23.4.22

KRITERIA DALAM MEMILIH PASANGAN HIDUP


PSIOLOGI SOSIAL (essay 1)
Semester Genap T.A 2021/2022 
Oleh : Elfa Hidayaturrohmah 
(21310410032) 
Kelas Reguler 
 FAKULTAS PSIKOLOGI 
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A. 

    Teori Proses Perkembangan (dalam DeGenova 2018) menjelaskan pemilihan pasangan merupakan suatu proses penyaringan yang dilakukan oleh individu dalam memilih calon pasangan hidup untuk individu tersebut. Menurut teori ini terdapat dua faktor yang mempengaruhi pasangan, yaitu : latar belakang keluarga dan karakteristik personal Menurut saya persyaratan fisik bukanlah suatu hal yang utama, akan tetapi fisik juga harus dipertimbangkan dalam memilih pasangan hidup. Memang pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna tetapi saya memikirkan akan keturunan kelak bukan tentang persoalan gelap terangnya kulit, melainkan seperti penyakit bawaan genetik yang akan turun temurun misalnya seperti penyakit genetik Alkaptonuria adalah salah satu penyakit langka yang terjadi akibat adanya mutasi genetik homogen 1,2-dioxygenase (HGD). Mutasi gen HGD yang terjadi menyebabkan enzim homogentisate oxidase yang diperlukan untuk memecah asam amino tidak dapat bekerja dengan baik. Kelainan ini diturunkan secara autosomal resesif, yang artinya mutasi gen tersebut harus diturunkan dari kedua orang tua baru menimbulkan kelainan ini, tidak hanya sala satu. Hal ini juga terkait dengan faktor latar belakang menurut DeGenova 2018. 

    Disisi lain persyaratan non-fisik atau material yaitu karakteristik personal menjadi salah satu faktor yang penting untuk individu dalam memilih pasangan yang akan dijadikan pendamping hidup. Adapun beberapa karakteristik personal pada umumnya yang berkontribusi pada kecocokan pasangan antara lain meliputi : sikap dan perilaku, kepribadian, pengetahuan dan kesehatan mental. Sikap dan perilaku menjadi fondasi utama terutama laki-laki yang katanya sifat dan perilaku anak akan mirip dengan ayahnya. Maka dari itu harus benar-benar pastikan memilih pasangan yang baik secara moral dan kepribadian. Pada umumnya, banyak yang memilih pasangan dari latar belakang pendidikannya sama selain menjadikan satu frekuensi hal ini akan menjadikan hubungan menjadi lebih harmonis. Nah, misal kita mendapat pasangan yang tidak sefrekuensi pasti ada saja hal yang tidak suka entah cara ngomongnya atau cara memperlakukannya. Akan tetapi memilih pasangan juga bisa berdasarkan tipe seksual. Misalnya seperti tipe sepsikoseksual yang menggambarkan ketertarikan pada orang lain berdasarkan tingkat kecerdasan dan isi pikirannya. Seperti contoh, saat ia mengeluarkan kata-kata bijak atau mengeluarkan kalimat yang bikin kita mencengangkan dan kita langsung berpikir bahwa ia sangat attractive dan worth it untuk dimiliki. Disisi lain pengetahuan agama juga sangat di pertimbangkan dengan asumsi bahwa pernikahan yang berlandasan agama yang baik akan lebih stabil dikarenakan apabila suatu saat sudah memiliki anak akan tumbuh dengan keyakinan dan moral yang baik. Tidak lupa dengan pekerjaan pasangan, secara realistis perempuan akan lebih tertarik jika laki-laki tersebut sudah memiliki pekerjaan apalagi memiliki pekerja tetap. Apabila sakit mental bisa menimbulkan berkurangnya kestabilan dan kualitas rumah tangga. 

 DAFTAR PUSTAKA 

Benny, Atmadjaja. Anzdoc.  https://adoc.pub/bab-ii-landasan-teori-orang-tua-dari-anak-anak-kelak-lyken-d.html Diakses tanggal 23 April 2022 pukul 10.21 WIB. 

Dr. Fadhil, Rizal. Halodoc “Alkaptonuria”https://www.halodoc.com/kesehatan/alkaptonuria#:~:text=Pengertian%20Alkaptonuria,tidak%20dapat%20bekerja%20dengan%20baik Diakses tanggal 23 April 2022 pukul 12.21 WIB. 

SUMBER GAMBAR 

https://www.suaramerdeka.com/gaya-hidup/pr-042620118/pasangan-weton-ini-diprediksi-bakal-berlimpah-rejeki-setelah-menikah-cek-yuk-di-primbon-jawa


0 komentar:

Posting Komentar