6.5.22

ANAK MILENIAL DAN UJARAN KEBENCIAN DI MEDIA SOSIAL



 


Oleh :

Clarita Savdurin/ 21310410031

Dosen Pengampu : Dr. Arundathi Shinta M.A

PSIKOLOGI SOSIAL

Kelas Reguler

Semester Genap T.A 2021/2022

PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA



Ada apa sih antara anak milenial dan media sosial? Apakah berdampak positif bagi generasi milenial?

Pada era ini, bukan generasi milenial atau beristilahkan “kids zaman now” kalau tak mempunyai sosial media. Segala hal pasti akan berhubungan dengan media sosial. Media sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Jika dilihat dari psikologi sosial maka akan sangat berkaitan karena meyangkut perilaku individu atau kelompok dalam penggunaan media sosial.

Generasi milenial biasanya akan merasa ketinggalan kalau sehari tak mengecek media sosialnya. Bukan apa-apa, namun anak milenial biasanya jika melakukan apa saja akan berhubungan dengan sosmed. Mau makan upload, sedih upload, marah upload bahkan bahagia atau biasa saja pun perasaannya pasti akan dibagikan di media sosial. Perkembangan zaman yang disertai dengan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan semakin  terbukanya kesempatan individu untuk berinteraksi dengan sesama. Media sosial menjadi sebuah tempat bagi para warganet atau netizen dalam menjalankan beberapa ajang interaksi tanpa harus mengenal, mengetahui identitas, dan saling bertemu. Salah satu bentuknya dengan saling memberikan komentar tentang apa yang suatu individu lihat dan rasakan dalam sebuah postingan atau berita.

Media sosial dalam kehidupan sehari-hari, memudahkan kita dalam mendapat akses informasi mengenai wawasan masa kini. Namun, hal itu juga menebarkan berbagai sisi negatif sebagai dampak terlalu akrabnya masyarakat dari dewasa hingga anak-anak akan dunia virtual tersebut tanpa edukasi moral dalam penggunaannya. 

Jika dilihat dari umurnya saja, pengguna media sosial bahkan dari semua kalangan, bahkan bayi baru lahir pun sudah mempunyai media sosial. Namun apakah media sosial tak berdampak jauh terhadap kehidupan? 

Seperti dua sisi mata uang maka media sosial memiliki dampak positif dan juga negatif. Dampak positifnya adalah bahwa kita bisa berinteraksi secara virtual dengan orang lain tanpa harus dihalangi oleh jarak dan waktu, kita bisa berbagi informasi dan hal-hal positif lainnya. Namun, dampak negatif yang diberikan sangatlah buruk. Kecanduan akan media sosial, lupa waktu, pengaruh buruk, dan yang paling marak terjadi yaitu menyebarnya hoax dan ujaran kebencian. Lantas bagaimanakah kita sebagai generasi milenial harus menanggapi ini? Apakah terlibat dalam hoax dan menyebarkan ujaran kebencian? 

Ujaran kebencian terus muncul untuk menyudutkan kelompok agama, ras dan etnis lain. Ujaran kebencian kerap tersebar dalam bentuk kalimat dehumanisasi (merendahkan kemanusiaan) dan demonisasi (melebih-lebihkan keburukan). Ujaran kebencian tentunya merendahkan derajat kemanusiaan seseorang atau kelompok tersebut, dan mampu memicu kebencian dan kekerasan di dunia nyata. Ujaran kebencian nyatanya sekarang sedang diperangi dan terus diberantas.  

Bahkan bagi siapa yang mencoba untuk melakukan ujaran kebencian sudah diatur dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE, “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).”

Kebebasan yang ada di media sosial juga tidak semata-mata bisa berlaku semaunya, ada hukum yang mengatur dan membatasi. Karena walaupun dunia maya, yang ada di dalamnya adalah orang yang ada di kehidupan nyata namun terpisahkan jarak atau faktor lain. Rasanya tidak ada orang yang tidak mengenal gadget di era milenial ini, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Tak hanya dampak positif yang ada didalam media sosial, namun juga terdapat dampak negatif yang juga harus diperhatikan agar mengetahui batasan-batasan. Akhir-akhir ini banyak sekali masalah baru yang muncul dari penggunaan media sosial, pertengkaran, tawuran, bahkan pembunuhan hanya karena pemakaian media sosial yang tidak pada tempatnya, seperti memberikan berita hoax, menyebar ujaran kebencian dan juga perundungan.

Sehingga sebagai generasi milenial yang baik maka sudah sepatutnyalah bagi kita untuk memanfaatkan media sosial dengan hal-hal positif dan bermanfaat. Sudah sepatutnya kita menebar kebaikan dan bukan kebencian. 

 

Sumber Referensi:

Naufaly, Y. R. (2020). Media sosial dan generasi milenial. relasi kuat antara generasi milenial dan media, 1-6.

Zein, M. F. (2019). Panduan Menggunakan Media Sosial untuk Generasi Emas Milenial. Mohamad Fadhilah Zein.

Egsaugm.(2022). Budaya berkomentar  warganet di media sosial;: ujaran kebencian sebagai sebuah tren. diakses pada tanggal 5 Mei 2022 dari https://egsa.geo.ugm.ac.id/2022/02/06/budaya-berkomentar-warganet-di-media-sosial-ujaran-kebencian-sebagai-sebuahtren/#:~:text=Ujaran%20kebencian%20di%20media%20sosial,dapat%20mempengaruhi%20permasalahan%20mental%20seseorang.

Andryanto, S.D.(2021). Pelaku ujaran kebencian terancam 6 tahun penjara serta denda maksimal Rp1 M diakses pada tanggal 5 Mei 2022 dari https://nasional.tempo.co/read/1499383/pelaku-ujaran-kebencian-terancam-6-tahun-penjara-serta-denda-maksimal-rp1-m#:~:text=Untuk%20ujaran%20kebencian%20sudah%20diatur,dan%20antargolongan%20(SARA).%E2%80%9D

Sumber gambar:

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fgardaindonesia.id%2Fujaran-kebencian-di-media-sosial%2F&psig=AOvVaw3DAF_os3iw1thru53iU2e9&ust=1651868167275000&source=images&cd=vfe&ved=0CAwQjRxqFwoTCJCA0dyWyfcCFQAAAAAdAAAAABAE

1 komentar:

  1. Sangat menarik. Silakan kunjungi websie kami untuk informasi lainnya : https://unair.ac.id/tag/generasi-milenial/

    BalasHapus