Belajar Kepemimpinan Dari Karakter Niccolo Machiavelli
Ujian Akhir Semester Psikologi Sosial
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
T.A. 2021 / 2022
Pemimpin adalah agen perubahan, yaitu seseorang yang bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari tindakan orang lain mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan terjadi ketika satu anggota kelompok mengubah motivasi atau kompetensi orang lain dalam kelompoknya tersebut.
Pemimpin adalah orang yang mempunyai karakteristik yang agresif, dominan, dan bisa di andalkan, bisa menjadi pemimpin dalam segala situasi.
Pemimpin adalah orang yang mampu meracang kegiatan kelompok, mengeksekusi kegitan dan prilakunya menjadi model
Pemimpin adalah orang yang menggunakana pengaruh yang sifatnya tidak memaksa untuk mengarahkan kegiatan anggota kelompok agar tercapai.
Pemimpin sama dengan punya kemampuan mempengaruhi anak buah untuk mencapai tujuan kelompok. Pengaruh itu anatara lain diwujudkan dalam bentuk pemberian motivasi
Permasalahannya adalah Pemimpin dituntut harus berprilaku menjadi seorang pemimpin yang diinginkan anggotanya, setiap anggota selalu memimpikan bahwa seorang pemimpin harus selalu bernuansa karakter baik yaitu mengayomi anak buah, dan menata organisasi dengan baik, menuntut pemimpin untuk menjadi lebih super. Jika kita bekerja pada sebuah organisasi. Pemimpin organisasi tersebut mempunyai karakter seperti yang digambarkan oleh Machiavelli, terutama ketika ia berhadapan dengan pihak eksternal organisasi. Hal yang menarik, segala keuntungan finansial yang didapat / dimanipulasi dari pihak eksternal tersebut kemudian diberikan untuk kesejahteraan semua anak buah organisasi. Ini dilakukan demi ‘membeli’ kesetiaan anak buah (termasuk kita) terhadap pimpinan, sehingga kekuasaan dalam organisasi menjadi lestari. Tentu merasa senang hidup bisa terjamin, sekaligus tujuan bisa tercapai dengan sukses dan sangat menguntungkan.
Nama Machiavelli, akhir diasosiasikan dengan hal yang buruk, untuk menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Orang yang memperagakan tingkah laku yang dibuat seperti ini dinamakan makiavelis, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dalam psikologi mengacu pada kepribadian yang fokus pada kepentingannya sendiri sehingga mereka cenderung akan memanipulasi, menipu, dan mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
Bila dikaji lebih mendalam isi dari karya The Prince, tidaklah dapat dikatakan bahwa seluruh isi nasihatnya menggambarkan Machiavelli sebagai pengatur siasat yang jahat, penjilat, penuh kekejaman, amoral dan penuh tipuan dalam mengejar kekuasaan. Atau dari hasil bahasan banyak orang yang mencap tentang Machiavelli berisi the end justifies the means atau tujuan menghalalkan segala cara, yang dipandang orang, bahwa hal itu tidak boleh melanggar moralitas dan agama. Menurut Machiavelli, tidak jadi soal sepanjang untuk mencapai tujuan (kekuasaan). Bagi Machiavelli, keberhasilan seseorang dalam mencapai tujuan, itulah orang yang sukses sehingga perlu cara-cara, bagaimanapun caranya, meskipun bertentangan dengan moralitas.
Berdasarkan kajian tersebut, jelas bahwa tidak sekonyong-konyong orang melakukan sesuatu tanpa sebab, tetapi harus berdasarkan apa yang menjadi dasar orang itu berbuat. Sebagai contoh Machiavelli mengatakan boleh membunuh semua lawan, sepanjang dikhawatirkan mereka akan melawan atau menghancurkan kekuasaan politiknya. Apapun boleh dilakukan untuk memperkuat dan memperluas kekuasaannya. Sekarang saja (dalam dunia hukum) orang diperkenankan untuk membunuh jika keselamatan jiwanya terancam. Lihat kasus aparat penegak hukum (police). Untuk itu, jika Machiavelli dianggap kejam, jahat, tidak berprikemanusiaan, berarti tidak sepadan dengan kehidupan atau realita sekarang. Hanya Machiavelli itu tidak terlalu “ kuat” untuk menyatakan bahwa dalam melanggengkan kekuasaan perlu dengan membunuh.
Tidak perlu menghujat atau pun mempermasalahkan dari karakter Machiavelli kalau pun tidak menguntungkan, kita bisa belajar dari prinsip kepemimpinannya. Berikut prinsip-prinsip kepemimpinan Machiavelli ;
- Dalam gagasannya pemimpin harus bisa memberdayakan diri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain, harus memiliki kualitas diri yang tinggi, memperkuat kualitas diri.
- Orang-orang besar tidak mencapai kebesarannya dengan keuntungan, tetapi dengan kesempatan yang datang, kemudian bentuk sesuai kehendaknya.
- Keberuntungan memberikan setengahnya dan membiarkan setengahnya dari dirinya untuk kita tentukan sendiri.
- Harus bisa memahami organisaasi secara utuh.
- Setiap pemimpin harus memahami tahu cara memerintah, karena mereka yang berharap dipatuhi harus tahu caranya memerintah
- Disukai oleh organisasi
- Pemimpin harus punya keinginan yang besar, ambisi yang tinggi, menjadi bijaksana seakligus kejam, menjadi pemurah sekaligus liberal.
- Pemimpin harus mengetahui bagaimana cara bertindak.
- Marchiavelli memandang dunia politik sebagai dunia peperangan dan seorang pemimpin harus memiliki kualitas karakter seperti Harimau dan Rubah.
Daftar Pustaka :
Bass, B.M. (1990). Bass & Stodgill's Handbook of Leadership: Theory, Research, and Managerial Applications. Third Edition. New York: The Free Press.
Shinta, A.S. (2022). Kepemimpinan. [Presentasi PoewePoint)
Machiavelli, Niccolo. (1999). Il Principe, (Terj.C. Woekirsari). Jakarta : PT. Gramedia
Machiavelli, Niccolo. (2014). Sang Pangeran. Jakarta : PT. Gramedia.
Cary, Joyce, olitical and Personal Morality,” The Saturday Reviewi, 31 Desember 1955 (Mengenai hal ini penulis kutif dari Schmandt, Hanry J, Op.Cit, hlm.268)
Bass, B.M. (1990). Bass & Stodgill's Handbook of Leadership: Theory, Research, and Managerial Applications. Third Edition. New York: The Free Press.
Shinta, A.S. (2022). Kepemimpinan. [Presentasi PoewePoint)
Machiavelli, Niccolo. (1999). Il Principe, (Terj.C. Woekirsari). Jakarta : PT. Gramedia
Machiavelli, Niccolo. (2014). Sang Pangeran. Jakarta : PT. Gramedia.
Cary, Joyce, olitical and Personal Morality,” The Saturday Reviewi, 31 Desember 1955 (Mengenai hal ini penulis kutif dari Schmandt, Hanry J, Op.Cit, hlm.268)
0 komentar:
Posting Komentar