12.11.21

Menjaga Kesehatan Mental

Menjaga Kesehatan Mental

  Tulisan ini dibuat untuk memenuhi

Ujian Mid Psikologi Inovasi

Fakultas Psikologi 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Elvira Julia / 19310410075 (A)

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA


              Masyarakat Indonesia saat ini, masih banyak yang memiliki anggapan yang keliru mengenai Kesehatan mental seperti Kesehatan mental diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental muncul secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aib atau noda bagi lingkungannya dan sebagainya  . Menurut WHO kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera baik secara fisik, mental dan sosial yang lengkap yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (Robiatul, 2012). Atas dasar definisi tersebut di atas, maka manusia selalu dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh (holistik). Dari unsur "badan" (organobiologik), "jiwa" (psiko-edukatif) dan “sosial” (sosio kultural), yang tidak dititik beratkan pada “penyakit” tetapi juga pada kualitas hidup yang terdiri dari "kesejahteraan" dan “produktivitas sosial ekonomi” (Robiatul, 2012). Dari definisi tersebut juga tersirat bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu yang didalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stress kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan serta berperan di lingkungannya.

           Di Indonesia kondisi kesehatan mental masih dikatakan memprihatinkan dan menjadi salah satu masalah yang sangat serius. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 prevelensi gangguan mental emosional di Indonesia pada penduduk yang berumur 15 tahun ke atas sebesar 11,6 % (Putri,dkk, 2012), dan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa secara Nasional terdapat 0,17% (400 ribu jiwa) penduduk Indonesia yang mengalami gangguan mental berat (Kemenkes RI, 2016). Secara global, orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara berkembang dan sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental tidak mendapatkan perawatan (Kemenkes, 2014). Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan pada tahun 1995 menunjukan bahwa gangguan mental pada remaja dan dewasa dialami oleht 140 per 1.000 anggota rumah tangga dan gangguan mental pada anak usia sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah tangga (Suhaimi, 2015).

         Menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).

1. Katakan Hal Positif pada Diri Sendiri, penelitian menunjukkan bahwa cara kamu berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada kejiwaan kamu. Ketika kita memandang diri kita dan hidup kita secara negatif, maka kita juga merasakan efek negatifnya. Sebaliknya, jika membiasakan diri menggunakan kata-kata yang membuat lebih positif, maka hal ini membuat kamu.

2. Olahraga, tubuh akan melepaskan endorfin yang membantu menyingkirkan stres dan meningkatkan suasana hati kamu sebelum dan sesudah berolahraga. Itulah sebabnya olahraga adalah cara penangkal stres, kecemasan, dan depresi yang ampuh.

3. Kontrol emosi, belajar untuk tidak mudah tersinggung terhadap apa yang dikatakan orang. Pilih apa yang mereka katakan dan dambil sisi positifnya. 

4. Belajar memaklumi kekurangan dan mulai memandangi diri secara lebih positif. Sehingga kita mampu lebih mencintai dan menghargai diri sendiri.

5. Terbuka dalam menyampaikan pikiran atau perasaan agar merasa lebih ringan dan berdamai dengan masalah yang sedang dihadapi.

Daftar Pustaka

Kementerian Kesehatan RI.(2016). Peran Keluarga Dukung Kesehatan Jiwa Masyarakat. (Dipublikasikan) 6 Oktober 2016. Available From: Http://Www.Depkes.Go.Id/Article/Print/16100700005/Peran-Keluarga-Dukung-Kesehatan-Jiwa-Masyarakat.Htm TIDAKTERSAMBUNG

Lowenthal, Kate, 2006. Religion, Culture, and Mental Health. New York: Cambridge : University Press.

Robiatul A. (2012). Gambaran Kesehatan Jiwa Pada Anak Usia Sekolah Di SD Negeri 200- 08 Padangsidimpuan Selatan Pemerintah Kota Padangsidimpuan. (23)

Suhaimi. (2015). Gangguan Jiwa Dalam Perspektif Keehatan Mental Islam. J Risal. 6(4):197–205.

Putri, Adisty W, Budhi G, dkk, 2012. Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia (Pengetahuan  dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap Gangguan Kesehatan Mental ). :252–8.


0 komentar:

Posting Komentar