1.5.22

MASYARAKAT ENGGAN VAKSINASI COVID-19?

Masyarakat Enggan Vaksinasi Covid-19: Apa Sebab dan Solusinya?

Tugas Essay Psikologi Sosial

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Qoyyimah Sofiati / 21310410036

Mata Kuliah : Psikologi Sosial

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA

Pertama kalinya virus Covid-19 ditemukan di Kota Wuhan, Tiongkok pada bulan November 2019. Penyebaran virus yang menyebar dengan sangat cepat dan luas secara global. Virus Covid-19 ini menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan. Penularan virus ini melalui droplet yang tersebar saat seseorang yang mengalami paparan batuk, bersin, ataupun berbicara dan juga virus dapat ditularkan melalui udara. Dengan segala upaya, pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mencegah masuknya virus, namun usaha tersebut tidak berhasil. Wabah virus ini masuk ke Indonesia dan menjadi berkepanjangan hingga saat ini. Adanya virus ini, memberikan banyak dampak signifikan dalam berbagai bidang seperti kesehatan dan perekonomian di Indonesia.

Pemerintah Indonesia telah berupaya untuk mengatasi virus Covid-19 ini, mulai dengan membatasi kegiatan masyarakat, mengajak masyarakat untuk taat protocol kesehatan, dll. Dalam kaitannya untuk mengatasi dan memutus rantai penyebaran Covid-19, masih banyak masyarakat yan masih tidak menggunakan masker ketika berada di tempat umum akibatnya penularan Covid-19 menyebar dengan cepat. Fenomena yang terjadi karena kebiasaan masyarakat yang masih terbatas pengetahuan tentang Covid-19 dan juga banyaknya berita hoax beredar yang menambah ketakutan dan kecemasan berlebihan di masyarakat. Dengan pesatnya penyebaran virus ini dan bahaya yang akan muncul, maka salah satu upaya yang dapat mencegah penyebaran virus ini adalah dengan mengembangkan vaksin. Pemberian vaksin kepada masyarakat menjadi langkah preventif dalam memutus rantai penyebaran Covid-19.

Kondisi pandemi Covid-19 mulai memperlihatkan titik terang dengan tersedianya vaksin di beberapa negara, termasuk Indonesia. Namun, hal ini justru menimbulkan polemik baru karena ada saja masyarakat yang enggan divaksin dengan berbagai alasan. Aksi pemerintah dalam menggalakkan program vaksinasi Covid-19 ini mempunyai banyak tantangan. Alasan vaksin yang beragam seperti merasa bahwa vaksin tidak aman, vaksin dinilai tidak efektif, merasa tidak membutuhkan atau merasa sehat, tidak mau membayar untuk vaksin, dll. Masyarakat menolak menerima vaksin Covid-19 juga dikarenakan takut dengan efek samping, ketidak-amanan, dan juga kehalalan vaksin tersebut. Di sisi lain, beberapa masyakarat juga memberi persepsi tentang Covid-19 sebagai tanda-tanda akhir zaman sehingga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara yang berbeda-beda daripada harus melakukan vaksinasi. Ditambah lagi banyaknya berita-berita mitos dan juga hoax yang beredar mengenai vaksin di media sosial sehingga perlu edukasi yang masif di masyarakat.

Situasi ini kemudian membuat pemerintah harus memperbaiki langkah pendekatan terkait vaksin Covid-19 ini. Hingga pada tanggal 13 Januari 2020 Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima vaksin. Langkah tersebut menjadi awal diberlakukannya sistem wajib vaksin di Indonesia. Penerapan beberapa kebijakan oleh pemerintah belum dapat menekan angka persebaran Covid-19 secara signifikan. Kondisi ini membuat pemerintah menerapkan ketentuan pengenaan sanksi administrasi berupa penundaan atau penghentian jaminan sosial bagi masyarakat yang menjadi sasaran penerima vaksin namun tidak mengikuti vaksin, aturan ini tertuang pada Pasal 13A ayat (4) huruf aPerpres No.14 Tahun 2021. Namun aturan ini banyak mendapat kritikan. Sehingga diperlukan pendekatan lain dari pemerintah tanpa harus menggunakan pendekatan yang sifatnya memaksa.

Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan Socia-Cultural atau pendekatan budaya. Pendekatan ini sekiranya mampu menyentuh akar permasalah terhadap kenadala yang dialami dalam penangnan pandemi Covid-19. Pendekatan sosial budaya ini merupakan model pendekatan yang berfokus pada nilai-nilai sosial dan budaya yang melekat dan berkembang disuatu masyarakat seperti sistem tatanan sosial, maupun sistem religi. Sehingga dengan pendekatan ini bisa didapatkan kesamaan dalam pola pikir, persepsi, keyakinan-keyakinan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi perilaku dan bagaimana individu menjalani kehidupannya di dalam suatu masyarakat.

