Pengolahan Sampah Sisa Makanan menjadi Barang yang Bernilai
Estetika
Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Psikologi Lingkungan
Prodi Psikologi
(kelas karyawan) Psikologi UP45 Yogyakarta
Dosen pengampu :
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Semester Genap
2021/2022
Disusun oleh : Shafly
Ardhya Saputra (20310410027)
Meningkatnya
nilai konsumsi masyarakat perkotaan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, menjadi
penyumbang dari semakin banyaknya sampah yang harus dibuang. Sampah rumah
tangga tidak dapat dianggap kecil dalam kapasitas penyumbang sampah bagi
lingkungan. Pertumbuhan manusia yang setiap tahun meningkat, tidak luput dari
penyumbang sampah terbesar di berbagai daerah. Hal itu dipengaruhi oleh
lingkungan dan karakter masyarakat yang menjadi problem penting dalam memahami
dan mengimplementasikan penanganan sampah bagi suatu daerah. Bertambahnya
sampah sejalan dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur dan meningkatnya
pertumbuhan manusia tanpa diimbangi dengan pola penanganan dan pengelolaan
sampah dengan sarana dan prasaran yang memadai. (F.L. Sudiran, 2005:17).
Sampah merupakan
sisa pakai dari kemanfaatan yang digunakan oleh kebutuhan manusia. Sampah
seringkali dipandang sebagai sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Sampah
dipersepsikan sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai. Secara umum, manusia
menganggap sampah adalah barang sisa dari aktifitas manusia dan keberadaannya
mengganggu estetika lingkungan. (Mohamad Satori, Reni Amarani, Dewi Shofi,
2010:151). Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 memberikan penjelasan bahwa sampah
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat.
Pengelolaan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang
meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Berdasarkan sifat fisik dan
kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1) sampah ada yang mudah membusuk
terdiri atas sampah organik seperti sisa sayuran, sisa daging, daun dan
lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk seperti plastik, kertas, karet,
logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah yang berupa debu/abu; dan
4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan, seperti sampah berasal dari
industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat kimia dan agen penyakit yang
berbahaya. (I Wayan Suwarna, 2008:1).
Berkaitan dengan
diatas, dalam pengelolaan lingkungan di tempat kerja saya cukup unik.
Sampah-sampah limbah perkantoran dapat diubah menjadi barang yang bernilai seni
tinggi. Barang yang diolah dari sampah perkantoran ini bahkan bisa saja
memiliki nilai jual apabila dikelola lebih dalam lagi secara baik. Namun, atas
perintah pimpinan di kantor, pengelolaan sampah ini hanya sebatas untuk
memanfaatkannya menjadi barang berguna lebih. Sampah-sampah tersebut antara
lain berupa plastik kemasan sisa makanan dan kopi bubuk serta kertas sisa yang
sudah tidak berguna. Sampah-sampah perkantoran tersebut diolah oleh rekan-rekan
kantor saya yang beberapa waktu lalu mendapatkan pelatihan dari Dinas Sosial
setempat tentang pengolahan sampah perkantoran menjadi kerajinan. Anggota yang
mendapatkan pelatihan tersebut kemudian meneruskan beberapa ilmu yang dapat
diserap kepada rekan yang lain termasuk saya sendiri. Tanpa mengganggu jam
dinas selama kami bekerja, sampah-sampah yang tadinya hanya memenuhi sudut
ruangan dan dianggap sebagai kotoran, kini dapat menjadi penghias ruangan. Barang-barang
kerajinan tersebut dapat berupa vas bunga, alas meja ruang tamu, hiasan
dinding, tempat pensil, dan hiasan-hiasan lainnya. Harapannya kegiatan seperti
ini menjadi kegiatan secara global di lingkungan perkantoran karena selain
dapat meningkatkan kesadaran lingkungan akan sampah, juga dapat menjalin
kerjasama antar anggota di lingkungan perkantoran demi terciptanya lingkungan
yang kondusif.
Daftar Pustaka
Satori,
Mohamad, Amarani, Reni, Shofi, Dewi. 2010. Pendampingan
Usaha Masyarakat dalam Memanfaatkan Sampah Di Desa Manis Lor Kabupaten
Kuningan. Prosiding SNaPP Edisi Eksakta. ISBN: 2089.3582. Bandung:
Universitas Islam Bandung. Hal. 150-179.
Sudiran,
F.L.. 2005. Instrumen Sosial Masyarakat
Karangmumus Kota Samarinda Dalam Penanganan Sampah Domestik. Jurnal Makara,
Sosial Humaniora, Volume 9, Nomor 1 Tahun 2005. Hal. 16-26.
Suwarna,
I Wayan. 2008. Model Penanggulangan
Masalah Sampah Perkotaan Dan Perdesaan. Makalah disampaikan pada Dies
Natalis Universitas Udayana.
0 komentar:
Posting Komentar