hadiah yang diberikan tidak sesuai bahkan makin kecil, maka para pengikut pun akan enggan melaksanakan perintah. Hasil akhirnya pun sama, yaitu ketidaksetiaan.

Jika hal ini terus menerus terjadi, maka tidak akan terlahir pemimpin yang baru dengan jiwa kepemimpinan yang besar. Pemimpin yang besar mereka tidak menggunakan berbagai instrumen seperti hadiah/insentif dan hukuman/ancaman. Para pemimpin besar menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan. Mereka memberikan motivasi agar para pengikut bersedia untuk beraksi. Pada saat pekerja Anda sukarela melakukan perintah, ketika konstituen Anda sukarela memilih, ketika pendukung Anda sukarela memberikan dukungan, dan ketika konsumen Anda sukarela membeli, maka keuntungan yang Anda peroleh pun menjadi berlipat ganda. Kesamaan tujuan dan alasan seorang pemimpin dengan orang lain dan lingkungannya ini sangat penting. Sebab, dengan demikian orang lain pun akan mudah melihat kiprah atau tindakan pemimpin tersebut. Pengikut dan anak buah pun dapat dengan mudah melihat tujuan yang ingin dicapai. Pada gilirannya, mereka merasa menjadi bagian dari sebuah pergerakan. Hal ini terjadi karena tujuan yang ingin dicapai oleh seorang pemimpin adalah tujuan mereka sendiri.

Seorang pekerja yang mencintai pekerjaannya akan cenderung lebih produktif dan kreatif menyelesaikan berbagai persoalan dan tantangan. Efek selanjutnya adalah dia lebih bahagia di tempat kerja. Dalam sebuah perusahaan, pekerja yang bahagia juga memberikan manfaat kepada kantornya. Dia akan memperlakukan pekerja lainnya dengan lebih baik. Tak hanya itu, dia pun akan memperlakukan pelanggan dengan lebih baik, sehingga kepuasan pelanggan pun akan terjaga.

Daftar pustaka

Sastrapratedja & Parera, F. M. (Peny.) (1991). Niccolo Machiavelli Sang Penguasa Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin Republik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Pinuji, Sridewanto. 2017. “Mereka Yang Memimpin Dan Pemimpin Sesungguhnya”. https://kumparan.com/sridewanto-pinuji/mereka-yang-memimpin-dan-pemimpin-sesungguhnya-1511226764971. Diakses tanggal 20 Juli 2022.

Vinanda, R. A. (2016, Desember 06). Kim Jong-un Ketahuan Beli Kesetiaan Pengikutnya Dengan Jam Tangan Mewah. Diambil dari https://news.okezone.com/read/2016/12/06/18/1560290/kim-jong-un-ketahuan-beli-kesetiaan-pengikutnya-dengan-jam-tangan-mewah.

0 komentar:

Posting Komentar