27.4.22

Perilaku Agresif Pada Remaja

 


Psikologi Sosial

Semester Genap T.A 2021/2022

Oleh :

Muslimin (21310410065)

Kelas A (Reguler) 

Dosen Pengampu:

Dr. Arundati Shinta, M.A.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS PROKLAMASI 45

YOGYAKARTA

Perilaku Agresif
Neil dan Stewart (dalam Hanurawan, 2010) menjelaskan bahwa perilaku agresif merupakan suatu perilaku yang diniatkan untuk mendominasi atau berperilaku secara destruktif melalui verbal maupun fisik yang diarahkan kepada objek sasaran perilaku agresif. Objek sasaran perilaku agresif meliputi lingkungan fisik, orang lain, dan diri sendiri. Perilaku agresi adalah tiap bentuk perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk menyakiti atau melukai orang lain (Kaplan, 2010). Menurut Baron dan Byrne (2005) perilaku agresi merupakan tingkah laku yang menyebabkan penderitaan dan menyakiti orang lain. Sedangkan menurut Myers (2012) konsep agresi adalah sebagai perilaku fisik atau verbal yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan. Berdasarkan uraian tentang pengertian perilaku agresif di atas, maka dapat disimpulkan perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan individu kepada objek sasaran dengan tujuan untuk menyakiti atau merusak. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009) perilaku agresif muncul berkaitan erat dengan rasa marah yang terjadi dalam diri seseorang. Rasa marah tersebut dapat muncul dengan sebab atau faktor sebagai berikut:

a. Adanya serangan dari orang lain. Sebagai contoh ketika seseorang menyerang dan mengejek dengan perkataan yang menyakitkan secara tiba-tiba maka hal ini dapat menimbulkan sikap agresif terhadap lawan.
b. Terjadinya frustasi dalam diri seseorang. Frustasi merupakan gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Individu yang mengalami frustasi akan cenderung membangkitkan perilaku agresifnya. Hal ini terjadi karena individu tidak mampu menahan penderitaan yang menimpa dirinya.
c. Ekspektasi pembalasan atau motivasi untuk balas dendam. Semakin tinggi tingkat keberhasilan seseorang melakukan balas dendam maka semakin tinggi kemungkinan untuk melakukan perilaku agresif. Sedangkan menurut Myers (2012) faktor yang mempengaruhi perilaku agresif antara lain
yaitu:
a. Frustasi, merupakan gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan.
b. Pembelajaran agresi, dengan menggunakan reward dan pembelajaran sosial.
c. Pengaruh lingkungan, situasi lingkungan yang menyakitkan, suhu udara panas, serangan, kerumunan orang yang dapat memicu perilaku agresif.
d. Sistem syaraf otak, mekanisme neural otak mendukung regulasi diri dalam meningkatkan kontrol diri sehingga mengurangi perilaku agresif.
e. Faktor genetik atau keturunan.
f. Faktor kimia dalam darah, meliputi alkohol dan obat-obatan.

Berdasarkan uraian tentang faktor yang dapat mempengaruhi perilaku agresif, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku agresif yaitu: frustasi, lingkungan sosial, proses pembelajaran, genetik, dan zat kimia dalam tubuh individu. Menurut Buss dan Perry (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2006) menjelaskan bentuk perilaku agresif dalam empat bentuk, yaitu:
a. Agresi fisik, merupakan komponen perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti orang secara fisik. Contohnya: menyerang, memukul, menendang atau mendorong.
b. Agresi verbal, merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti orang lain secara verbal. Contohnya: berdebat, menunjukkan ketidaksukaan dan ketidaksetujuan pada orang lain, kadang kala menyebarkan gosip, membentak, menghina, dan lain sebagainya.
c. Agresi marah, merupakan emosi atau afeksi seperti munculnya kesiapan psikologis untuk bertindak agresif. Contohnya: kesal, hilang kesabaran, dan tidak mampu mengontrol rasa marah.
d. Sikap permusuhan, meliputi komponen kognitif seperti benci dan curiga pada orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.

