Memasuki Dunia Kerja: Persiapkan Bekal Untuk Diri
Essay untuk Ujian Akhir Psikologi Industri dan Organisasi
Semester Genap - Tahun Akademik 2021/2022
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA
Qoyyimah Sofiati / 21310410036
Organisasi
merupakan suatu perkumpulan orang yang memiliki tujuan bersama untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sedangkan perilaku organisasi merupakan pembelajaran
tentang suatu sifat atau karakteristik individu yang tercipta di lingkungan
suatu organisasi. Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup,
mulai dari yang sederhana (primer) sampai kebutuhan yang lebih/luas
kebutuhannya, setiap (tersier). Karena untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu,
manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti
pendidikan dan juga pekerjaan.
Kelulusan
merupakan suatu hal yang dinanti setelah menempuh pendidikan tinggi untuk
mengobati setiap pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan. Terlebih
lagi, bahwa kelulusan merupakan langkah awal untuk meniti karir di dunia nyata.
Kesiapan dalam bekerja sangat diperlukan agar individu mampu sukses di dalam
dunia kerja. Oleh karena itu, apa yang dilakukan dalam pekerjaan dan
kerelaannya dalam memikul tanggung jawab sebenarnya ditunjukkan karena hal
tersebut menyangkut untuk kepentingan diri sendiri.
Sebagian
besar organisasi kerja tempat bekerja merekrut para karyawan muda dengan maksud
bahwa mereka akan menghabiskan seluruh waktu mereka dalam satu perusahaan saja.
Bagi mereka yang mempunyai motivasi dan surat kepercayaan yang benar,
perusahaan menciptakan jalur promosi yang ditandai dengan tanggung jawab yang
semakin besar.
Permasalahannya,
setelah memasuki dunia kerja terdapat hal-hal yang membuat ketidaknyamanan
dikarenakan sikap dari atasan atau pimpinan organisasi itu sendiri, seperti
egoism atau selfish. Berbicara tentang ego berarti berbicara tentang tanggung
jawab karena ego adalah satu aspek yang kuat pengaruhnya dalam membentuk
perilaku manusia karena ego mempengaruhi manusia untuk memilih, menentukan, memutuskan,
dan menghendaki sesuatu atas dirinya sendiri. Kehidupan sekarang sangat sarat
akan persaingan. Untuk bisa bertahan hidup, manusia harus bersifat agresif dan
kompetitif. Sebagaimana
yang dikatakan Alfred Adler dalam Psikologi Individual-nya bahwa untuk bisa bertahan hidup manusia harus bersikap
agresif. Namun, dominasi sifat agresif dan kompetitif memunculkan
masalah baru dengan terciptanya manusia dengan karakter selfish, manusia yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan tidak
mengenal belas kasihan salah satunya di organisasi tempat bekerja.
Hal
seperti ini banyak dijumpai baik dalam lingkungan internal maupun eksternal
organisasi. Kesuksesan dalam dunia kerja pun erat hubungannya dengan kebijakan
yang ada di tempat kerja. Misalnya ketika atasan tidak mau mendukung karyawannya
dalam men-upgrade kemampuan dengan menuntut ilmu yang lebih tinggi.
Keegoisan atau sikap selfish yang kerap kali ditunjukkan dalam dunia kerja
menjadi faktor yang juga menghambat kepuasan kerja seorang karyawan agar lebih
berprestasi dibidangnya. Namun, di lain sisi, alih-alih merasa buruk, namun
juga perlu melihat sisi positif dari pekerjaan tersebut dan bagaimana
memanfaatkannya sebaik mungkin selama bekerja. Dalam dunia kerja, atasan seharusnya
menilai kemampuan orang bukan semata-mata atas dasar diploma atau gelarnya,
tetapi atas kesanggupannya untuk mewujudkan prestasi berupa kemajuan nyata
dengan modal pengetahuan yang ada padanya.
Biasanya
orang akan merasa puas atas kerja yang telah atau sedang ia jalankan, apabila
apa yang ia kerjakan itu dianggapkanya telah memenuhi harapannya, sesuai dengan
tujuan ia bekerja. Apabila seseorang mendambakan sesuatu, maka itu berarti
bahwa ia memiliki suatu harapan, dan dengan demikian iaa akan termotivasi untuk
melakukan tindakan kearah pencapaian harapan tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa kebanyakan orang dipekerjakan karena keahlian yang membantu mereka
memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika atasan menggunakan pekerjaan
untuk dipromosikan namun tidak memberikan kemudahan dalam menuntut ilmu lebih
tinggi, hal tersebut menjadi suatu hal yang berbeda. Yang pertama atasan
melakukan eksploitasi atas apa yang karyawan lakukan untuk kepentingan pribadi,
dan yang kedua merupakan suatu hal yang tidak etis serta tidak memiliki
integritas dari sikap egois dan selfish tersebut.
