20.7.22

 

Pengolahan Sampah Sisa Makanan menjadi Barang yang Bernilai Estetika

 

Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi Lingkungan

Prodi Psikologi (kelas karyawan) Psikologi UP45 Yogyakarta

Dosen pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.

Semester Genap 2021/2022

Disusun oleh : Shafly Ardhya Saputra (20310410027)

 



Meningkatnya nilai konsumsi masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, menjadi penyumbang dari semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Sampah rumah tangga tidak dapat dianggap kecil dalam kapasitas penyumbang sampah bagi lingkungan. Pertumbuhan manusia yang setiap tahun meningkat, tidak luput dari penyumbang sampah terbesar di berbagai daerah. Hal itu dipengaruhi oleh lingkungan dan karakter masyarakat yang menjadi problem penting dalam memahami dan mengimplementasikan penanganan sampah bagi suatu daerah. Bertambahnya sampah sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan meningkatnya pertumbuhan manusia tanpa diimbangi dengan pola penanganan dan pengelolaan sampah dengan sarana dan prasaran yang memadai. (F.L. Sudiran, 2005:17).

Sampah merupakan sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan manusia. Sampah seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia menganggap sampah adalah barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaannya mengganggu estetika lingkungan. (Mohamad Satori, Reni Amarani, Dewi Shofi, 2010:151). Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang berbahaya. (I Wayan Suwarna, 2008:1).

Berkaitan dengan diatas, dalam pengelolaan lingkungan di tempat kerja saya cukup unik. Sampah-sampah limbah perkantoran dapat diubah menjadi barang yang bernilai seni tinggi. Barang yang diolah dari sampah perkantoran ini bahkan bisa saja memiliki nilai jual apabila dikelola lebih dalam lagi secara baik. Namun, atas perintah pimpinan di kantor, pengelolaan sampah ini hanya sebatas untuk memanfaatkannya menjadi barang berguna lebih. Sampah-sampah tersebut antara lain berupa plastik kemasan sisa makanan dan kopi bubuk serta kertas sisa yang sudah tidak berguna. Sampah-sampah perkantoran tersebut diolah oleh rekan-rekan kantor saya yang beberapa waktu lalu mendapatkan pelatihan dari Dinas Sosial setempat tentang pengolahan sampah perkantoran menjadi kerajinan. Anggota yang mendapatkan pelatihan tersebut kemudian meneruskan beberapa ilmu yang dapat diserap kepada rekan yang lain termasuk saya sendiri. Tanpa mengganggu jam dinas selama kami bekerja, sampah-sampah yang tadinya hanya memenuhi sudut ruangan dan dianggap sebagai kotoran, kini dapat menjadi penghias ruangan. Barang-barang kerajinan tersebut dapat berupa vas bunga, alas meja ruang tamu, hiasan dinding, tempat pensil, dan hiasan-hiasan lainnya. Harapannya kegiatan seperti ini menjadi kegiatan secara global di lingkungan perkantoran karena selain dapat meningkatkan kesadaran lingkungan akan sampah, juga dapat menjalin kerjasama antar anggota di lingkungan perkantoran demi terciptanya lingkungan yang kondusif.




Daftar Pustaka

Satori, Mohamad, Amarani, Reni, Shofi, Dewi. 2010. Pendampingan Usaha Masyarakat dalam Memanfaatkan Sampah Di Desa Manis Lor Kabupaten Kuningan. Prosiding SNaPP Edisi Eksakta. ISBN: 2089.3582. Bandung: Universitas Islam Bandung. Hal. 150-179.

Sudiran, F.L.. 2005. Instrumen Sosial Masyarakat Karangmumus Kota Samarinda Dalam Penanganan Sampah Domestik. Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Volume 9, Nomor 1 Tahun 2005. Hal. 16-26.

Suwarna, I Wayan. 2008. Model Penanggulangan Masalah Sampah Perkotaan Dan Perdesaan. Makalah disampaikan pada Dies Natalis Universitas Udayana.

0 komentar:

Posting Komentar