5.1.22

BERWISATA SAMBIL BELAJAR SEJARAH

 

BERWISATA SAMBIL BELAJAR SEJARAH

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

 


 

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

Ahmad Prasetiyo / 19310410029

 

Kota Lama Semarang yang terletak di jantung Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah ini memiliki sejarah yang unik untuk di pelajari. Terdapat juga nilai-nilai penting yang terkandung didalamnya seperti berfungsi sebagai pusat politik dalam ber negara, baik sistem pemerintahan tradisional Jawa (di sisi Barat Daya Kota Lama) maupun sistem pemerintahan colonial, sebagai pusat aktivitas ekonomi yang mencakup industri dan perdagangans sebagai pusat budaya (kebudayaan Indis, Kebudayaan Eropa, dan Kebudayaan Lokal/Jawa), Memperlihatkan tata ruang kota yang khas: pusat pemerintahan berdekatan dengan ruang peribadatan, ruang publik, dan ruang entertaintment, memiliki banyak Bangunan dan Situs Cagar Budaya dan masih memperlihatkan batas-batas wilayah yang jelas.

Sejarah terciptanya Kota Semarang itu terjadi karena cerita Rakyat sekitar Wali Sanga yang mengisahkan bahwa semula Ki Pandan Arang bernama Pangeran Made Pandan. Pangeran ini meninggalkan Demak bersama dengan puteranya yang bernama Pangeran Kasepuhan. Dari Demak mereka pergi ke arah barat daya, dan akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang subur, yang bernama Pulo Tirang. Di sini Pangeran Made Pandan mendirikan pesantren atau perguruan agama Islam. Semakin banyak orang berguru di pesantren itu, semakin banyak pula orang menghuni Pulo Tirang. Konon, di tempat yang subur tersebut tumbuh pohon asam (bahasa Jawa: asem), yang ketika itu masih jarang (bahasa Jawa: arang). Menurut ceritera ini, dari kata asem-arang inilah nama Semarang terbentuk (A.M. Noertjahjo, 1963, p. 47-48).

Pada masa kolonial Belanda Kota Lama juga dikenal dengan nama de Europeeshe Buurt dan konsep tata ruang kota itu pun disesuaikan dengan konsep tata ruang kota-kota di Eropa, baik secara struktur kawasan maupun arsitektur. Tata ruang di Kota Lama bersifat memusat dengan Gereja Blenduk dan gedung pemerintah sebagai pusatnya. Gedung Balai Kota ini berada di Oudstadhuis Straat (Jalan Balai Kota Lama – sekarang: Jalan Branjangan). Konon, gedung Balai Kota itu terbakar pada tahun 1850, dan kemudian dibangun Balai Kota yang baru di Bojong (Sekarang: Jalan Pemuda).

Dalam rangka pelaksanaan Peraturan Daerah, berbagai kesenian sering digelar dalam event-event tertentu di Kawasan Kota Lama. Penanganan fisik Kota Lama Semarang juga sudah dilaksanakan, seperti pavingisasi jalan-jalan dan pembuatan polder untuk mengurangi rob di kawasan itu, pembangunan city walk pada tahun 2007, di Jalan Merak, sepanjang 400 meter di sisi selatan polder. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya pengembangan, potensi Kota Lama sebagai aset pariwisata budaya belum tampak nyata. Hal ini dapat diketahui dari jarangnya wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, yang mengunjungi Kota Lama (Seputar Semarang, edisi 84 tahun II , 5-11 April 2005).



Foto tersebut menggambarkan bangunan-bangunan tua yang masih berdiri kokoh dan memiliki beragam warna dan bentuk. Foto tersebut saya ambil ketika saya berwisata ke Semarang dan belajar akan sejarah pada saat itu. Saya datang dan mengunjungi Kota Lama Semarang bersama teman saya. Saya sangat senang bisa mengunjungi Kota Lama Semarang. Selain menarik untuk ber foto-foto, Kota Lama Semarang juga menarik untuk dijadikan tempat belajar akan sejarah Semarang. Informasi psikologisnya dari foto tersebut adalah walau pun usia sudah tua namun semangat harus tetaplah muda. Selalu semangat dan berdiri kokoh untuk menggapai cita-cita. Keberagaman warna juga memiliki arti agar hidup ini bisa berwarna dan bermakna untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Selalu berpikir positif dan optimis adalah kunci utama dalam meraih kesuksesan hidup.

Jadilah pribadi yang tidak mudah goyah akan godaan. Selalu berpegang teguh akan mimpi dan tujuan. Jangan mudah menyerah, karena jika kita menyerah dalam meraih kesuksesan. Kesuksesan itu tidak akan pernah datang. Jangan mudah mengeluh, walau usia sudah tua dan mencoba berkali-kali namun tetap gagal harus tetap semangat. Hidup akan terus berjalan. Semakin kita mencoba dan mencoba itu tidak ada salahnya. Saya yakin dan percaya bahwa keberhasilan itu akan dating setelah kita merasakan kegagalan.

 

Daftar Pustaka :

Noertjahjo, A.M.. 1963. Cerita Rakyat Sekitar Wali Songo. Jakarta: Pradnya Paramita

Seputar Semarang, edisi 84 tahun II , 5-11 April 2005

0 komentar:

Posting Komentar