KESEHATAN MENTAL
Ujian MID Psikologi Inovasi
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Ahmad Prasetiyo / 19310410029 / Reguler A
Masalah
gangguan mental di Indonesia masih sangat tinggi prevalensinya, terutama pada
kalangan usia lima belas tahun keatas. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, tingkat kecenderungan
kasus gangguan kesehatan mental (emosional) yang ditunjukkan melalui gejala
seperti depresi dan panik/kecemasan adalah sebanyak 6% pada kalangan 15 tahun keatas (sekitar empat belas juta orang). Jika melihat kasus gangguan
schizophrenia terdapat prevalensi sebanyak 1.7 tiap 1000 penduduk atau sekitar
400000 orang (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008).
Sebelum
membahas tentang kesehatan mental, kita perlu memahami pengertian
dari sehat itu sendiri. Sehat menurut World Health Organization (WHO)
adalah:
A state of complete physical, mental
and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity (WHO,
2001).
WHO
memberikan pengertian tentang sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial yang lengkap sejahtera dan tidak semata-mata karena tidak adanya penyakit
atau kelemahan. Definisi ini semakin menjelaskan bahwa kesehatan mental
merupakan bagian dari kesehatan. Kesehatan mental juga sangat berhubungan
dengan kesehatan fisik dan perilaku. WHO lalu memberikan pengertian tentang
kesehatan mental sebagai:
A state of well-being in which the
individual realizes his or her own abilities, can cope with normal stresses of
life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution
to his or her community (WHO, 2001).
Kesehatan
mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak
dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk
mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu
bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi
kepada komunitasnya. Mengutip dari jargon yang digunakan oleh WHO, “thereis no health
without mental health” menandakan
bahwa kesehatan mental perlu dipandang sebagai sesuatu yang penting sama
seperti kesehatan fisik. Mengenali bahwa kesehatan merupakan kondisi yang
seimbang antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan membantu masyarakat dan
individu memahami bagaimana menjaga dan meningkatkannya (WHO, 2001).
Meskipun
masalah kesehatan mental saat ini banyak ditemui mengganggu orang dewasa
seperti depresi, kecemasan, gangguan makan, dan psikosis, namun banyak masalah kesehatan
mental tersebut yang sudah memunculkan gejala atau hambatan saat masih anakanak
dan remaja (O’Reilly, 2015). Terdapat pula gangguan yang memiliki dasar
neurologis yang jelas, seperti Autism Spectrum Disorder (ASD), Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguang tic, learning
disabilities dan lainnya. Kondisi ini hadir dengan berbagai kesulitan yang
biasanya hadir dari masa anak-anak yang sangat dini dan memengaruhi
perkembangan anak dalam cara-cara tertentu.
Upaya
Pemberian Dukungan Kesehatan Mental
Promosi
kesehatan mental bertujuan untuk mempromosikan kesehatan mental yang positif.
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatan kesejahteraan psikologis, kompetensi,
ketahanan manusia, serta menciptakan kondisi dan lingkungan hidup yang mendukung
(WHO, 2002). Promosi kesehatan mental dapat dilakukan dengan mengumpulkan data
terkait insidensi gangguan tersebut supaya masyarakat meningkat kesadarannya dan
mendapat pengetahuan terkait permasalahan. Selain itu, tindakan pemeliharaan
lingkungan hidup seperti pemeliharaan kesehatan dan kebugaran badan, pemeliharaan
masa kehamilan khususnya pada masa prenatal dan pascanatal serta gizi makanan
penting dilakukan. Perubahan gaya hidup seperti nutrisi yang baik, olahraga dan
tidur yang cukup dapat mendukung kesehatan mental (Herrman, et al., 2005).
Pemerintah
dapat memberikan kebijakan terkait perlindungan serta peningkatan kualitas
hidup, seperti meningkatkan pemberian dan penyebaran makanan yang bernutrisi, hunian
rumah yang nyaman serta akses untuk mendapat pendidikan yang memadai. Hal tersebut
tentu berkaitan pula dengan kondisi perekonomian serta jaringan komunitas yang ada.
