WUJUDKAN BANGSA TELADAN DENGAN
PENGELOLAAN SAMPAH YANG OPTIMAL
Ujian Akhir Semester Psikologi
Lingkungan Semester Genap 2020/2021
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta,
M.A.
Ahmad Prasetiyo / 19310410029
Fakultas Psikologi Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Sampah merupakan hal yang sudah lazim dan lekat di
kehidupan manusia. Sering kali sampah selalu dikaitkan dengan dampak buruk dan
malapetaka. Bagaimana tidak? Banyak manusia yang sudah mengerti akan bahaya
sampah. Namun pada kenyataannya, banyak juga diantara manusia kurang menyadari
akan bahaya yang di timbulkan oleh sampah yang di hasilkannya tersebut. Manusia
lah yang memproduksi sampah dan sudah menjadi tugas manusia juga dalam mengelola
sampah dengan baik agar tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi manusia
itu sendiri.
Sejati (2009) menyebutkan bahwa sampah adalah suatu
bahan yang terbuang atau dibuang; merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam
yang sudah tidak digunakan lagi skarena sudah diambil unsur atau fungsi
utamanya. Sampah sudah sangat mendominasi di dalam keidupan manusia. Manusia
lah yang kerap kali menghasilkan sampah. Baik itu sampah plastik, sampah dari
limbah, sampah kertas, dan masih banyak lagi jenisnya.
Menurut
Suprihatin et al., (1996) jenis-jenis sampah dibagi menjadi dua macam, yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik atau sampah basah adalah
sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil
dari alam atau yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, dan lain
sebagainya. Sampah ini dapat terurai dengan mudah dalam proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian besar adalah sampah organik. Contoh sampah organik adalah
sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah anorganik adalah
sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarui, seperti mineral
dan sisa-sisa hasil produksi. Secara keseluruhan, sebagian dari zat anorganik
tidak dapat diuraikan oleh alam. Sedangkan sebagian lainnya lagi dapat
diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Contoh sampah anorganik adalah botol
gelas, kaleng, dan logam.Jika sampah-sampah ini tidak teratasi dengan baik,
tentu dampak yang sangat serius akan dirasakan oleh manusia itu sendiri. Persoalan
tentang sampah yang didasarkan pada teori CMD ( Cognitive Moral Development )
ini adalah bahwa masyarakat pada umumnya belum menyadari kegawatan persoalan
yang disebabkan oleh sampah. Masyarakat belum menyadari bahwa sampah harus
dikelola secara ramah lingkungan dan tidak dibuang begitu saja atau dibakar (
Shinta, 2019 ).
Surabaya merupakan kota metropolitan. Selain
menyandang kota metropolitan. Surabaya juga masuk dalam jajaran kota besar yang
ada di Indonesia. Dalam hal ini, tentunya berbagai masalah-masalah kompleks dapat
terjadi. ‘’ Indonesian government role on
waste management. In Surabaya, there was innovative ways for friendly
environment of paid with plastic bottle waste. This innovative program was
considered fail to educate people on waste awareness. The good governance
principle was not fulfilled. Ideally, that program should be followed by
regulation about the economic value of plastic waste’’ ( Shinta dkk, 2019 ).
Namun, di bawah kepemimpinan Ibu Tri Rismaharini sedikit demi sedikit
masalah-masalah kompleks yang ada di Kota Surabaya tersebut dapat teratasi.
Salah satu masalah kompleks tersebut ialah mengenai sampah. Kini Kota Surabaya sudah
di kenal dan dapat menjadi suatu daerah percontohan yang ada di Indonesia dalam
hal pengelolaan sampah yang baik.
Dalam pengelolaan sampah di Kota Surabaya telah
menggunakan teknologi pengolahan sampah terpadu menuju “zero waste” dan
memperhitungkan dampak baik buruk yang mungkin akan terjadi dari penggunaan
teknologi pengelolaan sampah yang digunakan saat ini. Hal ini bertujuan agar penggunaan
teknologi tersebut dapat mendukung pelaksanaan kegiatan dan program pengelolaan
sampah untuk kebersihan kota. Pemerintah Kota Surabaya juga telah berupaya agar
masyarakat senantiasa terus berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dengan
memberikan penghargaan bagi masyarakat yang berhasil mereduksi sampah. Namun,
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah masih kurang, terbukti dengan
peran serta masyarakat untuk mengelolah sampah mandiri (rumah tangga) masih
belum dilakukan secara maksimal.
