21.7.22

GAYA KEPEMIMPINAN MACHIAVELLI TERHADAP LOYALITAS BAWAHAN

 Gaya Kepemimpinan Machiavelli Terhadap Loyalitas Bawahan

Ujian Akhir Psikologi Sosial

Semester Genap - Tahun 2021/2022

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA

Qoyyimah Sofiati / 21310410036


Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin merupakan salah satu yang terpenting karena menggerakkan sumber daya manusia dalam perusahaan secara efektif tergantung pada cara-cara bagaimana pimpinan bertindak dalam memimpin organisasi tersebut. Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan satuan kerja untuk mempengaruhi orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa agar dengan perilaku yang positif pemimpin akan memberikan sumbangan yang nyata dalam pencapaian tujuan organisasi (Siagian, 2002). Gaya kepemimpinan menurut Nawawi (2006) adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan perilaku para anggota organisasi atau bawahan, hubungan dengan pimpinan dan bawahan dapat diukur melalui penilaian pekerja terhadap gaya kepemimpinan para pemimpin dalam mengarahkan dan membina bawahannya untuk melaksanakan pekerjaan.

Dengan gaya kepemimpinan tentu salah satu fungsinya adalah membuat bawahannya patuh terhadap pemimpin atas apapun yang telah ditentukan suatu organisasi. Dalam artian bahwa gaya kepemimpinan memiliki hubungan erat dengan loyalitas bawahan. Loyalitas dapat diartikan dengan kesetiaan, pengabdian dan kepercayaan yang diberikan atau ditujukan kepada seseorang atau organisasi, yang di dalamnya terdapat rasa cinta dan tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik (Winardi, 2005).

Dalam kepemimpinan Niccolo Machiavelly ia memberikan kesejahteraan kepada bawahannya dalam artian membeli kesetiaan terhadap pimpinan agar kekuasaannya dalam organisasi tetap lestari karena hidup bisa terjamin. Persoalan dalam kepemimpinan era Machiavelli adalah apakah kita akan tetap loyalitas terhadap kepemimpinannya jika hal tersebut tidak menguntungkan bagi kita apalagi memberi perintah yang dengan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya. Tentu saja, pasti kita akan melakukan banyak hal asalkan memberi keuntungan kepada kita tetapi jika tidak, apakah kita akan memberikan sikap mengecam? Sikap loyalitas akan dibahas terhadap gaya kepemimpinan Machiavelli ketika berhadapan pada situasi yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan.

Secara umum pemimpin dan bawahan harus memiliki tujuan bersama. Sebelum membahas lebih lanjut, kita perlu mengetahui indikator loyalitas terlebih dahulu, menurut konsep Siswanto (1989):

1.     Taat pada peraturan. Setiap kebijakan yang diterapkan dalam organisasi untuk memperlancar dan mengatur jalannya pelaksanaan tugas manajemen organisasi ditaai dan dilaksanakan dengan baik.

2.     Tanggung jawab terhadap organisasi. Kesanggupan bahwan melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan tepa waktu serta kesadaran akan setiap resiko pelaksanaan tugasnya akan memberikan penjelasan tentang keberanian dan kesadaran bertanggung jawab terhadap resiko apa yang telah dilaksanakan.

3.     Kemauan untuk bekerja. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan memungkinkan organisasi dalam mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh orang-orang individual.

4.    Rasa memiliki. Adanya rasa memiliki karyawan terhadap organisasi akan membuat bawahan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercapainya tujuan organisasi.

5.     Hubungan antar pribadi. Anggota atau bawahan yang mempunyai loyalitas kerja tinggi mereka akan mempunyai sikap fleksibel kearah tata hubungan antara pribadi. Hubungan pribadi ini meliputi; hubungan sosial antar bahawan, hubungan yang harmonis antara atasan dengan bawahan, situasi kerja dan sugesti dari teman kerja.

6.     Suka terhadap pekerjaan. Organisasi harus dapat menghadapi kenyataan bahwa bawahannya tiap hari datang untuk bekerjasama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan pekerjaan yang dilakukan  dengan senang hati sebagai indikatornya bisa dilihat dari; keunggulan bawahan dalam bekerja, karyawan tidak pernah menuntut apa yang diterimanya diluar gaji pokok.

Pemimpin harus dapat mengambil hati bawahan agar mau bekerja sesuai keinginan pemimpin dan bekerja secara produktif serta optimal agar mampu mencapai tujuan perusahaan secara bersama. Jika gaya kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin dapat diterima oleh bawahan maka kinerja bawahan akan baik dan dapat mencapai tujuan serta loyalitas bawahan memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja bawahan dibanding gaya kepemimpinan terhadap kinerja bawahan. Dapat simpulkan bahwa dengan gaya kepemimpinan era Machiavelly loyalitas hanya akan kita dukung apabila hal tersebut menguntungkan bagi kita, namun bila tidak menguntungkan bisa saja kita menentang bahkan menghujat karakter Machiavelli tersebut.

Loyalitas bawahan juga bisa menurun apabila harapan-harapan serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya terabaikan seperti gaji yang cukup atau memberikan kesejahteraan kepada bawahan. Sebagaimana yang telah dibahas, bahwasanya dengan gaya kepemimpinan seperti apapun selama menguntungkan bagi bawahan hal tersebut akan dilakukan dan meningkatkan loyalitas.

DAFTAR PUSTAKA

Wirawan. (2013).Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.

Mega, Selfia A. "Peranan Gaya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Loyalitas Melalui Kepuasan Kerja Pegawai PT. Pandan Sari Bandar Lampung." Jurnal Manajemen dan Bisnis Universitas Bandar Lampung, vol. 5, no. 2, 30 Apr. 2015, pp. 193-213.

Wellyanto, S. C., & Halim, G. A. (2017). Analisa Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Loyalitas Karyawan                     Hotel X Bali Sieny. Jurnal Hospitality Dan Manajemen Jasa, 2(1), 328–341.

0 komentar:

Posting Komentar