MENANAMKAN
SIKAP TOLERANSI SEJAK DINI PADA ANAK
Meylita Ayu Herbafalony
NIM : 21310410084
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Tugas Essay ke – 1 Psikologi Sosial
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Pendidikan karakter pada anak merupakan salah satu
pondasi yang sangat penting untuk ditanamkan pada diri anak. Salah satu nilai
karakter yang ditanaman kepada anak adalah toleransi. Toleransi sendiri
merupakan sikap menghargai pendapat, pendirian, pandangan, kepercayaan, yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. (KBBI).
Dalam
kajian Psikologi Sosial, toleransi seringkali disamakan dengan konsep
nonjudgmental, keterbukaan (open), menghargai keragaman atau dipandang sebagai
sikap positif umum (general positive attitude) terhadap kelompok lain
(Verkuyten dan Yogesswaran, 2017).
Toleransi
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu toleransi aktif dan toleransi pasif.
Toleransi aktif adalah sikap yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman dan
perspektif. Sedangkan toleransi pasif lebih dibatasi pada pengabaian atau tidak
terlalu mengkritisi perbedaan (Schweitzer, 2018). Bentuk toleransi dibagi
menjadi dua yaitu toleransi agama dan toleransi sosial. Toleransi agama ialah
toleransi yang bersangkutan dengan keyakikan atas agama yang berhubungan dengan
sikap menerima untuk member ksempata pemeluk agama lain beribadah menurut
ketentuan yang diyakini. Sedangkan toleransi sosial bersangkutan pada bagaimana
masyarakat mampu bekerjasama dengan orang lain tanpa melihat perbedaan baik
agama, budaya dan lain-lain dengan batas-batas yang telah ditentukan (Salim,
2018).
Dalam
menanamkan sikap toleransi pada anak ini dapat dilakukan pertama kali di dalam
rumah dengan bimbingan orang tua ataupun keluarga. Maka dari itu, orang tua
memiliki peranan yang sangat penting untuk membentuk kepribadian anak. Di samping
itu, seorang guru di sekolah juga dapat mempengaruhi kepribadian seorang anak
didiknya. Ketika di sekolah pasti si anak akan menemukan berbagai macam
perbedaan, meliputi agama, suku, budaya, bahasa, warna kulit, dan lain
sebagainya. Untuk itu peran lingkungan, keluarga dan sekolah khususnya peran
guru sangat penting untuk mendidik karakter anak salah satunya dengan menanamkan
nilai toleransi pada anak agar dimasa yang akan datang anak menjadi manusia
dengan sikap toleransi yang tinggi sehingga Indonesia menjadi negara beragam
yang kuat dengan masyarakatnya yang berkarakter.
Mengapa
harus menanamkan sikap toleransi pada anak ? Karena toleransi adalah salah satu
bekal hidup yang perlu dimiliki anak. Semakin bertambahnya usia, anak akan
menghadapi konflik yang lebih beragam. Terlebih lagi ketika sudah dewasa, butuh
sikap toleransi agar anak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda. Ketika
lingkaran pertemanan lebih luas, maka semakin banyak perbedaan yang ditemui
anak. Jika tidak diajarkan sejak dini, bisa jadi anak akan kebingungan dan
mengalami cultural shock.
Pada
masa anak usia dini dapat disebut juga dengan masa-masa keemasan atau disebut the golden age (Fadhillah, 2019). Pada
masa inilah waktu yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter kebaikan
salah satunya nilai toleransi yang kelak dapat membentuk kepribadian anak.
Adapun hal dapat dilakukan untuk
menanamkan sikap toleransi yaitu dengan cara :
1. Membiasakan
seorang anak untuk bilang kata “maaf, tolong, dan terimakasih”
2. Menghormati
sesama dengan cara bersalaman dan membungkukkan badan
3. Mengajak
anak menirukan ujaran-ujaran sopan dan perbuatan terpuji
4. Mengajarkan rasa empati
5. Memberikan
konten mendidik terkait perbedaan
Mengenalkan toleransi pada anak usia
dini memang penting untuk bekal hidup. Yang terpenting adalah contoh dari orang
tua karena anak adalah peniru ulung. Jadi, sebagai orang tua perlu bijak dan
berhati-hati dalam bersikap dan menanggapi sesuatu.
REFERENSI :
Deffa Lola Pitaloka, Dimyati,Edi Purwanta.
2021. Peran Guru dalam Menanamkan Nilai Toleransi pada Anak Usia Dini di
Indonesia. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
SehatQ.
Cara Mengajarkan Toleransi pada Anak Melalui Tindakan Sederhana. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar