PSIKOLOGI SOSIAL
Semester Genap T.A 2021/2022
Oleh :
Anisa Zakiatun Nufus (21310410083)
Kelas A (Reguler)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA
Dosen Pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M.A.
Sejak kecil anak laki-laki dan perempuan sudah
mempelajari peran-peran sosial yang dimainkan oleh laki-laki dan perempuan dewasa.
Masyarakat sering memberikan stereotype dan harapan yang berbeda pula pada anak
laki-laki dan perempuan.
Stereotype sendiri ialah prasangka
terkait segolongan orang dan dapat mempengaruhi persepsi serta penafsiran
informasi atau data yang sudah diterima. Stereotype mengacu kepada
kecenderungan dalam mempertahankan dan mengembangkan persepsi yang
tidak dapat berubah dan sudah tetap terkait sekelompok manusia, serta
menggunakan persepsi ini dalam mengevaluasi anggota suatu kelompok tersebut,
namun mengabaikan karakterstik dari setiap individual yang unik. Dalam
keseharian yang dapat dikatan stereotype ialah ketika sejumlah orang membangun
pendapat terkait suatu golongan lain
atau suatu objek tertentu serta bertindak sesuai dengan pendapat tersebut.
Contoh dalam realita yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari hari terkait stereotype
ini ialah ketika seorang dosen mengkategorikan seorang anak atau
sekelompok anak sebagai mahasiswa mahasiswi yang cerdas, malas, dan rajin. Kemungkinan
semua hal dan konsep tersebut menjadi
suatu stereotype. Hal tersebut berpengaruh kepada
bagaimana cara pandang mereka terhadap diri mereka dan membentuk suatu konsep
diri.
Demikian juga yang terjadi dalam
stereotype yang dilekatkan kepada jenis kelamin baik laki laki maupun perempuan
yang akan berdampak kepada tuntutan, harapan, dan perlakuan yang berbeda dari
masyarakat.
Dalam praktek kesehariannya perempuan
sering dianggap lebih emosional, sensitif, tidak tegas, lebih rapih, sabar dan
sebagainya sehingga dianggap lebih cocok untuk melakukan pekerjaan yang
sifatnya pelayanan dan membutuhkan
kesabaram seperti guru, perawat, dan
lain-lain. Sementara laki laki yang dianggap lebih kuat, tegas, kompetitif, dan
lain sebagainya.
Hurlock menyatakan bahwa konsep diri
ialah gambaran seseorang tentang dirinya
sendiri dan merupakan gabungan dari psikologis, keyakinan fisik, aspirasi,
emosional, sosial dan prestasi yang dicapai individu.
Menurut Burns terdapat lima faktor
yang dapat mempengaruhi konsep diri
seseorang, yaitu:
1. Body
image atau Citra Tubuh
2. Bahasa
3. Umpan
balik
4. Mengidentifikasikan
model peranan yang sesuai berdasarkan pada jenis kelamin secara biologis.
5. Metode
Pengasuhan
Sementara menurut Calhoun, yang
menyatakan bahwa sumber informasi dalam perkembangan dan pembentukan konsep
diri ialah melalui belajar, pengaruh orang tua, teman sebaya, dan masyarakat.
Dasar dari konsep diri ialah terkait
suatu konsep untuk menjadi seseorang
yang maskulin atau pun feminim. Proses pembentukan terkait stereotype gender di
mulai dari bagaimana proses seorang anak mulai melihat dan mendengar perilaku
perilaku orang dewasa baik laki laki maupun perempuan.
Dampak dari stereotype ini ialah
sekelompok orang yang menajdi objek dari stereotype ini diselimuti oleh pemahaman
yang membatasi tentang kemampuan dan kepribadian sebenarnya. Banyaknya pengertian
atau pemahaman seperti tidak mandiri, lemah, emosional yang dapat membatasi
baik kepada laki laki maupun perempuan namun juga penilaian negatif berupa
derajat laki laki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan yang dapat berdampak
kepada kepercayaan diri, rasa untuk dapat menghargai diri sendiri, juga
keberanian seseorang .
Disisi lain, kenyataannya diketahui bahwa
dalam masyarakat masih sangat kuat terkait budaya patriarki, yang mana umunya
sifat sifat maskulin lebih diterima dan dihargai ketimbang sifat sifat
feminitas. Itulah mengapa pandangan masyarakat bahwa laki-laki lebih tegas,
lebih bisa diandalkan, dan lebih pantas menjadi pemimpin, dibandingkan wanita masih
terus melekat, karena sterotype yang masih melekat kuat di masyarakat. Mereka masih
enggan membuka mata dan pikirannya bahwa zaman sudah berkembang, dan belum bisa
menerima adanya kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.
Hal tersebut berdampak kepada konsep diri kaum perempuan terutama dalam masyarakat yang ditemukan dalam berbagai studi, bahwa konsep diri perempuan kurang positif dibandingkan dengan laki laki. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwasanya perempuan memiliki konsep diri yang lebih rendah jika dibandingkan laki laki. Konsep diri bukanlah suatu hal yang ada sejak lahir dan mutlak, padahal sifat seperti mandiri, tegas, percaya diri yang rendah maupun tinggi merupakan manifestasi dari konsep diri yang terdapat pada perempuan maupun laki laki, dan tidak terikat dengan gender seseorang.
Daftar
Pustaka
Syahira, Alifia Jihan.
(31 Maret 2021). “Stereotype Gender dan
Pengaruhnya Terhadap Konsep Diri Perempuan”. Diakses Pada 24 April 2022,
dari https://www.hipwee.com/list/stereotype-gender-dan-pengaruhnya-terhadap-konsep-diri-perempuan/
Wood, Julia. T (2013).
Komunikasi Interpersonal: Interaksi Keseharian (Edisi 6). Salemba Humanika:
Jakarta.
Burns, R.B.. Konsep
Diri: Teori, pengukuran, perkembangan, dan prilaku. Editor: Surya Setyanegara
(Jakarta: Arcan, 1993).
Hurlock, E.B .
Personality Development, ( New Delhi: McGraw-Hill, 1979), hal. 88.
Calhoun, F. James dan
Acocella, Psikologi tentang Penyesuaian Diri dan Hubungan Kemanusiaan
(Semarang: IKIP Semarang, 1995), hal. 77-78.
0 komentar:
Posting Komentar