Remaja
Remaja adalah periode perkembangan dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 hingga 20 tahun (Perry & Potter, 2005). Menurut Soetjiningsih (2004), masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa. Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004). Wong (2008) menjelaskan masa remaja terdiri dari tiga subfase yang jelas yaitu masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun). Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Tugas perkembangan remaja akan memicu pertahanan diri seseorang yang akan menstimulasi kemampuan beradaptasi yang baru untuk mengarahkan remaja kepada regresi dan respon koping yang maladaptif. Menurut Havighurst (dalam Struart, 2005) tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan selama masa remaja antara lain:
a. Mencapai hubungan yang baru dan lebih mature baik dengan sesame jenis maupun lawan jenis.
b. Mencapai peran sosial maskulin dan feminism.
c. Menerima bentuk fisik dan menggunakan tubuh secara efektif.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan dewasa lain.
e. Mempersiapkan untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga.
f. Mempersiapkan karir.
g. Memperoleh kumpulan nilai-nilai dan sistem etika sebagai panduan untuk berperilaku dan mengembangkan ideologi.

Perkembangan yang dialami seseorang pada masa remaja antara lain perkembangan biologis, perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan spiritual, dan perkembangan sosial. Berikut pemaparan tahap perkembangan remaja menurut Stuart (2005), Potter (2005), dan Wong (2008):
a. Perkembangan biologisRangkaian perubahan biologis yang terjadi pada masa remaja disebut pubertas, meliputi kumpulan peristiwa biologis yang menghasilkan perubahan di seluruh tubuh. Perubahan fisik pada pubertas yang paling utama merupakan hasil dari aktivitas hormon yang diatur oleh sistem syaraf pusat sehingga perubahan tersebut jatuh ke dalam dua kategori yaitu perkembangan hormonal dan perkembangan otak (Potter, 2005). Menurut Stuart (2005) perubahan biologis dapat mengganggu keseimbangan antara ego dan id, serta perlu diatasi dengan solusi baru. Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja berdampak pada perubahan psikologis terutama emosi seperti: tidak percaya diri, malu, marah, tidak sabar, malas, gelisah, serta perubahan keinginan. Perubahan emosi pada remaja pria lebih sering daripada remaja perempuan.
b. Perkembangan psikososial Menurut Erikson (dalam Stuart, 2005) masa remaja digambarkan sebagai usaha untuk membangun suatu identitas dalam lingkungan sosial. Pencarian tersebut merupakan krisis masa remaja yang normal disebut sebagai tahap identitas vs kebingungan identitas. Remaja perlu menemukan identitas sebelum masa dewasa agar tidak terjadi kebingungan identitas. Pencarian identitas pada masa remaja meliputi: identitas kelompok, identitas individual, identitas peran seksual, dan emosionalitas.
c. Perkembangan kognitif Menurut Piaget (dalam Stuart, 2005) masa remaja sebagai tahap lanjut dari fungsi kognitif dimana kemampuan pertimbangan di luar objek kongkret menjadi simbol atau abstraksi yang disebut pemikiran formal (formal thought). Remaja mampu berpikir secara logis, metafora, dan rasional.
d. Perkembangan moral Menurut Kohlberg (dalam Stuart, 2005) moralitas remaja berada pada tingkatan kedua yaitu moralitas konvensional. Pada periode ini remaja dituntut untuk berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok, loyal terhadap norma aturan yang berlaku dan diyakini, yang bertujuan untuk memenuhi kepuasan psikologis dari orang lain. Pada masa ini, remaja peka terhadap suatu kejanggalan dan ketidakseimbangan antara kepercayaannya dan kenyataan yang ada disekitarnya. Perubahan inilah yang mendasari sikap “pemberontak” pada remaja terhadap peraturan atau orientasi yang selama ini diterimanya.
e. Perkembangan sosial Perkembangan sosial pada masa remaja memungkinkan remaja mampu untuk memahami orang lain. selain itu, berkembang pula kecenderungan untuk mengikuti pendapat, kebiasaan, nilai, dan kegemaran teman sebaya. Remaja cenderung “ikut-ikutan” dan belum mampu menilai dampaknya bagi mereka. Bila kelompok teman sebaya berperilaku positif, maka remaja akan ikut menampilkan perilaku positif. Sebaliknya, bila kelompok teman sebaya berperilaku negatif, maka kemungkinan besar remaja akan menampilkan perilaku yang negatif juga (Potter, 2005).

Daftar Pustaka

Rahmawati A Asyanti S. (2017). Fenomena Perilaku Agresif Pada Remaja dan Penanganan Secara Psikologis. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjwp6_axLT3AhWuUGwGHVihAKUQFnoECA0QAQ&url=https%3A%2F%2Fpublikasiilmiah.ums.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F11617%2F9257%2FAdelina%2520Rahmawati.pdf%3Fsequence%3D1&usg=AOvVaw1Ja03GckvwcBFgqBAikMw1, diakses pada tanggal 27 April 2022 pukul 21.47 WIB. 

0 komentar:

Posting Komentar