6.5.22

MENANAMKAN TOLERANSI PADA ANAK MELALUI PENDIDIKAN

 


Oleh :
Clarita Savdurin/ 21310410031

Dosen Pengampu : Dr. Arundathi Shinta M.A

PSIKOLOGI SOSIAL

Kelas Reguler

Semester Genap T.A 2021/2022

PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA




Toleransi? Apa itu pendidikan toleransi? Bagaimana sih harus menerapkannya pada anak?

Kita semua pasti sering mendengar kata “toleransi”.  Toleransi atau tenggang rasa adalah sikap dimana kita menghargai perbedaan dengan orang lain tanpa menghambat atau membenci perbedaan itu. Sedangkan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Maka pendidikan toleransi dapat dikatakan sebagai proses mendidik pada seseorang untuk bersikap toleran atau tenggang rasa terhadap perbedaan. Dimana saja kita berada kata toleransi selalu dikumandangkan, namun apakah itu sejalan dengan penerapannya?

 Nilai toleransi penting karena setiap manusia pasti akan menghadapi perbedaan. Perbedaan yang dihadapi di masa dewasa akan semakin kompleks. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan menenggang perbedaan, maka ia akan mengalami kesulitan membangun kehidupan bersama orang lain. Sebagai manusia,  tentu saja kita tidak mungkin hidup sendiri. Secara alamiah manusia adalah makhluk sosial. Jika dikaitkan dengan Psikologi Sosial maka akan berhubungan karena Psikologi sosial mempelajari tentang hubungan antara manusia dengan kelompoknya. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku manusia itu sendiri sehingga dalam suatu lingkungan akan ada yang namanya pertengkaran, pertikaian hingga perselisihan.  Berdasarkan pengetahuan tersebut, psikologi sosial membuat intervensi untuk membentuk kepribadian dan tingkah laku manusia agar lebih adaptif dan tepat guna dalam situasi dimana manusia itu berada. Ini berkaitan dengan bersikap toleran atau intoleran. 

Toleransi terhadap agama, toleransi terhadap suku dan budaya, ras dan warna kulit serta toleransi terhadap segala perbedaan. Namun dalam dunia dewasa ini dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih rasanya kata toleransi belum dimaknai dengan baik oleh sebagian orang. Warna kulit yang berbeda dihujat, cara berdoa dibanding-bandingkan dan bahkan gaya berbusana pun jika tak sesuai maka akan menjadi bahan ejekan. 

Rasanya di dunia dewasa ini sikap saling menghargai seiring perkembangan zaman juga dilupakan. Kita lupa bagaimana caranya bersikap toleran terhadap orang lain dalam hal apapun. Bahkan jika ia tak sama dengan kita maka kita membandingkannya dengan diri kita. Kita lupa bahwa perbedaan itu indah ketika disikapi dengan rasa toleran. 

 Sehingga pada anak usia dini perlu rasanya bagi kita untuk mulai menanamkan rasa toleransi melalui pendidikan. Pada masa emas mereka atau biasanya disebut “The Golden Age” anak akan mudah untuk menangkap segala hal yang kita ajarkan dan yang dia dapatkan dilingkungannya. Pada masa ini anak bisa dengan mudah menyerap atmosfir baik yang ada disekitar. Lantas pendidikan toleransi adalah hal penting yang perlu diajarkan sejak dini pada anak. 

Lantas, bagaimanakah caranya kita menanamkan toleransi pada anak melalui pendidikan?

Cara terbaik mengajarkan nilai karakter adalah dengan contoh atau teladan langsung, baik dari orangtua, guru, dan orang yang dianggap lebih senior. Kata para ahli, pendidikan karakter atau nilai itu ditangkap bukan diajarkan, “values are caught, not taught” . Dengan teladan yang diberikan orangtua, guru dan orang yang lebih senior, sebuah nilai yang diharapkan akan tertransfer dengan lebih efektif. Melalui pendidikan di sekolah maka bisa dimulai dari mengajarkan pada anak bahwa kita hidup dalam perbedaan. Perbedaan suku, rasa, agama, warna kulit dan sebagainya. Namun tanamkanlah bahwa semua itu adalah keberagaman yang memperkaya kita sebagai suatu bangsa. Tanamkanlah pada anak bahwa perbedaan harus kita hormati dan hargai. Misalnya, ketika teman yang berbeda agama sedang beribadah maka sudah sepatutnya bagi kita untuk menjaga ketenangan. Ada anak yang berbeda warna kulit dan bahasa maka kita hormati dan sudah sewajarnya kita tanamkan rasa persaudaraan. Ajarkanlah dia menghargai perbedaan dari hal-hal kecil. 

Bertoleransi bukan berarti  harus mengikuti gaya, atau cara beribadat orang lain. Namun, bersikap toleran adalah ketika kita berusaha menghargai dan menghormati perbedaan itu. Untuk itu, pendidikan toleransi pada anak adalah sebuah praktik nyata yang harus diterapkan oleh semua kalangan. Karena berbeda itu indah jika disikapi dengan toleran dan tenggang rasa. 


 

Sumber Referensi:

EPsikologi Digital Education. (2019). Psikologi sosial: 5 pengertian, sejarah, teori dan konsep dasarnya. Diakses pada tanggal 6 Mei 2022 dari https://epsikologi.com/psikologi-sosial/

 Muskibin, I.(2021).  Pendidikan karaketer toleransi . Nusa media. Diakses pada tanggal 6 Mei 2022. 

 Simarmata, H.T, Sunaryo, Fachrurozi, Purnama, C.S, Susanto, A., Neneng, N., Rizal, G.N., Sapei, A., Panji, Esha,O., dan Khomaini. (2017).  Menghargai perbedaan pendidikan toleransi untuk anak. Diakses pada tanggal 6 Mei 2022 dari https://library.fes.de/pdf-files/bueros/indonesien/14336.pdf

  

Sumber gambar: https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fdodyishak%2F5c174a9243322f5c7e226ac8%2Fpendidikan-toleransi-dari-bapak-muslim-dan-dari-ibu-yang-nasrani&psig=AOvVaw0FpYNc5WaKw-qwN9V19x3j&ust=1651868382830000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJjKls2XyfcCFQAAAAAdAAAAABAD

 


0 komentar:

Posting Komentar