19.7.22

MEMASUKI DUNIA KERJA: PERSIAPKAN BEKAL UNTUK DIRI

 Memasuki Dunia Kerja: Persiapkan Bekal Untuk Diri

Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Industri dan Organisasi

Semester Genap - Tahun Akademik 2021/2022

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA

Qoyyimah Sofiati / 21310410036


Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memiliki tujuan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan perilaku organisasi merupakan pembelajaran tentang suatu sifat atau karakteristik individu yang tercipta di lingkungan suatu organisasi. Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai dari yang sederhana (primer) sampai kebutuhan yang lebih/luas kebutuhannya, setiap (tersier). Karena untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti pendidikan dan juga pekerjaan.

Kelulusan merupakan suatu hal yang dinanti setelah menempuh pendidikan tinggi untuk mengobati setiap pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan. Terlebih lagi, bahwa kelulusan merupakan langkah awal untuk meniti karir di dunia nyata. Kesiapan dalam bekerja sangat diperlukan agar individu mampu sukses di dalam dunia kerja. Oleh karena itu, apa yang dilakukan dalam pekerjaan dan kerelaannya dalam memikul tanggung jawab sebenarnya ditunjukkan karena hal tersebut menyangkut untuk kepentingan diri sendiri.

Sebagian besar organisasi kerja tempat bekerja merekrut para karyawan muda dengan maksud bahwa mereka akan menghabiskan seluruh waktu mereka dalam satu perusahaan saja. Bagi mereka yang mempunyai motivasi dan surat kepercayaan yang benar, perusahaan menciptakan jalur promosi yang ditandai dengan tanggung jawab yang semakin besar.

Permasalahannya, setelah memasuki dunia kerja terdapat hal-hal yang membuat ketidaknyamanan dikarenakan sikap dari atasan atau pimpinan organisasi itu sendiri, seperti egoism atau selfish. Berbicara tentang ego berarti berbicara tentang tanggung jawab karena ego adalah satu aspek yang kuat pengaruhnya dalam membentuk perilaku manusia karena ego mempengaruhi manusia untuk memilih, menentukan, memutuskan, dan menghendaki sesuatu atas dirinya sendiri. Kehidupan sekarang sangat sarat akan persaingan. Untuk bisa bertahan hidup, manusia harus bersifat agresif dan kompetitif. Sebagaimana yang dikatakan Alfred Adler dalam Psikologi Individual-nya bahwa untuk bisa bertahan hidup manusia harus bersikap agresif. Namun, dominasi sifat agresif dan kompetitif memunculkan masalah baru dengan terciptanya manusia dengan karakter selfish, manusia yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak mengenal belas kasihan salah satunya di organisasi tempat bekerja.

Hal seperti ini banyak dijumpai baik dalam lingkungan internal maupun eksternal organisasi. Kesuksesan dalam dunia kerja pun erat hubungannya dengan kebijakan yang ada di tempat kerja. Misalnya ketika atasan tidak mau mendukung karyawannya dalam men-upgrade­ kemampuan dengan menuntut ilmu yang lebih tinggi. Keegoisan atau sikap selfish yang kerap kali ditunjukkan dalam dunia kerja menjadi faktor yang juga menghambat kepuasan kerja seorang karyawan agar lebih berprestasi dibidangnya. Namun, di lain sisi, alih-alih merasa buruk, namun juga perlu melihat sisi positif dari pekerjaan tersebut dan bagaimana memanfaatkannya sebaik mungkin selama bekerja. Dalam dunia kerja, atasan seharusnya menilai kemampuan orang bukan semata-mata atas dasar diploma atau gelarnya, tetapi atas kesanggupannya untuk mewujudkan prestasi berupa kemajuan nyata dengan modal pengetahuan yang ada padanya.

Biasanya orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang ia jalankan, apabila apa yang ia kerjakan itu dianggapkanya telah memenuhi harapannya, sesuai dengan tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, maka itu berarti bahwa ia memiliki suatu harapan, dan dengan demikian iaa akan termotivasi untuk melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kebanyakan orang dipekerjakan karena keahlian yang membantu mereka memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika atasan menggunakan pekerjaan untuk dipromosikan namun tidak memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu lebih tinggi, hal tersebut menjadi suatu hal yang berbeda. Yang pertama atasan melakukan eksploitasi atas apa yang karyawan lakukan untuk kepentingan pribadi, dan yang kedua merupakan suatu hal yang tidak etis serta tidak memiliki integritas dari sikap egois dan selfish tersebut.

