Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Muhammad Rasyid Ridha
NIM: 19310420088
Sampah merupakan suatu masalah
kompleks yang dihadapi oleh indonesia saat ini, karena sampah adalah sumber
dari penyakit untuk mahluk yang ada di sekitarnya, bahkan bukan hanya manusia,
tanaman dan hewan yang menjadi tidak nyaman akibat sampah, banyak kasus yang
terjadi hewan tersangkut oleh sampah di bagian tubuhnya sehingga dia merasa
tidak nyaman untuk melanjutkan kehidupannya, ada juga ular yang menelan sampah
sehingga mati dan tumbuhan yang mana tanahnya di cemari oleh sampah yang
mengandung zat kimia, sehingga tanaman itupun juga mati.
Hal ini adalah sebagian kecil dari
besarnya masalah sampah di indonesia, bahkan yang tidak memiliki akal sekalipun
seperti hewan dan tumbuhan menjadi tumbal akibat prilaku mahluk yang berakal
akan tetapi tidak menggunakan akal sehatnya untuk memberdayakan atau paling
tidak membuang sampah pada tempatnya. Jika sudah seperti ini apakah
manusia yang memiliki akal,pikiran dan
perasaan pantas untuk menjaga tanah titipan Tuhan di dunia ini? Apakah kita
selaku manusia hanya merasa kita saja yang hidup di dunia ini? Tentu tidak!,
karena Tuhan mentipkan dunia ini untuk dijaga dan dilestarikan, juga untuk
digunakan untuk melanjutkan kehidupan dan bertahan hidup, jika dunia yang
dititipkan di siasiakan oleh mahluk yang berakal, bagaimana mungkin mahluk yang
tidak memiliki akal akan bertahan, semua mahluk yang di ciptakan oleh Tuhan di
dunia ini memiliki hak yang sama, bertahan,berkembang. Jika hak-hak hidup
mahluk lain terganggu karena ulah mahluk yang berakal akan tetapi tidak
menggunakan akal sehatnya, maka siapa lagi yang meneruskan perjuangan kehidupan
yang ada di dalam Bumi ini.
Jadi untuk menjaga indonesia
tetap bersih dan mampu memuliakan sampah kita mulai itu semua dari diri kita
sendiri dan keluarga kita, kita terapkan dikehidupan sehari-hari kita tentang
pengenalan terhadap sampah, mampu membedakan sampah yang organik dan non
organik, dan jika kita sudah memiliki anak, bisa kita terapkan pengenalan
sampah pada anak agar mindset anak terhadap sampah bukan hanya kotoran akan
tetapi sampah juga bisa menjadi suatu hal yang bermakna, seperti pot bunga,
gantungan kunci dan lain-lain.
Seperti yang saya kutip dari
buku memuliakan sampah, ketika anak mendapatkan pendidikan pro-lingkungan hidup
di sekolah, maka diharapkan orang tuanya terlibat. Anak menjadi semacam agen
penghubung antara pelajaran di sekolah dengan diskusi bersama orang tua di
rumah. Orang tua lebih bersedia menerima penjelasan dari anak dari pada orang
dewasa lainnya, karena anak tidak berprilaku mengguri (Shinta,Widura,Widiantoro
& Yudhawati, 2016).
Apa
yang seharusnya kita lakukan untuk mengelolah sampah agar tidak menjadi
bomerang bagi diri kita sendiri, yang pertama adalah:
1. Kesadaran diri sendiri
Kesadaran diri sendiri adalah kunci dari
semua permasalahan sampah yang ada di indonesia, jika bukan kita yang membuang
sampah kita siapa lagi? Orang lain?.
Ketika petugas kebersihan tidak menghukum pelaku yang membuang sampah
sembarangan, maka prilaku membuang sampah sembarangan dianggap sebagai prilaku
yang tidak melanggar peraturan (Shinta & Daihani, 2019).
2. Memberi Edukasi dan Pemahaman
tentang sampah
Kebanyakan orang menggap sampah adalah
kotoran atau sesuatu hal yang tidak bermanfaat, itu lah yang ada di pikiran
orang yang tidak paham tentang edukasi dalam memuliakan sampah, padahal sampah
bisa di olah menjadi berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti pupuk,
kompos, mainan yang minimalis, dan karya banyak sekali yang tercipta dari
sampah.
(Sampah Plastik Jadi Karya Seni.
(Sumber: Instagram.com/vonwong)
Inilah salah satu bukti edukasi
sampah plastik menjadi salah satu unsur vital dari foto ini dan menjadi seni
yang sangat indah.
Kita sebagai generasi muda harus
menjadi penggerak dan menyuarakan bahwa keberadaan sampah yang ada di sekitar
kita juga memiliki tempat dan hak yang sama untuk disalurkan kepada
tangan-tangan yang memiliki tingkat ke kerativitasan yang sangat tinggi. Hal kecil
yang di lakukan diri sendiri dengan sampah setidaknya mampu merubah keadaan
lingkungan kita menjadi nyaman dan aman, apalgi jika kita kaum generasi muda
dan milenial mampu memberikan informasi bahwa sampah adalah benda yang mana
jika jatuh ketangan orang yang tepat akan menjadi sebuah seni yang tidak bisa
dibeli dengan apapun, dan hanya mampu dinilai oleh mata. Maka dari itu mari
kita bersama-sama untuk memuliakan sampah agar indonesia juga bisa menjadi
lebih baik dan lebih bersih dari sebelumnya.
Daftar Pustaka
Shinta,
A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah:
Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta:
Deepublish.
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Shinta,
A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste
management based on community empowerment as the basis of the health national
resilience. Proceeding Optimizing Public
Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration.
4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast
Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Tondok, M. S. (2008).
Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.
20 Juli.
0 komentar:
Posting Komentar