29.6.21

WUJUDKAN BANGSA TELADAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG OPTIMAL

 

WUJUDKAN BANGSA TELADAN DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH YANG OPTIMAL

 

Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.

Ahmad Prasetiyo / 19310410029

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 



Sampah merupakan hal yang sudah lazim dan lekat di kehidupan manusia. Sering kali sampah selalu dikaitkan dengan dampak buruk dan malapetaka. Bagaimana tidak? Banyak manusia yang sudah mengerti akan bahaya sampah. Namun pada kenyataannya, banyak juga diantara manusia kurang menyadari akan bahaya yang di timbulkan oleh sampah yang di hasilkannya tersebut. Manusia lah yang memproduksi sampah dan sudah menjadi tugas manusia juga dalam mengelola sampah dengan baik agar tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi manusia itu sendiri.

Sejati (2009) menyebutkan bahwa sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang; merupakan hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi skarena sudah diambil unsur atau fungsi utamanya. Sampah sudah sangat mendominasi di dalam keidupan manusia. Manusia lah yang kerap kali menghasilkan sampah. Baik itu sampah plastik, sampah dari limbah, sampah kertas, dan masih banyak lagi jenisnya.

 Menurut Suprihatin et al., (1996) jenis-jenis sampah dibagi menjadi dua macam, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik atau sampah basah adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, dan lain sebagainya. Sampah ini dapat terurai dengan mudah dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar adalah sampah organik. Contoh sampah organik adalah sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya alam yang tidak terbarui, seperti mineral dan sisa-sisa hasil produksi. Secara keseluruhan, sebagian dari zat anorganik tidak dapat diuraikan oleh alam. Sedangkan sebagian lainnya lagi dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Contoh sampah anorganik adalah botol gelas, kaleng, dan logam.Jika sampah-sampah ini tidak teratasi dengan baik, tentu dampak yang sangat serius akan dirasakan oleh manusia itu sendiri. Persoalan tentang sampah yang didasarkan pada teori CMD ( Cognitive Moral Development ) ini adalah bahwa masyarakat pada umumnya belum menyadari kegawatan persoalan yang disebabkan oleh sampah. Masyarakat belum menyadari bahwa sampah harus dikelola secara ramah lingkungan dan tidak dibuang begitu saja atau dibakar ( Shinta, 2019 ).






Surabaya merupakan kota metropolitan. Selain menyandang kota metropolitan. Surabaya juga masuk dalam jajaran kota besar yang ada di Indonesia. Dalam hal ini, tentunya berbagai masalah-masalah kompleks dapat terjadi. ‘’ Indonesian government role on waste management. In Surabaya, there was innovative ways for friendly environment of paid with plastic bottle waste. This innovative program was considered fail to educate people on waste awareness. The good governance principle was not fulfilled. Ideally, that program should be followed by regulation about the economic value of plastic waste’’ ( Shinta dkk, 2019 ). Namun, di bawah kepemimpinan Ibu Tri Rismaharini sedikit demi sedikit masalah-masalah kompleks yang ada di Kota Surabaya tersebut dapat teratasi. Salah satu masalah kompleks tersebut ialah mengenai sampah. Kini Kota Surabaya sudah di kenal dan dapat menjadi suatu daerah percontohan yang ada di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah yang baik.

Dalam pengelolaan sampah di Kota Surabaya telah menggunakan teknologi pengolahan sampah terpadu menuju “zero waste” dan memperhitungkan dampak baik buruk yang mungkin akan terjadi dari penggunaan teknologi pengelolaan sampah yang digunakan saat ini. Hal ini bertujuan agar penggunaan teknologi tersebut dapat mendukung pelaksanaan kegiatan dan program pengelolaan sampah untuk kebersihan kota. Pemerintah Kota Surabaya juga telah berupaya agar masyarakat senantiasa terus berpartisipasi dalam pengelolaan sampah dengan memberikan penghargaan bagi masyarakat yang berhasil mereduksi sampah. Namun, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah masih kurang, terbukti dengan peran serta masyarakat untuk mengelolah sampah mandiri (rumah tangga) masih belum dilakukan secara maksimal.