Dalam
memperingati World Mental Health Day yang jatuh pada tanggal 10 Oktober, Ikatan
Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia mengadakan lomba poster dan video reels
dengan tema “Bagaimana Cara Menjaga Kesehatan Mental. Saya tidak menyia-nyiakan
kesempatan ini. Saya turut berkontribusi dalam mengikuti lomba poster. Walaupun
belum terlalu menguasai skill
pembuatan poster yang baik dan benar. Saya nekat untuk mencobanya. Prinsip saya
yaitu “coba dulu, untuk hasil serahkan kepada Tuhan”. Berikut adalah karya
poster yang saya buat :
Dalam
pembuatan poster tersebut saya menggunakan Microsoft Word. Alasannya adalah
karena saya sudah sangat familiar
dengan Microsoft Word. Selain itu, saya rasa pengoperasiannya Microsoft Word
sangatlah mudah. Dengan sabar saya mencoba untuk mendesain poster tersebut.
Memang poster yang saya buat terlihat tidak se-keren poster yang lain. Namun,
dalam proses pembuatannya juga memerlukan waktu yang tidak sedikit. Poster yang
saya buat tersebut lebih banyak menggunakan bentuk persegi panjang. Alasan saya
menggunakan bentuk persegi panjang adalah agar memudahkan dalam menuliskan
kalimat di dalam bentuk tersebut dan bentuk persegi panjang juga saya rasa
adalah bentuk yang simple.
Selanjutnya saya tambahkan dengan 2 gambar manusia dengan emot smile. Tujuannya adalah mengajak para pembaca agar selalu
tetap tersenyum dan bersyukur dalam keadaan apapun.
Saya
juga menambahkan seperti bentuk pita yang menjadi pembatas berwarna biru. Biru
itu adalah warna kesukaan saya. Warna biru juga dapat memberikan kesan tenang,
terpercaya, ilmu dan wawasan. Saya tuliskan 4 Tips Menjaga Kesehatan Mental
yaitu : Fokuslah pada dirimu, emukan cara baru untuk berkomunikasi, salami perasaanmu
dan berbaik hatilah pada diri sendiri dan orang lain. Di bagian pojok kanan
bawah poster, saya tambahkan kalimat “Kalau sudah merasakan kejenuhan, cara
ampuh mengatasinya adalah berusaha mencari kegiatan positif untuk menghibur
diri”. Hal ini saya tunjukkan kepada teman-teman yang memang merasa sudah
mengalami gangguan mental yang masih tingkat wajar seperti sedih, merasa cemas
dan merasa stress. Dengan kalimat tersebut saya mengajak teman-teman untuk
tetap membuat diri terhibur dengan cara mencari kegiatan positif. Misalnya
adalah ketika sudah merasa stress karena adanya tekanan tugas kuliah, cobalah
untuk mencari waktu luang untuk pergi piknik ke pantai atau ke tempat yang
disukai atau bisa saja ikut pengabdian di masyarakat.
Saya
berharap poster yang saya buat dapat memberikan dampak positif dan memberikan
pengetahuan kepada kita semua akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Saya
sangat senang bisa ikut lomba poster ini. Walaupun belum rejeki saya untuk
menjadi pemenang, namun saya tetap bangga dengan diri saya. Menurut saya bukan
diliat dari hasilnya nanti, namun proses yang saya lakukan sekarang. Semoga
kedepannya nanti saya bisa memenangkan lomba-lomba yang lain.
Daftar Pustaka :
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. (2008). Laporan Nasional Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Herrman, H., et al. (2005). Promoting
Mental Health: Concepts, Emerging Evidence, Practice. A
Report of the WHO. Geneva: World Health Organization.
O’Reilly, M & Lester, J.N.
(2015). The Palgrave Handbook of Child Mental Health. UK: Pagrave
Macmillan
WHO. (2001). Basic documents, 43rd
Edition. Geneva: World Health Organization.
WHO. (2002). Prevention and
promotion in mental health. Mental health: evidence and research.
Geneva: Department of Mental Health and Substance Dependence.
0 komentar:
Posting Komentar