17.5.22

Pembentukan Sikap Sopan Santun (Tata Krama) Dengan Makan Bareng Bersama Keluarga

 

Pembentukan Sikap Sopan Santun (Tata Krama) Dengan Makan Bareng Bersama Keluarga



Ujian Tengah Semester Psikologi Lingkungan 

Dosen Pengampu: 

Dr., Dra. Arundati Shinta, MA

Oleh:  

Langgeng Dwi Hartono (20310410063) 

Psikologi Bisa

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Fakultas Psikologi


Apa itu sikap? 

     Setiap orang memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu hal tertentu (objek tertentu). Sikap menunjukkan penilaian, perasaan, serta tindakan terhadap suatu objek. Sikap yang berbeda-beda terjadi karena adanya pemahaman, pengalaman, dan pertimbangan yang sudah pernah dialami seseorang dalam suatu objek. Maka dari itu hasil sikap terhadap suatu objek ada yang bersifat positif (menerima) dan negatif (tidak menerima).

     Menurut Thursione  (dalam Ahmadi, 2009) menjelaskan, bahwa sikap adalah sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologi. Sedangkan menurut Sarwono (2009), sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa benda, kejadian, situasi, orang-orang, atau kelompok.

     Sikap juga memiliki aspek-aspek. Arifin (2015) menjelaskan bahwa komponen sikap memiliki 3 aspek yaitu; 

a. Aspek kognitif yaitu berkaitan dengan gejala mengenai pikiran . Aspek ini berwujud pengolahan, pengalaman, dan keyakinan serta harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. Aspek ini berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berkaitan dengan objek.

b. Aspek afektif adalah berwujud proses yang berkaitan dengan perasan tertentu, seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada objek-objek tertentu.

c. Aspek konatif adalah berwujud proses tendensi/ kecenderungan untuk berbuat suatu objek, misalnya kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri, dan sebagainya. 

     Kemudian sebuah sikap seseorang dapat terbentuk oleh beberapa faktor. Menurut Azwar (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah: 

a. Pengalaman pribadi, haruslah meninggalkan kesan yang kuat dengan melibatkan faktor emosional.

b. Kebudayaan, pengaruh lingkungan sangatlah penting dalam membentuk pribadi seseorang.

c. Orang lain yang dianggap penting, seperti orang tua, teman sebaya merupakan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

d. Media massa, penyampaian informasi sugestif, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

Manfaat budaya makan bareng terhadap pembentukan sikap sopan santun pada anak

     Makan bareng bersama keluarga seperti ini, sudah merupakan budaya yang ada di negara Asia bagian timur khususnya Indonesia. Makan bareng tersebut tidak hanya duduk manis dan menikmati makanan saja, ternyata dengan budaya makan bareng ini memiliki manfaat untuk membentuk sikap sopan santun kepada anak. 

     Dalam makan bareng tersebut secara tidak langsung akan membentuk sikap sopan santun pada anak. Anak akan melihat orang-orang lingkungan makannya seperti apa, melihat apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya atau keluarga yang lain. Contoh kecil yang anak lihat dalam hal sopan santun adalah makan dengan menggunakan tangan kanan dan tidak berbicara ketika makan.

     Seperti yang dijelaskan oleh Bandura (1977), bahwa manusia akan belajar dari lingkungan sekitarnya. Teori ini disebut dengan teori social learning. Teori belajar sosial menjelaskan bahwa perilaku manusia mempunyai interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Kebanyakan perilaku manusia dipelajari observasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang lain. Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak.

     Berdasarkan penjelasan teori di atas, anak akan belajar tentang sikap sopan santun dengan cara melihat lingkungan sekitarnya. Budaya makan bareng tersebut dapat membentuk sikap sopan santun kepada anak. Oleh karena itu, orang tua dan orang dewasa lainnya untuk melakukan perbuatan yang sopan ketika makan bareng bersama keluarga untuk mengajarkan kepada anak. 

 

Daftar Pustaka

Azwar, Saifuddin. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta. 

 Arifin, Bambang Syamsul. (2015). Psikologi Sosial. Bandung: Pustaka Setia. 

Bandura, A. (1997). Self Efficacy – The Exercise of Control (Fifth Printing, 2002). New York: W.H. Freeman & Company.

Sarwono, Sarlito. (2009). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.




0 komentar:

Posting Komentar