21.7.22

PEMIMPIN YANG BERKUASA MENURUT NICCOLO MACHIAVELLI MENGUNTUNGKAN ATAU TIDAK MENGUNTUNGKAN?





Pemimpin yang Berkuasa Menurut Niccolo Machiavelli Menguntungkan atau Tidak Menguntungkan?

Essay Ujian Akhir Psikologi Sosial

Semester Genap T.A 2021/2022

Dosen Pengampu: Arundati Shinta

Clarita Savdurin (21310410031)



Kekuasaan adalah kewenangan seseorang atau kelompok guna menjalankan suatu hal sesuai dengan kewenangan yang diberikan. Kekuasaan juga adalah sebuah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkan terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan tertentu.

Jika membahas tentang kekuasaan, maka akan berhubungan langsung dengan Niccolo Machiavelli tokoh paling terkenal dalam isu kepemimpinan yang dalam bukunya II Principe ( Sang Penguasa) menjelaskan bahwa seseorang yang ingin menjadi penguasa maka ia bisa menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Menempatkan Machiavelli sebagai 'Bapak Politik Kekuasaan'. Karya  II Principe merupakan bukti konkret pemikiran Machiavelli tentang kekuasaan. Analisis Joseph Losco dan Leonard Williams menyebutkan bahwa II Principe merupakan karya yang memberikan nasihat tentang bagaimana seorang penguasa atau pemimpin mendapatkan dah mempertahankan kekuasaan. Machiavelli sudah mengikrarkan dan mengajarkan kepada pemimpin politik dunia tentang bagaimana mendapatkan kekuasaan dan mempertahankan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.

Persoalan yang terjadi adalah bagaimana jika kita bekerja pada sebuah organisasi. Namun, pemimpin organisasi mempunyai karakter seperti yang digambarkan  oleh Machiavelli, terutama ketika ia berhadapan dengan pihak eksternal organisasi. Hal yang menarik adalah, segala keuntungan finansial  yang didapat atau dimanipulasi  dari pihak eksternal kemudian diberikan untuk kesehjateraan semua anak buah organisasi. Ini sebagai bentuk ‘membeli’ kesetiaan anak buah organisasi  terhadap pimpinan, sehingga kekuasaan dan organisasi menjadi lestari.

Jadi pertanyaan yang harus dijawab dalam tulisan ini adalah, bagaimana kita menyikapi hal tersebut, sebagai seorang anak buah di organisasi, apakah senang dan mendukung pemimpin karena hidup kita terjamin atau ada dampak negatif yang ditimbulkan bagi kita karena karakter ‘penguasa’ sang pemimpin organisasi. Apakah benar, karakter Machiavelli akan kita hujat bila itu tidak menguntungkan kita, namun  akan kita sanjung bila menguntungkan kita?

Menjadi pemimpin adalah sebuah tanggung jawab, dan setiap pemimpin organisasi adalah orang yang berkuasa terhadap maju dan mundurnya kualitas sebuah organisasi. Seorang pemimpin pasti memiliki strategi sendiri untuk kemajuan organisasi dan juga anak buah organisasi. Baik strategi yang menurut karyawan itu baik ataupun starategi yang menurut karyawan itu menjengkelkan. Jika strategi yang menurut karyawan baik adalah apa yang tidak menyulitkan namun menguntungkan bagi dirinya, maka pasti akan mendukung pemimpin tersebut. Namun, jika karakter pemimpin sebagai seorang yang ‘berkuasa’ dalam hal ini ia seperti apa yang dituliskan oleh Machiavelli, Pemimpin atau penguasa dalam pemahaman Machiavelli dilihat dalam kacamata hitam putih. Maksudnya, di satu sisi pemimpin harus baik, bijaksana, dan arif, namun pada sisi yang lain pemimpin bisa berwatak licik, kasar, kejam, dan menakutkan. Dua watak inilah yang sejatinya diperankan oleh penguasa atau pemimpin dalam menjalankan pemerintahan, dalam hal ini organisasi yang dipimpin. Dari watak pemimpin yang baik, dan bijaksana seorang pemimpin juga harus memiliki jiwa kepemimpinan. Harus murah hati, mengedepankan kebutuhan, kejayaan, dan kebaikan. Selain memiliki hati yang bijaksana, seorang pemimpin organisasi juga harus bertindak kasar dan jahat kepada organisasi yang dipimpin. Hal ini agar penguasa dapat ditakuti oleh anak buahnya. Adapun cara yang dipakai oleh penguasa adalah, pertama seorang penguasa harus berdiri diantara dicintai dan ditakuti. Kedua, seorang penguasa harus pandai dan mahir mengetahui bagaimana bertindak seperti binatang. Ketiga, dalam  II Principe, secara eksplisit menanggalkan pertimbangan moralitas yang menjadi kepedulian perilaku penguasa. Keempat, seorang penguasa boleh menggunakan kekejaman dan menggunakan 'cara binatang'.

Menghadapi pemimpin dengan dua sisi memang agak sulit bagi anak buah organisasi, namun jika dilihat lagi Machiavelli telah melukiskan karakter pemimpin yang luar biasa. Memimpin dengan karakter ‘penguasa’ membuat organisasi akan lebih aman dan disiplin. Menjadi sebuah resiko bagi kita untuk dipimpin oleh pemimpin yang berkuasa. Jika dilihat secara positif, karakter pemimpin seperti yang dilukiskan oleh Machiavelli maka dampak bagi organisasi dan anak buah organisasi adalah sesuatu yang luar biasa tergantung bagaimana kita melihat dan menanggapinya.


Sumber Referensi:

Haboddin, M. (2017). Memahami Kekuasan Politik. Malang: UB Press.

Siahaan, S. G. (2017). Apa yang dimaksud dengan kekuasaan. Retrieved from dictio: https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-kekuasaan/11107

0 komentar:

Posting Komentar