3.11.21

PENTINGNYA RESILIENSI DI MASA PANDEMI

TUGAS PSIKOLOGI INOVASI

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.

Novia Zahra Zakiah / 19310410025

Fakultas Psikologi

Universitas Proklamasi 45



            Pandemi yang merupakan efek dari COVID-19 kini tak kunjung selesai. Lebih dari dua tahun masyarakat di Indonesia bahkan di dunia harus berhadapan dengan virus ini. Mulai dari menggunakan masker, isolasi mandiri sampai melakukan vaksinasi menjadi upaya-upaya yang dilakukan. Masyarakat sudah mulai Lelah dengan pandemi ini. Hal tersebut karena selama pandemic banyak sekali perubahan dan keterbatasan yang di hadapi. Hal-hal yang rutin yang biasa manusia lakukan seperti bekerja, bermain dan berbelanja kini tidak bisa dilakukan seperti biasanya. Kita tidak bisa leluasa keluar rumah dan melakukan banyak kegiatan. Bahkan untuk bekerja dan sekolah sekalipun. Pada saat pandemi seperti saat ini, media online menjadi media yang sangat dibutuhkan setiap orang. Hampir semua kegiatan yang dilakukan harus menggunakan media online.

            Dalam bidang pekerjaan, perusahaan-perusahaan harus selalu siap menghadapi situasi seperti saat ini. Walaupun tak jarang perusahaan yang mengalami penurunan selama pandemi ini. Maka dari itu, dapat dilihat bahwa perusahaan yang mudah menghadapi sebuah perubahan akan memiliki peluang lebih tinggi untuk mempertahankan perusahaannya tersebut. Karena perubahan yang dihadapi pun bukan perubahan yang biasa, semua pekerjaan harus bisa dilakukan di rumah secara online sehingga perusahaan harus bisa mewadahi itu.

            Melakukan sebuah perubahan memang tidak mudah, seperti keluar dari sebuah zona nyaman yang sudah kita tinggali sejak lama. Namun perubahan akan terjadi jika perubahan tersebut memiliki faktor pandorong lainnya yang membuat mau tidak mau melakukan perubahan. Seperti contohnya, pada saat awal pandemi semua perusahaan mau tidak mau melakukan perubahan besar-besaran demi menyelamatkan perusahaan-perusahaannya tersebut. Faktor pendorong yang dihadapi tentunya situasti pandemi dan ke bangkrutan yang akan dihadapi.

            Sama seperti yang dikatakan Bass (2000), Organisasi harus belajar dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah-ubah karena kemajuan jaman. Bila hal itu tidak segera dilakukan maka kematian organisasi tinggal menunggu hari saja (Shinta, n.d.). Namun kita sebagai karyawan pun harus bisa menghadapi sebuah perubahan dengan dorongan atau motivasi bertahan hidup. Bahkan karyawan harus menghadapi stressnya bekerja online ditambah atasan yang semakin cerewet dan bahkan tak jarang yang mendapatkan potongan gaji.

            Dengan situasi tersebut, maka setiap karyawan membutuhkan sebuah resiliensi. Resiliensi secara umum mengarah pada pola adaptasi positif selama atau sesudah menghadapi kesulitan atau resiko. Resiliensi adalah ide yang mengacu pada kapasitas sistem dinamis untuk bertahan atau pulih dari gangguan. Demikian pula dengan pendapat Grotberg (1995) yang menyatakan bahwa resiliensi adalah universal yang mengizinkan seseorang, kelompok atau komunitas untuk mencegah, meminimalisasi atau mengatasi efek yang merusak dari kesulitan (Utami & Helmi, 2017).

            Meningkatkan resiliensi adalah tugas yang penting karena hal ini dapat memberikan pengalaman bagi manusia dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Dengan meningkatkan resiliensi, manusia dapat mengembangkan ketrampilan hidup seperti bagaimana berkomunikasi, kemampuan yang realistik dalam membuat rencana hidup dan mampu mengambil langkah yang tepat bagi hidupnya (Rojas, 2015). Sehingga terdapat tiga hal yang dapat diberikan lingkungan untuk meningkatkan resiliensi seseorang, diantaranya (Wulandari, 2020):

1.    Caring relationship.

            Adalah dukungan cinta yang didasari oleh kepercayaan dan cinta tanpa syarat. Caring relationship dikarakteristikkan sebagai dasar penghargaan yang positif. Contohnya seperti memegang pundak, tersenyum, dan memberi salam.

2.    High expectation massages.

            Merupakan harapan yang jelas, positif, dan terpusat kepada seseorang. Harapan yang jelas merupakan petunjuk dan berfungsi mengatur dimana orang dewasa memberikan harapan tersebut untuk perkembangan seseorang. Harapan yang positif, dan terpusat mengomunikasikan kepercayaan yang mendalam dari orang dewasa dalam membangun resiliensi dan membangun kepercayaan dan memberikan tantangan untuk membuat seseorang menjadi apa yang mereka inginkan.

3.    Opportunities for participation and contribution.

            Kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, memiliki tanggung jawab, dan kesempatan untuk menjadi pemimpin. Di samping itu opportunities juga memberikan kesempatan untuk melatih kemampuan problem solving dan pengambilan keputusan.

      Maka dari itu, untuk menghindari stress kerja dan siap menghadapi dunia kerja, setiap harus harus memilliki modal masing-masing. Harus memiliki suatu hal untuk dijual ke perusahaan. Atau bahkan bisa saja kita yang memberikan peluang pekerjaan. Bagaimana caranya? Banyak sekali cara yang bisa dilakukan, entah dengan memulai sebuah bisnis sehingga kita isa memberikan peluang kerja bagi orang lain.

      Sehingga dalam situasi seperti saat ini, setiap manusia dituntut untuk menjadi seseorang yang kreatif dan fleksibel dalam menghadapi situasi. Selain itu, karena stress pun tak bisa dihindari, maka kita harus coba untuk meningkatkan resiliensi demi menjaga Kesehatan mental kita.

 

DAFTAR PUSTAKA:

Rojas, F. (2015). Factors affecting academic resilience in middle school students : A case study. Gist Education And Learningresearch Journal, 11 (11).

Shinta, A. (n.d.). MEMIMPIN PEMIMPIN YANG KOLOT: PELUANG BAGI KARYAWAN KREATIF UNTUK MAJU. Retrieved from KUPASIANA: http://kupasiana.psikologiup45.com/2017/08/memimpin-pemimpin-yang-kolot-peluang.html

Utami, C. T., & Helmi, A. F. (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan Meta-Analisis. Buletin Psikologi, 25 (1).

Wulandari, A. P. (2020, Maret 31). MENGENAL RESILIENSI DALAM ILMU PSIKOLOGI. Retrieved from BINUS UNIVERSITY: https://psychology.binus.ac.id/2020/03/31/mengenal-resiliensi-dalam-ilmu-psikologi/

 

 

0 komentar:

Posting Komentar