8.11.21

Terima Diri: Akui Kelebihan dan Kelemahanmu

 

TUGAS PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu: Dr. Arundhati Shinta, M. A

Putri Wulandari/19310410067

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta


Penerimaan diri adalah sebuah aspek pokok dari perjalanan kita menuju penghargaan diri dan kepuasan. Ada sebuah kesalahpahaman umum tentang penerimaan: orang sering merancukan penerimaan dengan menyerah atau pasrah. Padahal sebetulnya menerima sesuatu tidak berarti bahwa anda pasrah akan hal itu atau bahwa ia tidak akan bisa berubah. Penerimaan bahkan tidak berarti bahwa anda harus bersepakat dengan sesuatu dan menyenanginya sebagaimana adanya. Penerimaan secara sederhana berarti bahwa anda menerima sesuatu sebagaimana adanya dan berdamai dengannya. 

Menurut Chaplin (2012), penerimaan diri merupakan sikap yang pada dasarnya merasa puas dengan diri sendiri, kualitas-kualitas dan bakatbakat sendiri dan pengakuan akan keterbatasan sendiri. Penerimaan diri menurut Arthur (2010) adalah sebuah sikap seseorang menerima dirinya. Istilah ini digunakan dengan konotasi khusus kalau penerimaan ini didasarkan kepada ujian yang relatif objektif terhadap talenta-talenta, kemampuan dan nilai umum yang unik dari seseorang. Sebuah pengakuan realistik terhadap keterbatasan dan sebuah rasa puas yang penuh akan talenta maupun keterbatasan dirinya.

Sedangkan Aderson (dalam Sugiarti, 2008) menyatakan bahwa penerimaan diri berarti kita telah berhasil menerima kelebihan dan kekurangan diri apa adanya. Menerima diri berarti kita telah menemukan karakter diri dan dasar yang membentuk kerendahan hati dan intergritas.

Kita kadang-kadang berpikir bahwa jika kita menerima sesuatu, kita tidak ingin lagi untuk mengubahnya atau memperbaikinya: kita kadang-kadang memandang penerimaan sebagai suatu kegagalan. Paradoksnya justru yang benar adalah yang sebaliknya. Ketika kita betul-betul menerima sesuatu dari diri kita, kita kemudian memiliki ruang dan perspektif untuk memandangnya dan menanganinya dari posisi yang lebih seimbang dan sehat. Kita bisa memulai dengan pemahaman (insight) dan pengetahuan tentang diri sendiri (self-knowledge). Pengetahuan tentang diri sendiri memerlukan perincian yang baik tentang kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Dengan mengetahui kelemahan itu, sekurang-kurangnya kita berusaha mengurangi atau menghilangkan pengaruh-pemgaruhnya terhadap kehidupan kita. Dan sebaliknya, dengan mengetahui kekuatan diri kita sendiri, maka kita berada dalam posisi yang lebih baik untuk menggunakannya demi pertumbuhan pribadi. 

Ciri-ciri penerimaan diri. Secara rinci Jersild (dalam Hurlock, 1974), menyebutkan ciri-ciri penerimaan diri adalah; Orang yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terha-dap keadaannya dan menghargai diri-nya sendiri. Artinya orang tersebut mempunyai harapan yang sesuai dengan kemampuannya. Yakin akan standar-standar dan pengatahuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain. Memiliki perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri secara irasional. Arti-nya orang tersebut memahami menge-nai keterbatasannya namun tidak mengeneralisir bahwa dirinya tidak ber-guna. Menyadari asset diri yang dimilikinya dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan keinginannya. Menyadari kekurangan tanpa menyalahkan diri sendiri. Orang yang me-nerima dirinya mengetahui apa saja yang menjadi kekurangan yang ada dalam dirinya.

Sumber Pustaka:

Arthur S. R. & Emily S. R. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 
Chaplin, J. P. (2012). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Press.
Hurlock, E.B. (1974). Personality Development. New Delhi: McGrawHill. Inc.
Sugiarti, L. (2008). Gambaran Penerimaan Diri pada wanita Involuntary Childless. Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Wiley, John. Sons. 2007. Focus On The Good Stuff. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.


0 komentar:

Posting Komentar