25.4.22

FENOMENA KLITIH DI YOGYAKRTA

 

PSIKOLOGI SOSAL (essay 2) 
Semester Genap T.A 2021/2022 
Oleh : Elfa Hidayaturrohmah 
(21310410032) 
Kelas Reguler 
FAKULTAS PSIKOLOGI 
UNIVERSITAS PROKLAMSI 45 YOGYAKARTA 
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A. 

    Istilah klitih sejatinya bermakna positif. Dalam bahas Jawa, klitih memiliki arti berkegiatan di luar rumah untuk mengisi waktu luang. Klitih sebelumnya dimaknai sebagai kegiatan untuk berjalan-jalan ataupun keliling kota tanpa tujuan yang jelas untuk mengisi waktu luang. Sayangnya, makna positif itu kini berubah cenderung negatif yang berarti kejahatan jalanan yang umumnya pelaku klitih masih pelajar remaja. Remaja adalah mereka yang berusia sekitar 13-18 tahun. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Pada usia sekitar 13-18 tahun ini remaja sudah tidak dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan. Namun dengan percobaan yang remaja lakukan justru malah menimbulkan efek negatif jika salah pergaulan seperti aksi klitih ini. Pergaulan adalah pengaruh paling cepat bagi remaja untuk menjadikan karakter individu tumbuh. Remaja yang mengalami permasalahan akan cenderung melakukan kenakalan dan kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam proses perkembangan jiwanya. 

    Secara psikologis kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik. Para pelaku sering kali didapati bahwa ada trauma pada masa lalunya, perlakuan kasar yang tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun pada kondisi lingkungannya, seperti kondisi yang membuatnya rendah diri. Kemungkinan ada beberapa alasan mereka melakukan aksi klitih ini seperti: 

  1. Pengaruh budaya dan tata krama: pengakuan keren atau sangar dari sekelompok teman pergaulan jika remaja tersebut melakukan aksi klitih ini.
  2. Pengaruh sosial: kurangnya kehangatan dari orang tua mungkin perceraian orang tua bisa menjadi pemicu remaja meluapkan emosi tersebut. Kurangnya penghargaan masyarakat terhadap prestasi remaja yang positif. Cara pendekatan emosional terhadap remaja yang kurang tepat. Kurang tempat penyaluran kegiatan untuk mengikatkan minat dan bakat pada remaja. Pengawasan orang tua/guru/masyarakat terhadap remaja yang masih kurang. 
  3. Pengaruh interpersonal: termasuk kepribadian yang temperamental, agresif, rendahnya harga diri, kemampuan koping yang buruk dll.
  4. Ataupun dendam emosional terhadap seseorang sehingga remaja melakukan balas dendam kepada orang lain yang menjadikan rasa puas.

    Dampak aksi klitih ini sangat merugikan terutama bagi remaja yang sedang di masa pertumbuhan, dan ketakutan masyarakat akan hal ini. Dan kurangnya kenyamanan atau kebebasan masyarakat untuk keluar pada malam hari.   

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Klitih Di akses Senin, 25 April 2022 pukul 05.46 WIB



0 komentar:

Posting Komentar