Melalui pendekatan sosial-budaya yang di dalamnya menekankan pada nilai-nilai adat istiadat, kondisi sosial, serta dengan melibatkan tokoh-tokoh adat, maupun tokoh agama diharapkan bisa menggerakkan kesadaran masyarakat akan pentingnya vaksinasi dan bahaya Covid-19. Dengan terlibatnya tokoh masyarakat tentunya sangat penting untuk menyentuh lapisan-lapisan masyarakat yang terdiri dari berbagai macam perspektif dan kepercayaan terkait keberadaan Covid-19. Dengan demikian, bentuk pendekatan sosio-cultrua (sosial-budaya) yang bisa dilakukan dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, yaitu:

1)    Dengan menggabungkan materi sosialisasi dengan kearifan- kearifan lokal yang ada di masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan memasukkan materi sosialisasi terkait bahaya Covid-19 (wabah penyakit) dan pentingnya vaksinasi ke dalam cerita-cerita tradisional. Cerita tersebut kemudian dapat dituangkan dengan menekankan bahwa wabah penyakit (tidak hanya Covid-19) telah ada sejak zaman dahulu, dan perkembangan wabah tersebut salah satunya disebabkan oleh kebiasaan, atau cara hidup masyarakat itu sendiri. Cerita-cerita tersebut kemudian bisa disebarkan melalui berbagai media elektronik seperti televisi, maupun radio. Sebab banyak masyarakat-masyarakat pedesaan yang masih menggunakan radio sebagai salah satu media untuk mendapatkan informasi-informasi atau berita dari luar.

2)  Adanya pelibatan tokoh masyarakat, seperti tokoh adat, tokoh pemuda, maupun pemuka agama sebagai agen kesehatan dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya Covid-19 dan efektivitas vaksin. Hal ini didasarkan pada karakteristik masyarakat pedesaan yang masih kental akan nilai- nilai adat istiadat dan keyakinan, sehingga dengan keterlibatan tokoh-tokoh tersebut mampu meningkatkan kesadaran dan rasa peduli masyarakat.

3)   Adanya keterlibatan institusi-institusi pendidikan seperti perguruan tinggi. Dalam hal ini pemerintah dapat berkoordinasi dengan institusi pendidikan seperti perguruan tinggi untuk turut serta melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait evektifitas vaksin. Hal ini juga sebagai bentuk perwujudan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian kepada masyarakat ini bisa dilakukan dengan melibatkan mahasiswa-mahasiswa untuk turun langsung ke masyarakat dalam memberikan sosialisasi. Tentunya sosialisasi sebagaimana dimaksud dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Adapun upaya keterlibatan perguruan tinggi dalam memberikan edukasi terkait Covid-19 kepada masyarakat bisa dilakukan melalui program KKN Tanggap Bencana Covid-19, maupun program-program lainnya yang menekankan pada pendekatan kemasyarakatan (sosial budaya). Sebab kerjasama dan aksi kolektif lintas profesi dan disiplin sangat diperlukan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat.

Banyaknya penyebab penolakan terhadap vaksinasi Covid-19 dikarenanan persepsi masyarakat mengenai vaksinasi Covid-19 yang bermacam-macam sehingga perlu melakukan pendekatan-pendekatan lain seperti melakukan edukasi atau sosialisasi secara masif dan terstruktrur. Juga dengan melakukan pendekatan sosio-cultrual (sosial-budaya) di mana pendekatan ini melibatkan berbagai pihak, khususnya tokoh-tokoh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA:

Tinungki, Y. L., Pangandaheng, N. D., & Simanjorang, C. (2022). ( The Indonesian Journal of Public Health ) Persepsi Masyarakat terhadap Vaksinasi Covid-19 : Studi Kualitatif di Indonesia. 17, 67–72.

Fauzia, A., & Hamdani, F. (2021). Pendekatan Socio-Cultural dalam Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang, 7(1), 323–338. https://doi.org/10.15294/snhunnes.v7i1.709

Alfaris, F. T., Hasanah, E. L., Sari, L. D., Windi, A., Fitria, I. G., Ningtyias, F. W., Fitri, N., Astuti, W., & Sandra, C. (2021). Peningkatan literasi vaksinasi sebagai solusi pencegahan covid-19 Info Artikel Abstrak Situasi di Dunia saat ini sedang melawan pandemi Covid-19 ( coronavirus disease ) yang dapat mempengaruhi segala aktivita. PROMOTIF : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2), 178–188.

0 komentar:

Posting Komentar