14.5.22

Keagresifan Antara Pria Atau Wanita


Psikologi Sosial
Semester Genap T.A 2021/2022
Untuk Memenuhi Tugas Tentang 
"Perbedaan Perilaku Agresif Antara Laki - Laki dan Perempuan" 
Oleh :
Muslimin (21310410065)
Kelas A (Reguler) 
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M.A.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA

Remaja adalah masa peralihan (Aimaretti, et al., 2015; Ryba, et al., 2016; Stringer, et al., 2015) saling berinteraksi dan menjalin hubungan dengan yang lain (Ifdil, 2013), masa yang penuh gejolak (Taufik, T., & Ifdil, I. 2013) dan pada umumnya di masa ini individu berada dalam masa yang belum cukup stabil (Hill, White, Lolley, Sidki-Gomez, & Williams, 2012; Laudenslager, et al., 2013). Elida (2006) menjelaskan pada periode remaja individu cenderung memunculkan emosi negatif, hal ini karena remaja mengalami berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhannya. Saat remaja mengalami situasi yang tidak menyenangkan, remaja akan cenderung menghadapinya dengan emosi negatif bahkan agresif (Kartono, 2005; Tengah, 2009).
Agresi diartikan Chaplin dalam kamus psikologinya (2011) sebagai suatu serangan atau serbuan yang ditujukan kepada seseorang atau kepada sebuah benda. Lebih lanjut, Agresi diartikan Baron & Byrne (2005) sebagai siksaan untuk menyakiti orang lain yang dilakukan secara sengaja. Agresi yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku disebut dengan perilaku agresif (Gini, Pozzoli, & Hymel, 2014; Svare, 2013). Perilaku agresif adalah reaksi berupa serangan yang dilakukan individu terhadap orang maupun benda-benda sekitarnya dengan sengaja dan bermaksud menyakiti dan merusaknya. Dijelaskan lebih lanjut oleh Atkinson, dkk. (1983), perilaku agresif adalah perilaku melukai orang lain secara fisik maupun verbal atau merusak harta benda. Perilaku agresif secara fisik diwujudkan dalam bentuk perilaku melempar (Palaa, Hulukati, & Smith, 2013; Wicaksono, Dharmayana, & Sinthia, 2014), memukul (Sari & Setiawati, 2013), mendorong (Wicaksono, et al., 2014), dan berkelahi (Mahfudlo, 2014). Selanjutnya, perilaku agresif secara verbal (Siswanti, 2006) diwujudkan dalam bentuk perilaku menghina (Wontami, Pangayow, & Yunus, 2015), berkata kasar (Restu, 2013), mengancam (Hidayat, 2004), dan bergunjing (Anya, Herieningsih, Pradekso, & Naryoso, 2015). Kemudian, perilaku merusak harta benda milik orang lain diwujudkan dalam bentuk pengrusakan harta benda milik umum maupun milik individu lain. Perilaku agresif terjadi tidak hanya karena keinginan pelaku agresi saja tetapi juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Santrock (dalam MF. Sumbaga, 2012) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yakni identitas diri, kontrol diri, usia, harapan terhadap pendidikan dan nilai- nilai di sekolah, kehidupan dalam keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi dan kualitas tempat tinggal, serta dipengaruhi juga oleh jenis kelamin. Terkait jenis kelamin, Tim Penulis Fakultas Psikologi UI (2009: 154) juga menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat menjadi dasar yang perlu diperhatikan dalam mengkaji perilaku agresif. Fenomena yang ditemukan di salah satu sekolah menengah, mengidentifikasi perilaku agresif yang seringkali muncul di kalangan siswa perempuan adalah agresi verbal, seperti mengumpat, membentak, dan berkata kasar. Sedangkan perilaku agresif yang seringkali dimunculkan siswa laki-laki ialah agresi fisik seperti memukul, menendang kursi teman, dan berkelahi. Fenomena lain yang ditemukan berdasarkan hasil pengamatan ialah adanya coretan di meja, kursi, bahkan di dinding sekolah. Fenomena perilaku agresif yang tampak dalam kehidupan masyarakat khususnya dunia pendidikan cukup memprihatinkan. Oleh karenanya penelitian untuk mengidentifikasi kondisi awal (preliminary research) ini dilakukan untuk mengungkapkan kondisi awal perilaku agresif siswa berdasarkan jenis kelamin, serta melihat perbedaan diantara keduanya, sehingga dapat menjadi langkah awal untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pengentasan masalah perilaku agresif siswa dan pengembangan layanan bimbimbingan dan konseling.