Menurut George Herbert Mead, seorang  ahli Psikologi Sosial, “kedudukan, jabatan, fungsi dan kekuasaan yang ada pada seseorang dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan orang tersebut.” Sehingga, beberapa hal perlu dilakukan dalam mempersiapkan diri ketika berada di dunia kerja yang di mana atasan bersikap egois atau selfish yang tidak ingin mendukung karyawannya untuk menuntut ilmu lebih tinggi namun hanya ingin mengambil manfaat dari potensi karyawannya. Hal ini penting sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas perusahaan sehingga atasan perlu memberikan kemudahan untuk karyawan dalam membawa kemampuan, kepercayaan diri, serta pengharapan-pengharapannya sebagai karakteristik individualnya.

Hakikat dari suatu program pengembangan dan strategi progresif dibangun dengan pemberian dukungan atas karyawan untuk secara terus-menerus meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan mereka. Dukungan ini mencakup:

1.      Mengkomunikasikan secara jelas tujuan dan strategi masa depan organisasi. Bila orang tahu di mana organisasi berpusat, mereka lebih mampu mengembangkan rencana pribadi mereka untuk berbagi masa depan tersebut.

2.      Menciptakan peluang pertumbuhan. Karyawan hendaknya memiliki peluang untuk mendapatkan pengalaman kerja yang baru, menarik dan secara profesional menantang.

3.      Menawarkan bantuan keuangan. Perusahaan hendaknya menawarkan penggantian uang kuliah untuk membantu karyawan tetap mengikuti perkembangan terbaru.

4.      Menyediakan waktu bagi karyawan untuk belajar. Organisasi hendaknya bermurah hati dalam membayar waktu cuti dari kerja untuk keperluan pelatihan di luar waktu kerja. Selain itu, muatan kerja seharusnya tidak begitu menuntut sehingga tidak menghalangin karyawan untuk memperoleh waktu dalam mengembangkan keterampilan, kemampuan, dan pengetahuan baru.

Tidak dipungkiri juga, bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab yang harus mengelolah karir mereka sendiri seperti wiraswastawan dengan mengelola bisnis kecil. Berikut saran untuk konsisten terhadap pandangan bahwa individu memegang tanggung jawab primer untuk karirnya sendiri:

1.      Kenalilah diri sendiri. Kenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Bakat apakah yang dapat dibawa kepada seorang majikan. Perencanaan karir personal mulai dengan kejujuran terhadap diri sendiri.

2.      Kelolalah reputasi diri sendiri. Tanpa tampil sebagai penipu, biarkanlah orang lain baik di dalam maupun di luar organisasi tahu tentang prestasi diri. Tampakkan diri dan juga prestasi.

3.      Ciptakan dan pertahankan kontak jaringan kerja. Di sebuah dunia dengan mobilitas yang tinggi, kita perlu mengembangkan kontak. Bergabunglah dengan asosiasi profesional nasional dan local, ikutilah konferensi, dan jaringan pada perkumpulan-perkumpulan sosial.

4.      Tetaplah mengikuti perkembangan terbaru. Kembangkan keterampilan dan kemampuan khusus yang sangat dibutuhkan.

5.      Jaga keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis. Kembangkan kompetensi umum yang memberikan kepandaian dalam banyak hal untuk bereaksi terhadap suatu lingkungan kerja yang terus berubah.

6.      Jagalah pilihan untuk tetap terbuka. Rencana-rencana kotingensi hendaknya selalu disiapkan sehingga dapat mengambilnya bila dibutuhkan.

Mendapatkan pekerjaan dan bertahan dalam dunia kerja bukanlah hal yang mudah. Sehingga diperlukan kesiapan kerja yang merupakan suatu sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki seorang yang telah lulus ataupun ingin melanjutkan pendidikan. Dalam menghadapi beberapa ketidaknyamanan dalam dunia kerja sedari awal individu perlu memiliki pengalaman organisasi dan kerja di masa kuliah, sehingga nanti akan terbiasa dan terlatih dengan segala tantangan baik dalam hal pekerjaan maupun berhadapan dengan lingkungan sosial dan situasi-situasi yang terkadang tidak sesuai harapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia

Kurniawan, Rizki Eka. (2021, September 6). Transformasi Ego dari Selfis Menjadi Altruis. Diakses dari https://mjscolombo.com/transformasi-ego-dari-selfish-menjadi-altruis.html 

Yunan, Indra. (2021, Juni 8). Perilaku Egoisme dalam Memimpin. Diakses dari https://kumparan.com/indra-yunan-1619580922073024788/perilaku-egoisme-dalam-memimpin-1vtzf4BXmao/4 

0 komentar:

Posting Komentar