Menurut
George Herbert Mead, seorang ahli Psikologi
Sosial, “kedudukan, jabatan, fungsi dan kekuasaan yang ada pada seseorang dapat
mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan orang tersebut.” Sehingga, beberapa
hal perlu dilakukan dalam mempersiapkan diri ketika berada di dunia kerja yang
di mana atasan bersikap egois atau selfish yang tidak ingin mendukung
karyawannya untuk menuntut ilmu lebih tinggi namun hanya ingin mengambil
manfaat dari potensi karyawannya. Hal ini penting sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas perusahaan sehingga atasan perlu memberikan
kemudahan untuk karyawan dalam membawa kemampuan, kepercayaan diri, serta
pengharapan-pengharapannya sebagai karakteristik individualnya.
Hakikat
dari suatu program pengembangan dan strategi progresif dibangun dengan pemberian
dukungan atas karyawan untuk secara terus-menerus meningkatkan keterampilan,
kemampuan, dan pengetahuan mereka. Dukungan ini mencakup:
1. Mengkomunikasikan
secara jelas tujuan dan strategi masa depan organisasi. Bila orang tahu di mana
organisasi berpusat, mereka lebih mampu mengembangkan rencana pribadi mereka
untuk berbagi masa depan tersebut.
2. Menciptakan
peluang pertumbuhan. Karyawan hendaknya memiliki peluang untuk mendapatkan
pengalaman kerja yang baru, menarik dan secara profesional menantang.
3. Menawarkan
bantuan keuangan. Perusahaan hendaknya menawarkan penggantian uang kuliah untuk
membantu karyawan tetap mengikuti perkembangan terbaru.
4. Menyediakan
waktu bagi karyawan untuk belajar. Organisasi hendaknya bermurah hati dalam membayar
waktu cuti dari kerja untuk keperluan pelatihan di luar waktu kerja. Selain itu,
muatan kerja seharusnya tidak begitu menuntut sehingga tidak menghalangin
karyawan untuk memperoleh waktu dalam mengembangkan keterampilan, kemampuan,
dan pengetahuan baru.
Tidak
dipungkiri juga, bahwa karyawan mempunyai tanggung jawab yang harus mengelolah
karir mereka sendiri seperti wiraswastawan dengan mengelola bisnis kecil. Berikut
saran untuk konsisten terhadap pandangan bahwa individu memegang tanggung jawab
primer untuk karirnya sendiri:
1. Kenalilah
diri sendiri. Kenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Bakat apakah yang
dapat dibawa kepada seorang majikan. Perencanaan karir personal mulai dengan
kejujuran terhadap diri sendiri.
2. Kelolalah
reputasi diri sendiri. Tanpa tampil sebagai penipu, biarkanlah orang lain baik
di dalam maupun di luar organisasi tahu tentang prestasi diri. Tampakkan diri
dan juga prestasi.
3. Ciptakan
dan pertahankan kontak jaringan kerja. Di sebuah dunia dengan mobilitas yang
tinggi, kita perlu mengembangkan kontak. Bergabunglah dengan asosiasi
profesional nasional dan local, ikutilah konferensi, dan jaringan pada
perkumpulan-perkumpulan sosial.
4. Tetaplah
mengikuti perkembangan terbaru. Kembangkan keterampilan dan kemampuan khusus
yang sangat dibutuhkan.
5. Jaga
keseimbangan antara kompetensi spesialis dan generalis. Kembangkan kompetensi
umum yang memberikan kepandaian dalam banyak hal untuk bereaksi terhadap suatu
lingkungan kerja yang terus berubah.
6. Jagalah
pilihan untuk tetap terbuka. Rencana-rencana kotingensi hendaknya selalu
disiapkan sehingga dapat mengambilnya bila dibutuhkan.
Mendapatkan pekerjaan dan bertahan dalam dunia kerja bukanlah hal yang mudah. Sehingga diperlukan kesiapan kerja yang merupakan suatu sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki seorang yang telah lulus ataupun ingin melanjutkan pendidikan. Dalam menghadapi beberapa ketidaknyamanan dalam dunia kerja sedari awal individu perlu memiliki pengalaman organisasi dan kerja di masa kuliah, sehingga nanti akan terbiasa dan terlatih dengan segala tantangan baik dalam hal pekerjaan maupun berhadapan dengan lingkungan sosial dan situasi-situasi yang terkadang tidak sesuai harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta: Gramedia
Kurniawan, Rizki Eka. (2021, September 6). Transformasi Ego dari Selfis Menjadi Altruis. Diakses dari https://mjscolombo.com/transformasi-ego-dari-selfish-menjadi-altruis.html
Yunan, Indra. (2021, Juni 8). Perilaku Egoisme dalam Memimpin. Diakses dari https://kumparan.com/indra-yunan-1619580922073024788/perilaku-egoisme-dalam-memimpin-1vtzf4BXmao/4
0 komentar:
Posting Komentar