Agar lebih efektif dan efisien, pada awalnya, jumlah
maupun luas ruang publik di wilayah Kota Surabaya yang termasuk ’kawasan bebas
sampah’ dibatasi. Di wilayah terbatas ini, ’sarana bantu dari luar’ sebagaimana
yang disebutkan di atas yang bertujuan membentuk perilaku tidak menyampah,
diberlakukan dengan tegas. Ketika perilaku yang diharapkan sudah terjadi pada
kawasan bebas sampah terbatas tadi telah terbentuk, maka secara progresif
kawasan bebas sampah semakin diperluas, hingga pada akhirnya seluruh wilayah di
Kota Surabaya menjadi kawasan bebas sampah. Cara mengurangi perilaku menyampah
di atas dilakukan melalui pemberian punishment. Untuk tujuan yang sama, dapat
dilakukan dengan pemberian reward. Pinsipnya sama, yakni dilakukan secara bertahap,
mulai dari level yang (paling) kecil hingga ke level paling luas/besar. Sebagai
contoh, sebelum Kota Surabaya mengikuti lomba Adipura, Pemerintah Kota Surabaya
terlebih dahulu dapat melakukan lomba kawasan bebas sampah di tingkat RT, lalu
meningkat ketingkat RW, kelurahan, dan kecamatan. Dengan demikian, semua
wilayah di Kota Surabaya akan terbebas dari sampah ( dalam Tondok, 2008 ).
Sebagai mahasiswa yang peduli akan lingkungan. Tentu
yang akan saya lakukan adalah berperan aktif dan nyata. Berperan aktif dan
nyata yang saya maksud dalam hal
berkaitan dengan lingkungan. Salah satu bentuk peran aktif dan nyata saya adalah
dengan selalu memberikan edukasi dan pembelajaraan mengenai lingkungan
tersebut. Lingkungan sangat identik dengan permasalahan akan sampah. Sampah
sudah menjadi hal yang selalu tidak akan pernah ada habisnya jika di bicarakan.
Jika tidak dikelola dengan baik, maka sampah bisa memberikan dampak buruk dan
bencana bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam memberikan edukasi dan
pembelajaran tentu saya harus menggunakan contoh/media nyata yang dapat di
percaya. Saya akan menggunakan contoh Kota Surabaya dalam memberikan edukasi
dan pembelajaran yang saya lakukan kepada masyarakat. Saya yakin dan percaya
bahwa masyarakat tidak akan pernah percaya dengan apa yang saya bicarakan jika
tidak ada contohnya. Contoh atau media itulah yang menjadi tonggak utama dalam
memberikan edukasi dan pembelajaran agar masyarakat lebih mengetahui dan
berpikir kritis.
Selain itu saya juga akan menerapkan secara nyata
berkaitan dengan sampah seperti membuang sampah pada tempatnya, selalu
menggunakan tas kain saat berbelanja agar mengurangi sampah plastik,
memanfaatkan sampah dapur sebagai pupuk tanaman, membuat kerajinan dari sampah
daur ulang yang dapat menghasilkan uang, dan masih banyak lagi. Sebagai pemberi
edukasi, tentu saya juga harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat.
Juga saya akan membuat suatu perkumpulan yang menampung sampah yang dapat
dijual ( BANK SAMPAH ), dengan membentuk kader-kader yang memiliki potensi dan
ilmu dalam mengolah sampah. Sehingga saya berharap agar saya dan masyarakat
bisa bersama-sama peduli akan lingkungan. Selain itu juga dapat mengelola
sampah dengan optimal yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia. Sudah
saatnya Indonesia harus menjadi bangsa percontohan bagi bangsa lain terutama di
bidang lingkungan yang berkaitan dengan sampah. Hal ini tidak akan mustahil
jika kita bersama-sama saling mendukung agar terciptanya bangsa yang asri dan
selalu peduli dengan lingkungan.
Sejati, Kuncoro. (2009). Edisi
Kelima. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point dan Center
Point. Yogyakarta: Kanisius.
Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan
masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019).
Friendly environment waste management based on community empowerment as the
basis of the health national resilience. Proceeding
Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative
Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith
University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp.
6-11.
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Suprihatin et al. (1996). Pengelolaan Sampah. Malang: PPGT/PPEDC
Malang.
Tondok, M. S. (2008).
Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.
20 Juli.
artikel nya sangat bagus
BalasHapus