Kondisi Perilaku Agresif Siswa Laki-laki Perilaku agresif cenderung dimiliki oleh laki-laki. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan 38% siswa laki-laki berada pada kategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan pada umumnya siswa laki-laki cukup agresif, baik secara fisik, verbal, maupun merusak harta benda milik orang lain. Hal ini terjadi akibat siswa laki-laki lebih sulit untuk mengendalikan emosinya dibanding-kan dengan siswa perempuan. Terlihat dari banyaknya siswa laki-laki yang cenderung berperilaku agresif di sekolah. Hampir setiap harinya perilaku agresif ini ditemukan dikeseharian remaja terutama remaja laki-laki, sehingga perkelahian antar remaja laki-laki pun terkadang tidak dapat dihelakkan. Kekerasan seringkali menjadi salah satu kebanggaan dalam diri remaja dan dijadikan ajang meningkatkan harga diri di hadapan teman-teman (Sarlito, 2012: 54). Lebih lanjut, Broverman (dalam Bimo, 2011) menyebutkan sifat laki-laki lebih independen, ambisius, kuat, kasar, dan agresif dibandingkan perempuan. Erikson (dalam Santrock, 2007) mengungkapkan laki-laki memiliki sifat yang suka mencampuri dan agresif. Sesuai dengan pendapat Taylor (2012: 445) yang menyatakan terdapat perbedaan laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal, salah satunya perilaku agresif yang termasuk di dalamnya perilaku merusak harta benda milik orang lain. Hal ini menjelaskan laki-laki lebih berkemungkinan untuk menampilkan perilaku agresif dalam kesehariannya dibandingkan perempuan. Kondisi Perilaku Agresif Siswa Perempuan Hasil penelitian terkait perilaku agresif siswa perempuan menunjukkan 36% siswa perempuan berada pada kategori rendah. Hasil penelitian ini bermakna pada umumnya siswa perempuan berperilaku kurang agresif, baik secara fisik, verbal, maupun merusak harta benda milik orang lain. Hal ini diduga terjadi karena siswa perempuan cenderung memikirkan segala hal sebelum mengerjakan suatu perilaku sehingga siswa.
perempuan dapat terhindar dari perilaku agresif. Terlihat dari hasil yang diperoleh siswa perempuan yang menunjukkan siswa perempuan kurang agresif. Broverman, dkk. (dalam Bimo, 2011: 123) menyatakan perempuan lebih bijaksana dalam melakukan sesuatu hal dibandingkan dengan anak laki-laki. Sesuai dengan pendapat Williams (dalam Bimo, 2011: 127) yang menyatakan anak perempuan lebih cenderung bersifat lembut, penuh kasih sayang, dan simpatik dibandingkan dengan berperilaku agresif. Hal ini memberi makna bahwa kemungkinan perempuan berperilaku agresif lebih kecil dibandingkan laki-laki. Perbedaan motivasi belajar siswa berdasarkan jenis kelamin Karakteristik fisik laki-laki dan perempuan dapat mempengaruhi perilaku mereka (Freud & Erikson, dalam Santrock, 2007), termasuk perilaku agresif. Dijelaskan lebih lanjut oleh Santrock (dalam MF. Sumbaga, 2012) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu identitas diri, kontrol diri, usia, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, kehidupan dalam keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi dan kualitas tempat tinggal, serta dipengaruhi juga oleh jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku agresif siswa lakilaki dan siswa perempuan. Dimana perilaku agresif siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan perilaku agresif siswa perempuan. Penjelasan hormonal mengungkapkan kecenderungan agresif yang meningkat pada hormon testosteron. Menurut pandangan ini, perbedaan jenis kelamin dalam agresi berhubungan dengan tingkat testosteron yang lebih tinggi pada laki-laki (Anna, 2014). Berdasarkan penjelasan tersebut, tampak dengan jelas bahwa perilaku agresif dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, yang artinya terdapat perbedaan perilaku agresif laki-laki dan perempuan.

Daftar Pustaka
file:///C:/Users/zaico/Downloads/39-86-1-PB%20(5)%20(1).pdf, diakses pada tanggal 14 Mei 2022 pukul 10:37.

0 komentar:

Posting Komentar