Kemunduran sikap dan perilaku pada masa remaja hampir tidak dapat dielakkan. Kadang-kadang perubahannya sangat nyata sehingga remaja benar-benar kembali ke
perilaku yang merupakan ciri khas masa prasekolah, dan kadang-kadang mereka tampak seperti menjurus ke arah kenakalan remaja. Dalam banyak hal, perubahan itu tampak lebih buruk dari pada kenyataannya. Hal itu sebagian disebabkan oleh perilaku mereka sangat mirip dengan perilaku sosial yang khas pada usia gang, dan
sebagian lagi karena remaja yang hampir mirip dengan orang dewasa yang dinilai dengan standar yang sesuai dengan bentuk dan penampilan mereka, bukan berdasarkan standar yang sesuai dengan taraf perkembangan mereka Kelompok Teman Sebaya Remaja
Kebanyakan relasi dengan kelompok teman sebaya pada masa remaja dapat dikategorikan dalam salah satu dari tiga bentuk: kelompok, klik, atau persahabatan individu. Kelompok (crowd) adalah kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat pribadi. Anggota-anggota kelompok bertemu karena kepentingan/minat mereka yang sama dalam berbagai kegiatan, bukan karena mereka saling tertarik. Klik (cliques) yaitu kelompok-kelompok yang lebih kecil, memiliki kedekatan yang lebih besar di antara anggota-anggota, dan lebih kohesif dari kelompok.
Kehidupan sosial remaja bisa dikatakan dalam masa kebingungan karena masa mengetahuinya menuju dewasa, ada banyak hal yang dilakukan orang dewasa yang mungkin saja tidak dilakukan oleh remaja. Hal tersebutlah yang membuat remaja penasaran dengan hal2 yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Apalagi untuk mereka yang sudah lagi tidak dalam pantauan orangtua atau keluarga, anggap saja mahasiswa. Karena tidak ada pantauan seorang mahasiswa merasa dirinya bebas, tidak ada yang melarang dia untuk melakukan apapun. Inilah yang menjadi faktor kenakalan-kenakalan oleh remaja menuju dewasa dalam khusunya mahasiswa.
Di dalam suatu kota besar tidak ada tidurnya, gemerlap kemewahan dan banyak hiburan membuat kota tiada waktu tidur. Kapanpun waktunya pasti ada saja orang yang beraktivitas. Terutama jam malam yang sering dijadikan tempat pelampiasan emosi ke hal negatif.
Saya sempat mewawancarai teman saya yang sebagai mahasiswa di suatu kota besar.
Bagaimana dengan kehidupan anda di kota, karena notabennya anda anak desa?
= Harus kuat-kuat iman sih, ada aja godaannya
Emangnya godaan apa lagi yang kamu temui?
= ya mulai dari wanita, miras dan tongkrongan negatif.
Bagaimana pendapat anda tentang hal tersebut?
= menurut saya ya dari pribadi masing2 saja, kalau memang dirinya sudah punya benteng yang kuat dalam imannya ya baik2 saja. Beda yang sama sekali tidak punya latar belakang agamis dan pendirian yang kuat itu mudah untuk terjerumus.
Menurut anda apa yang menjadikan seseorang terjerumus ke hal yang demikian?
= pertama dia tidak punya pendirian yang kuat. Kedua karena adu gengsi, mereka tidak mau terpandang lebih rendah dari yang lainnya. Contohnya pakaian, banyak pakaian karena gengsi, mereka tidak mau ketinggalan tren. walaupun sebenarnya dia tidak butuh-butuh amat tapi dibutuhkan.
apa yang membuat Anda tidak terpengaruh dengan pergaulan?
= saya melihat dari latar belakang saya, saya kuliah saja dengan beasiswa pemerintah, saya anak pertama dari dua bersaudara. Saya harus menjadi pengaruh baik untuk adik saya. Saya juga tidak mau mengecewakan orangtua saya, tau sendiri saya dari keluarga ekonomi rendah. Itu yang selalu memotivasi diri saya untuk selalu berbuat baik.
Dari wawancara singkat saya kepada teman saya bahwa dia merasakan kerasnya menuju dewasa yang selalu menuntut dirinya untuk lebih bijak dalam menata kehidupan. Faktor internal dan faktor eksternal seseorang sangat mempengaruhi dirinya bersikap dalam kehidupan bersosial.
Pustaka:
Lating, AD. (2016). Konflik sosial remaja akhir (studi psikologi perkembangan masyarakat negeri mamala dan morella kecamatan leihitu kabupaten maluku tengah). Jurnal Fikratuna, Vol 8 no 1, 28-30.
0 komentar:
Posting Komentar