Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani yang dilakukan
untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot – otot tubuh. Olahraga adalah
cara alami menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Menurut
Toho, Cholik dan Rusli Lutan menyatakan “olahraga ditilik dari asal katanya
berasal dari bahasa jawa yaitu olah yang berarti melatih diri dan rogo (raga)
berarti badan. Secara luas olahraga diartikan sebagai segala kegiatan atau
usaha untuk mendorong, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan
jasmani maupun rohani”.
Olahraga
memiliki bermacam-macam bidang, berupa jogging, basket, futsal, volley dan
sebagainya. Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang olahraga jogging
yang bermanfaat bagi lingkungan, yaitu plogging. Plogging berasal dari kata jogging dan
sebuah istilah Swedia “plocka
upp” yang artinya mengambil. Gabungan kedua kata ini kemudian
menjadi konsep sederhana plogging, yaitu
lari sambil memunguti sampah.
Pengetahuan saya tentang plogging bermula dari materi yang
ada pada Psikologi Lingkungan. Pada materi tersebut saya mendapat pengetahuan
yang sebelumnya belum saya ketahui. Berawal dari pengetahuan baru tersebut,
saya mencoba untuk mengaplikasikannya pada hobi saya yaitu olahraga. Percobaan
awal saya yaitu pada tanggal 7 Maret pada hari Minggu pagi dilapangan Sidoarum.
Sebelum saya memulai untuk jogging, saya menyiapkan tempat sampah yang akan
saya bawa berupa plastik kresek. Awal saya melakukan jogging sambil memungut
sampah dirute yang saya lalui, saya merasa agak malu karena menjadi perhatian
dikalangan orang-orang yang sedang berolahraga, tetapi saya tetap mencoba untuk
memungut sampah yang ada disepanjang rute saya.
Plogging kedua saya lakukan pada tanggal 9 Maret pukul 06.00
di lapangan yang sama, yaitu lapangan Sidoarum. Sebelum saya melakukan
olahraga, saya kembali menyiapkan plastik kresek sebagai tempat untuk saya
memungut sampah disepanjang rute yang saya lalui. Pada plogging kedua kali ini
terlihat lapangan agak sepi sehingga rasa malu saya berkurang, dan tentunya
tidak hanya itu, tetapi sampah yang saya dapatkan pun juga sedikit karena
berkuranganya pengunjung olahraga. Selesai melakukan plogging, saya didatangi
oleh seolah pria yang ternyata pengurus lapangan tersebut. Orang tersebut
bertanya tentang apa yang saya lakukan dan kemudian kita mengobrol tentang
pengelolaan sampah pada lapangan tersebut.
Plogging ketiga saya lakukan pada tanggal 11 Maret pukul
07.00 dilapangan Sidoarum lagi. Kali ini terlihat pemandangan berbeda, terlihat
disetiap sudut lapangan disediakan tempat pembuangan sampah. Melihat
pemandangan ini pun perasaan saya antara senang dan sedih. Senangnya yaitu
karena kali ini pengelolaan sampah pada lapangan sidoarum terlihat lebih
terstruktur dengan disediakannya banyak tempat sampah. Sedihnya yaitu saya sangat
sedikit mendapatkan sampah pada plogging ketiga, karena para pengunjung sudah
mulai untuk membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Plogging keempat saya lakukan pada 13 Maret pada pagi hari. Plogging saya kali ini berada disekitaran lingkungan tempat tinggal saya dengan rute memutari perkampungan saya. Ketika saya sedang melakukan plogging, ada tetangga saya yang menyapa dan bertanya apa yang sedang saya lakukan, kemudian saya menjelaskan bahwa saya sedang melakukan plogging. Plogging memang belum banyak dikenal dikalangan umum, sehingga ini menjadi salah satu tugas saya untuk mengkampanyekan plogging, terutama pada orang-orang terdekat saya, agar dapat menjadi kebiasaan baru yang bermanfaat bagi lingkungan.
Plogging
sudah saya lakukan sebanyak 4 kali dan saya menemukan berbagai macam sampah,
mulai dari botol minum, bungkus rokok, plastic dan masih banyak lagi. Sampah yang
saya temukan saat saya melakukan olahraga dilapangan dan disekitaran lingkungan
rumah saya berbeda. Sampah yang ada dilapangan cenderung sampah berupa air
mineral dan bungkus snack, sedangkan sampah yang saya temukan disepanjang rute
plogging saya di lingkungan perkampungan meliputi bungkus rokok, makanan dan plastik
kresek. Total sampah yang saya ambil selama melakukan plogging 4 kali sekitar
700gr, saya cenderung untuk mengambil sampah berupa bungkus makanan atau yang
berbahan plastik.
Referensi :
Cholik,. Toho, dan Lutan, Rusli. (2001). Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Jakarta : Depdikbud.
0 komentar:
Posting Komentar