BERWISATA SAMBIL BELAJAR SEJARAH
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Ahmad Prasetiyo / 19310410029
Kota Lama Semarang yang terletak di jantung Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah ini memiliki sejarah yang unik untuk di pelajari. Terdapat juga nilai-nilai penting yang terkandung didalamnya seperti berfungsi sebagai pusat politik dalam ber negara, baik sistem pemerintahan tradisional Jawa (di sisi Barat Daya Kota Lama) maupun sistem pemerintahan colonial, sebagai pusat aktivitas ekonomi yang mencakup industri dan perdagangans sebagai pusat budaya (kebudayaan Indis, Kebudayaan Eropa, dan Kebudayaan Lokal/Jawa), Memperlihatkan tata ruang kota yang khas: pusat pemerintahan berdekatan dengan ruang peribadatan, ruang publik, dan ruang entertaintment, memiliki banyak Bangunan dan Situs Cagar Budaya dan masih memperlihatkan batas-batas wilayah yang jelas.
Sejarah
terciptanya Kota Semarang itu terjadi karena cerita Rakyat sekitar Wali Sanga yang
mengisahkan bahwa semula Ki Pandan Arang bernama Pangeran Made Pandan. Pangeran
ini meninggalkan Demak bersama dengan puteranya yang bernama Pangeran
Kasepuhan. Dari Demak mereka pergi ke arah barat daya, dan akhirnya mereka
sampai di suatu tempat yang subur, yang bernama Pulo Tirang. Di sini Pangeran
Made Pandan mendirikan pesantren atau perguruan agama Islam. Semakin banyak
orang berguru di pesantren itu, semakin banyak pula orang menghuni Pulo Tirang.
Konon, di tempat yang subur tersebut tumbuh pohon asam (bahasa Jawa: asem),
yang ketika itu masih jarang (bahasa Jawa: arang). Menurut ceritera ini, dari
kata asem-arang inilah nama Semarang terbentuk (A.M. Noertjahjo, 1963, p. 47-48).
Pada
masa kolonial Belanda Kota Lama juga dikenal dengan nama de Europeeshe Buurt
dan konsep tata ruang kota itu pun disesuaikan dengan konsep tata ruang
kota-kota di Eropa, baik secara struktur kawasan maupun arsitektur. Tata ruang
di Kota Lama bersifat memusat dengan Gereja Blenduk dan gedung pemerintah
sebagai pusatnya. Gedung Balai Kota ini berada di Oudstadhuis Straat (Jalan
Balai Kota Lama – sekarang: Jalan Branjangan). Konon, gedung Balai Kota itu
terbakar pada tahun 1850, dan kemudian dibangun Balai Kota yang baru di Bojong
(Sekarang: Jalan Pemuda).
Dalam
rangka pelaksanaan Peraturan Daerah, berbagai kesenian sering digelar dalam
event-event tertentu di Kawasan Kota Lama. Penanganan fisik Kota Lama Semarang
juga sudah dilaksanakan, seperti pavingisasi jalan-jalan dan pembuatan polder
untuk mengurangi rob di kawasan itu, pembangunan city walk pada tahun 2007, di
Jalan Merak, sepanjang 400 meter di sisi selatan polder. Meskipun telah
dilakukan berbagai upaya pengembangan, potensi Kota Lama sebagai aset
pariwisata budaya belum tampak nyata. Hal ini dapat diketahui dari jarangnya
wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang mengunjungi Kota Lama
(Seputar Semarang, edisi 84 tahun II , 5-11 April 2005).
Foto
tersebut menggambarkan bangunan-bangunan tua yang masih berdiri kokoh dan
memiliki beragam warna dan bentuk. Foto tersebut saya ambil ketika saya
berwisata ke Semarang dan belajar akan sejarah pada saat itu. Saya datang dan
mengunjungi Kota Lama Semarang bersama teman saya. Saya sangat senang bisa
mengunjungi Kota Lama Semarang. Selain menarik untuk ber foto-foto, Kota Lama
Semarang juga menarik untuk dijadikan tempat belajar akan sejarah Semarang. Informasi
psikologisnya dari foto tersebut adalah walau pun usia sudah tua namun semangat
harus tetaplah muda. Selalu semangat dan berdiri kokoh untuk menggapai
cita-cita. Keberagaman warna juga memiliki arti agar hidup ini bisa berwarna
dan bermakna untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Selalu berpikir positif
dan optimis adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan hidup.
Jadilah
pribadi yang tidak mudah goyah akan godaan. Selalu berpegang teguh akan mimpi
dan tujuan. Jangan mudah menyerah, karena jika kita menyerah dalam meraih
kesuksesan. Kesuksesan itu tidak akan pernah datang. Jangan mudah mengeluh,
walau usia sudah tua dan mencoba berkali-kali namun tetap gagal harus tetap
semangat. Hidup akan terus berjalan. Semakin kita mencoba dan mencoba itu tidak
ada salahnya. Saya yakin dan percaya bahwa keberhasilan itu akan dating setelah
kita merasakan kegagalan.
Daftar
Pustaka :
Noertjahjo,
A.M.. 1963. Cerita Rakyat Sekitar Wali
Songo. Jakarta: Pradnya Paramita
Seputar
Semarang, edisi 84 tahun II , 5-11 April 2005
0 komentar:
Posting Komentar