Hanya karena kebijakan aneh, sampai-sampai
kita mengurungkan niat untuk bereksplorasi, belajar, berinovasi, dan membuat
gebrakan baru
Essay Ujian Akhir PIO
Semester Genap T.A 2021/2022
Tahun Akademik 2021/2022
Dosen Pengampu: Arundati Shinta
Satria Rahman Nasution (21310410087)
Dalam bekerja,
lingkungan kerja berpengaruh
langsung terhadap sikap
kerja dan menentukan
prestasi kerja pegawai.
Lingkungan kerja yang
menyenangkan membuat sikap pegawai
positif dan memberi dorongan untuk bekerja lebih tekun dan lebih baik. Sebaliknya, jika situasi
lingkungan tidak menyengangkan
mereka cenderung meninggalkan
lingkungan tersebut. Sebagaimana
diungkap Ghiselli dan
Brown (dalam Tjalla, 1989)
bahwa lingkungan kerja berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas hasil kerja karyawan.
Pengaruh lingkungan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu lingkungan
luar dan lingkungan
dalam. Lingkungan luar
umumnya menggambarkan kekuatan yang berada di luar organisasi, sedangkan
lingkungan dalam merujuk pada faktor-faktor di dalam organisasi
yang menciptakan milieu
kultural dan sosial
tempat berlangsungnya kegiatan. Lingkungan dalam ini biasanya disebut dengan
istilah iklim organisasi. Menyadari betapa
iklim organisasi memiliki
kontribusi yang cukup
signifikan terhadap setiap individu di organisasi, yang pada
ujung-ujungnya akan pula berpengaruh terhadap kualitas kerja, maka dengan sendirinya perlu pemahaman
yang baik tentang iklim organisasi.
Tidak
sedikit pula, beberapa persoalan terjadi di
antara karyawan yang berkontribusi dalam sebuah organisasi kerja. Misalnya saja
seorang lulusan mahasiswa dengan gelar akademis yang keren dan membanggakan, yang tergabung ke
dalam organisasi perusahaan. Namun, kebijakan perusahaan organisasi
yang sama sekali
tidak bersedia membantu keinginan karywan
tersebut untuk
menuntut ilmu lebih tinggi. Tulisan ini lebih
tertuju kepada organisasi yang tidak memberi kemudahan untuk menuntut ilmu lanjutan namun mau
memetik manfaat dari ilmu lanjutan tersebut. Karena,
idealnya sebuah organisasi yakni memberikan
kesempatan kepada karyawannya untuk menggali potensi diri, dan peduli akan hal tersebut
agar dapat memetik
manfaat dari ilmu lanjutan, serta
mempromosikan karyawannya.
Jadi pada tulisan ini menjawab pertanyaan: Bagaimana
jadinya dunia kerja di masa depan yang mendambakan tenaga kerja berkualitas.
Namun, kebijakannya selfish atau egois? Hal demikian dinilai penting, karena kualitas pendidikan
sangat berpengaruh di dunia kerja, dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, maka kualitas karyawan juga semakin membaik.
Pendidikan serta pengetahuan yang baik, diperoleh dari pendidikan tinggi yang
menjadi modal untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan di bidang teknologi,
ekonomi dan dalam berbagai aspek lainnya di perusahaan. Oleh karena iti,
semakin tinggi kualitas pendidikan seseorang maka semakin meningkat pula
efisensi dan produktivitas suatu perusahaan.
Kiat-kiat
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebijakannya selfish/egois pada organisasi
1. Kita sebagai mahasiswa yang nantinya akan menyandang gelar sarjana, harus memahami bahwasanya pendidikan tinggi merupakan elemen penting bagi kehidupan kita kedepan. Pendidikan yang lebih tinggi akan memperluas pengetahuan masyarakat dan mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Dengan adanya hal ini, organisasi harus mengambil langkah yang lebih rasional dalam mengambil keputusan. Sebagai calon pegawai nantinya, kita wajib membuktikan dengan tindakan bahwasannya pendidikan tersebut penting sebagai bekal dalam meningkatkan kinerja kita di organisasi.
2. Mendiskusikan kepada organisasi terkait pentingnya peran organisasi dalam mendukung karyawan untuk meneruskan pendidikan lebih lanjut. Pendidikan serta pengetahuan yang baik, diperoleh dari pendidikan tinggi akan menciptakan pembaharuan-pembaharuan di bidang teknologi, ekonomi dan dalam berbagai aspek lainnya di perusahaan. Sehingga perusahaan atau organisasi juga akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya kinerja karyawan.
3. Dengan majunya teknologi, maka total quality control (TQC) semakin ketat dan itu merupakan perlombaan tanpa adanya garis finish. Semakin maju zaman, maka hampir semua pekerjaan digantikan oleh robot. Oleh sebab itu, karyawan akan terus-terusan dipacu untuk mendapatkan kesempurnaan. Dengan bermodal pengetahuan, penalaran, serta hal-hal luar biasa yang kita raih ketika meneruskan pendidikan tinggi, bisa menjadi batu loncatan yang cukup baik untuk perusahaan. Apabila organisasi tetap teguh dengan peraturan aneh tersebut, mengundurkan diri dari organisasi tersebut bisa menjadi opsi terakhir. Karena dirasa kebijaakan serta lingkungan kerja yang tidak mendukung dan sama sekali tidak peduli dengan progres karyawan.
Kita
sebagai calon karyawan nantinya, harus bijak dalam menghadapi situasi sulit
seperti ini. Terlebih-terlebih, menyangkut kebutuhan mendasar yang akan berguna
kedepannya kelak. Sebab, semakin maju teknologi yang digunakan organisasi, maka
konsumen akan menilai berdasarkan kualitas barang/jasa yang dihasilkan, bukan
tingginya kualitas dari para manager. Hanya karena kebijakan aneh, sampai-sampai
kita mengurungkan niat untuk bereksplorasi, belajar, berinovasi, dan membuat
gebrakan baru nantinya dari hasil menuntut ilmu tinggi.
Daftar
Pustaka
Idrus, M. (2006). Implikasi Iklim Organisasi terhadap kepuasan kerja dan
kualitas kehidupan kerja karyawan. Jurnal Psikologi, 3(1), 94-106.
Dwi Atmanti, H. (2005). Investasi sumber daya manusia melalui
pendidikan. Jurnal Dinamika Pembangunan (JDP), 2(Nomor 1), 30-39.
Chauhan, S.S., (1979). Innovation in Teaching Learning Process, New
Delhi: Vikas Publishing Hoyse, Pvt.Ltd.
0 komentar:
Posting Komentar