Agar lebih efektif dan efisien, pada awalnya, jumlah maupun luas ruang publik di wilayah Kota Surabaya yang termasuk ’kawasan bebas sampah’ dibatasi. Di wilayah terbatas ini, ’sarana bantu dari luar’ sebagaimana yang disebutkan di atas yang bertujuan membentuk perilaku tidak menyampah, diberlakukan dengan tegas. Ketika perilaku yang diharapkan sudah terjadi pada kawasan bebas sampah terbatas tadi telah terbentuk, maka secara progresif kawasan bebas sampah semakin diperluas, hingga pada akhirnya seluruh wilayah di Kota Surabaya menjadi kawasan bebas sampah. Cara mengurangi perilaku menyampah di atas dilakukan melalui pemberian punishment. Untuk tujuan yang sama, dapat dilakukan dengan pemberian reward. Pinsipnya sama, yakni dilakukan secara bertahap, mulai dari level yang (paling) kecil hingga ke level paling luas/besar. Sebagai contoh, sebelum Kota Surabaya mengikuti lomba Adipura, Pemerintah Kota Surabaya terlebih dahulu dapat melakukan lomba kawasan bebas sampah di tingkat RT, lalu meningkat ketingkat RW, kelurahan, dan kecamatan. Dengan demikian, semua wilayah di Kota Surabaya akan terbebas dari sampah ( dalam Tondok, 2008 ).

Sebagai mahasiswa yang peduli akan lingkungan. Tentu yang akan saya lakukan adalah berperan aktif dan nyata. Berperan aktif dan nyata yang saya maksud  dalam hal berkaitan dengan lingkungan. Salah satu bentuk peran aktif dan nyata saya adalah dengan selalu memberikan edukasi dan pembelajaraan mengenai lingkungan tersebut. Lingkungan sangat identik dengan permasalahan akan sampah. Sampah sudah menjadi hal yang selalu tidak akan pernah ada habisnya jika di bicarakan. Jika tidak dikelola dengan baik, maka sampah bisa memberikan dampak buruk dan bencana bagi kelangsungan hidup manusia. Dalam memberikan edukasi dan pembelajaran tentu saya harus menggunakan contoh/media nyata yang dapat di percaya. Saya akan menggunakan contoh Kota Surabaya dalam memberikan edukasi dan pembelajaran yang saya lakukan kepada masyarakat. Saya yakin dan percaya bahwa masyarakat tidak akan pernah percaya dengan apa yang saya bicarakan jika tidak ada contohnya. Contoh atau media itulah yang menjadi tonggak utama dalam memberikan edukasi dan pembelajaran agar masyarakat lebih mengetahui dan berpikir kritis.





Selain itu saya juga akan menerapkan secara nyata berkaitan dengan sampah seperti membuang sampah pada tempatnya, selalu menggunakan tas kain saat berbelanja agar mengurangi sampah plastik, memanfaatkan sampah dapur sebagai pupuk tanaman, membuat kerajinan dari sampah daur ulang yang dapat menghasilkan uang, dan masih banyak lagi. Sebagai pemberi edukasi, tentu saya juga harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakat. Juga saya akan membuat suatu perkumpulan yang menampung sampah yang dapat dijual ( BANK SAMPAH ), dengan membentuk kader-kader yang memiliki potensi dan ilmu dalam mengolah sampah. Sehingga saya berharap agar saya dan masyarakat bisa bersama-sama peduli akan lingkungan. Selain itu juga dapat mengelola sampah dengan optimal yang berguna untuk kelangsungan hidup manusia. Sudah saatnya Indonesia harus menjadi bangsa percontohan bagi bangsa lain terutama di bidang lingkungan yang berkaitan dengan sampah. Hal ini tidak akan mustahil jika kita bersama-sama saling mendukung agar terciptanya bangsa yang asri dan selalu peduli dengan lingkungan.

 

Sejati, Kuncoro. (2009). Edisi Kelima. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point dan Center Point. Yogyakarta: Kanisius.

Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat

Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.

                        https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf

Suprihatin et al. (1996). Pengelolaan Sampah. Malang: PPGT/PPEDC Malang.

Tondok, M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli.

 

 

1 komentar: