Pemimpin yang Berkuasa Menurut Niccolo Machiavelli Menguntungkan atau Tidak Menguntungkan?
Essay Ujian Akhir Psikologi Sosial
Semester Genap T.A 2021/2022
Dosen Pengampu: Arundati Shinta
Clarita Savdurin (21310410031)
Kekuasaan adalah kewenangan seseorang atau kelompok guna
menjalankan suatu hal sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Kekuasaan juga
adalah sebuah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkan
terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu.
Jika membahas tentang kekuasaan, maka akan berhubungan langsung dengan Niccolo Machiavelli tokoh paling terkenal dalam isu kepemimpinan yang dalam bukunya II Principe ( Sang Penguasa) menjelaskan bahwa seseorang yang ingin menjadi penguasa maka ia bisa menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Menempatkan Machiavelli sebagai 'Bapak Politik Kekuasaan'. Karya II Principe merupakan bukti konkret pemikiran Machiavelli tentang kekuasaan. Analisis Joseph Losco dan Leonard Williams menyebutkan bahwa II Principe merupakan karya yang memberikan nasihat tentang bagaimana seorang penguasa atau pemimpin mendapatkan dah mempertahankan kekuasaan. Machiavelli sudah mengikrarkan dan mengajarkan kepada pemimpin politik dunia tentang bagaimana mendapatkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
Persoalan yang terjadi adalah bagaimana jika kita bekerja
pada sebuah organisasi. Namun, pemimpin organisasi mempunyai karakter seperti
yang digambarkan oleh Machiavelli,
terutama ketika ia berhadapan dengan pihak eksternal organisasi. Hal yang
menarik adalah, segala keuntungan finansial
yang didapat atau dimanipulasi
dari pihak eksternal kemudian diberikan untuk kesehjateraan semua anak
buah organisasi. Ini sebagai bentuk ‘membeli’ kesetiaan anak buah organisasi terhadap pimpinan, sehingga kekuasaan dan
organisasi menjadi lestari.
Jadi pertanyaan yang harus dijawab dalam tulisan ini adalah,
bagaimana kita menyikapi hal tersebut, sebagai seorang anak buah di organisasi,
apakah senang dan mendukung pemimpin karena hidup kita terjamin atau ada dampak
negatif yang ditimbulkan bagi kita karena karakter ‘penguasa’ sang pemimpin
organisasi. Apakah benar, karakter Machiavelli akan kita hujat bila itu tidak
menguntungkan kita, namun akan kita
sanjung bila menguntungkan kita?
Menjadi pemimpin adalah sebuah tanggung jawab, dan setiap pemimpin organisasi adalah orang yang berkuasa terhadap maju dan mundurnya kualitas sebuah organisasi. Seorang pemimpin pasti memiliki strategi sendiri untuk kemajuan organisasi dan juga anak buah organisasi. Baik strategi yang menurut karyawan itu baik ataupun starategi yang menurut karyawan itu menjengkelkan. Jika strategi yang menurut karyawan baik adalah apa yang tidak menyulitkan namun menguntungkan bagi dirinya, maka pasti akan mendukung pemimpin tersebut. Namun, jika karakter pemimpin sebagai seorang yang ‘berkuasa’ dalam hal ini ia seperti apa yang dituliskan oleh Machiavelli, Pemimpin atau penguasa dalam pemahaman Machiavelli dilihat dalam kacamata hitam putih. Maksudnya, di satu sisi pemimpin harus baik, bijaksana, dan arif, namun pada sisi yang lain pemimpin bisa berwatak licik, kasar, kejam, dan menakutkan. Dua watak inilah yang sejatinya diperankan oleh penguasa atau pemimpin dalam menjalankan pemerintahan, dalam hal ini organisasi yang dipimpin. Dari watak pemimpin yang baik, dan bijaksana seorang pemimpin juga harus memiliki jiwa kepemimpinan. Harus murah hati, mengedepankan kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan. Selain memiliki hati yang bijaksana, seorang pemimpin organisasi juga harus bertindak kasar dan jahat kepada organisasi yang dipimpin. Hal ini agar penguasa dapat ditakuti oleh anak buahnya. Adapun cara yang dipakai oleh penguasa adalah, pertama seorang penguasa harus berdiri diantara dicintai dan ditakuti. Kedua, seorang penguasa harus pandai dan mahir mengetahui bagaimana bertindak seperti binatang. Ketiga, dalam II Principe, secara eksplisit menanggalkan pertimbangan moralitas yang menjadi kepedulian perilaku penguasa. Keempat, seorang penguasa boleh menggunakan kekejaman dan menggunakan 'cara binatang'.
Menghadapi pemimpin dengan dua sisi memang agak sulit bagi
anak buah organisasi, namun jika dilihat lagi Machiavelli telah melukiskan
karakter pemimpin yang luar biasa. Memimpin dengan karakter ‘penguasa’ membuat
organisasi akan lebih aman dan disiplin. Menjadi sebuah resiko bagi kita untuk
dipimpin oleh pemimpin yang berkuasa. Jika dilihat secara positif, karakter
pemimpin seperti yang dilukiskan oleh Machiavelli maka dampak bagi organisasi
dan anak buah organisasi adalah sesuatu yang luar biasa tergantung bagaimana
kita melihat dan menanggapinya.
Sumber Referensi:
Haboddin, M. (2017). Memahami Kekuasan Politik.
Malang: UB Press.
Siahaan, S. G. (2017). Apa yang dimaksud dengan
kekuasaan. Retrieved from dictio:
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-kekuasaan/11107
0 komentar:
Posting Komentar