2.10.21

Mengeluh?

 

Herlinda Desi Anggraini/19310410008

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Psikologi Inovasi

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA.


            Mengeluh bukanlah kata yang asing terdengar, baik dari usia muda hingga tua pasti familiar dengan kata tersebut. Menurut Tjiptono (2015) keluhan bisa diartikan sebagai ungkapan ketidakpuasan atau kekecewaan (Indaryani&Mardiana, 2016). Menurut Cahyono (2012) mengeluh adalah melahirkan atau mengungkapkan perasaan tidak puas atau ‘tidak terima’ atas apa yang terjadi pada diri sendiri baik yang terkait dengan pihak lain. Menurut KKBI, keluhan atau mengeluh adalah ungkapan yang keluar karena perasaan susah (karena menderita sesuatu yang berat, kesakitan, dan sebagainya) (Fauziah, 2019).

Pasti kita pernah menemui individu yang mengeluh, baik dalam hal pekerjaan, perjalanan hidup, bahkan soal percintaan. Mengeluh bisa menjadi manfaat untuk diri kita. Namun, juga bisa menjadi berbahaya bila terlalu sering melakukannya. Mengeluh memungkinkan kita untuk menghilangkan strees dan melepaskan frustasi sehingga kita bisa memulihkan energi yang kita butuhkan untuk mengatasi masalah yang kita hadapi (Anggraini, 2019). Menurut peneliti, mengeluh bisa memberikan dampak positif bagi kesehatan mental. Hal ini terlihat dari penelitian terhadap 410 partisipan yang merasakan kesadaran, kebahagiaan, serta keluhan terhadap sesuatu. Didapatkan fakta bahwa usai mengeluh merasa lebih jauh bahagia dibandingkan yang tidak mengeluh (Desideria, 2015). Mengeluh pada diri sendiri dianggap bisa menjadi motivasi diri agar tidak mudah berpuas diri. Mengeluh pada orang lain atau pada suatu kelompok kita bisa mendapatkan sebuah kritikan, masukan, dan solusi yang bisa menjadi pertimbangan diri untuk berfikir.

            Mengeluh memiliki manfaat apabila dilakukannya tidak terlalu sering. Ketika mengeluh dilakukan terlalu sering tentu akan menimbulkan dampak negatif. Mengeluh jika dilakukan pada waktu dan tempat yang tepat, memang bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik. Namun, mengeluh juga bisa menimbulkan kerusakan di otak kita. Penelitian dari Universitas Stanford menunjukan mengeluh dapat mengecilkan hippocampus atau area otak yang sangat penting untuk pemecahan masalah dan kecerdasan (Anggraini, 2019). Selain berdampak buruk pada kesehatan secara fisik, sering mengeluh juga dapat berdampak buruk secara psikis.

            Jadi, kita harus bisa mengatur diri untuk mengeluh secukupnya pada tempat yang tepat. Mengeluh bisa menjadi manfaat untuk diri kita apabila tidak melakukannya secara berlebihan. Apabila kita melakukannya secara berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan.

 

Daftar Pustaka

 

Anggraini, P.A. (2019). Ramai tagar #janganngeluhterus, apa manfaat dari mengeluh?. Kompas.com. 30 Oktober.

 

Cahyono, C. (2012). Manfaat mengeluh. Kompiasana.com. 26 April.

 

Desideria, B. (2015). Mengeluh, bermanfaat atau bermudarat?. Liputan6.com. 11 Februari.

 

Fauziyah, I.N. (2019). Tindak perlokusi terhadap tindak tutur ekspresif mengeluh (kajian pragmatik). Jurnal Sastra. 1(1), 29-48.

 

Indriyani, S. & Mardiana, S. (2016). Pengaruh penanganan keluhan (complaint handling) terhadap kepercayaan dan komitmen mahasiswa pada perguruan tinggi swasta di bandar lampung. Jurnal Bisnis Darmajaya. 2(1), 1-13.

 

0 komentar:

Posting Komentar