14.5.22

wawancara


 

PSIKOLOGI SOSIAL

Essay 1

Semester 2 T.A 202/2022

Oleh: Nia Zulkhaini (21310410097)

FAKULTAS PSIKOLOGI

Kelas Reguler

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA

Dosen: Dr. Arundati Shinta, M.A

Kegiatan tanya jawab yang dilakukan untuk memperoleh suatu informasi atau yang sering disebut dengan wawancara, biasanya dilakukan secara langsung namun juga bisa dilakukan secara tidak langsung. Pada umumnya bentuk informasi yang diperoleh dari wawancara dapat dinyatakan dalam bentuk tulisan, atau rekaman (audio). Wawancara digunakan sebagai pendukung penelitian untuk mengatasi kelemahan metode observasi dalam pengumpulan data. Menurut Ankur Garg,seorang psikolog yang menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bantu untuk pihak yang akan mempekerjakan seorang untuk suatu posisi, seperdi HRD yang mewawancarai karyawan yang ingin masuk kerja, atau juga bisa digunakan untuk orang biasa yang sedang mencari tahu tentang kepribadian seseorang ataupun mencari suatu informasi. Berdasarkan pelaksanaannya wawancara dibagi menjadi 3 jenis yaitu. Pertama, wawancara bebas, bebas menanyakan apa saja kepada responden namun pertanyaan harus sesuai dengan data yang dibutuhkan. Kedua, wawancara terpimpin, wawancara yang sudah dibekali daftar pertanyaan untuk responden. Ketiga, wawancara bebas terpimpin, mengombinasikan antara wawancara bebas dan terpimpin.Individu yang terlibat dalam wawancara harus saling memperkenalkan diri terlebih dahulu. Setelah itu menjelaskan maksud dan tujuan wartawan kepada responden. Pada umumnya sukses tidaknya suatu wawancara ditentukan oleh wartawan yaitu dari sikap,penampilan, dan perilaku. Sikap yang baik biasanya mengandung simpatik dan lebih membuat suasana berlangsung akrab atau komunikatif. Wawancara yang komunikatif dan hidup ditentukan oleh penguasaan permasalahan dan informasi seputar materi topik pembicaraan baik oleh narasumber maupun wartawan. Sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang wartawan saat melakukan wawancara yaitu, netral, ramah, dan adil atau wartawan harus selalu bersikap sopan kepada semua responden bagaimanapun keadaannya. Biasnya makin tinggi pendidikan responden makin sukar mengendalikannya. Pewawancara harus pandai-pandai mewawancarai dan menguasai teknik sedemikian rupa agar mendapat hasil yang diinginkaan. Tetapi responden yang pendidikannya bisa dikatakan terlalu rendah, maka akan mendapat kesukaran dalam menjawab pertanyaan jadi sebagai pewawancara harus pandai menjabarkan pertanyaan dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh responden. Selain responden yang merasa gugup saat diwawancarai, pewawancara juga bisa merasakan hal itu dia akan menjadi kagok saat memberikan pertanyaan kepada responden biasanya hal tersebut terjadi karena pewawancara belum terlalu menguasai teknik wawancara. Sikap responden saat menemui pewawancara yang seperti itu lebih baik langsung menjawab inti dari pertanyaan yang ditanyakan, tidak usah terlalu berbelit-belit saat menjawab untuk menghindari respon pewawancara yang bingung dengan jawaban kita. Dan juga ikuti saja alur pewawancara mau bagaimana agar pewawancara merasa bisa menguasai proses wawancara tersebut.

 

Daftar pustaka

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wawancara

soegijiono.K.R “Wawancara Sebagai Salah Satu Metode Pengumpulan Data”, http://ejournal.litbang.kesmes.go.id .vol.III No. 01/1993. Media Litbangkes.

 

0 komentar:

Posting Komentar