29.6.21

Lekas Besih Indonesiaku

Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 


 

 

 

 Muhammad Rasyid Ridha

NIM: 19310420088

 

 

 

              Sampah merupakan suatu masalah kompleks yang dihadapi oleh indonesia saat ini, karena sampah adalah sumber dari penyakit untuk mahluk yang ada di sekitarnya, bahkan bukan hanya manusia, tanaman dan hewan yang menjadi tidak nyaman akibat sampah, banyak kasus yang terjadi hewan tersangkut oleh sampah di bagian tubuhnya sehingga dia merasa tidak nyaman untuk melanjutkan kehidupannya, ada juga ular yang menelan sampah sehingga mati dan tumbuhan yang mana tanahnya di cemari oleh sampah yang mengandung zat kimia, sehingga tanaman itupun juga mati.

          Hal ini adalah sebagian kecil dari besarnya masalah sampah di indonesia, bahkan yang tidak memiliki akal sekalipun seperti hewan dan tumbuhan menjadi tumbal akibat prilaku mahluk yang berakal akan tetapi tidak menggunakan akal sehatnya untuk memberdayakan atau paling tidak membuang sampah pada tempatnya. Jika sudah seperti ini apakah manusia  yang memiliki akal,pikiran dan perasaan pantas untuk menjaga tanah titipan Tuhan di dunia ini? Apakah kita selaku manusia hanya merasa kita saja yang hidup di dunia ini? Tentu tidak!, karena Tuhan mentipkan dunia ini untuk dijaga dan dilestarikan, juga untuk digunakan untuk melanjutkan kehidupan dan bertahan hidup, jika dunia yang dititipkan di siasiakan oleh mahluk yang berakal, bagaimana mungkin mahluk yang tidak memiliki akal akan bertahan, semua mahluk yang di ciptakan oleh Tuhan di dunia ini memiliki hak yang sama, bertahan,berkembang. Jika hak-hak hidup mahluk lain terganggu karena ulah mahluk yang berakal akan tetapi tidak menggunakan akal sehatnya, maka siapa lagi yang meneruskan perjuangan kehidupan yang ada di dalam Bumi ini.

              Jadi untuk menjaga indonesia tetap bersih dan mampu memuliakan sampah kita mulai itu semua dari diri kita sendiri dan keluarga kita, kita terapkan dikehidupan sehari-hari kita tentang pengenalan terhadap sampah, mampu membedakan sampah yang organik dan non organik, dan jika kita sudah memiliki anak, bisa kita terapkan pengenalan sampah pada anak agar mindset anak terhadap sampah bukan hanya kotoran akan tetapi sampah juga bisa menjadi suatu hal yang bermakna, seperti pot bunga, gantungan kunci dan lain-lain.

               Seperti yang saya kutip dari buku memuliakan sampah, ketika anak mendapatkan pendidikan pro-lingkungan hidup di sekolah, maka diharapkan orang tuanya terlibat. Anak menjadi semacam agen penghubung antara pelajaran di sekolah dengan diskusi bersama orang tua di rumah. Orang tua lebih bersedia menerima penjelasan dari anak dari pada orang dewasa lainnya, karena anak tidak berprilaku mengguri (Shinta,Widura,Widiantoro & Yudhawati, 2016).

Apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengelolah sampah agar tidak menjadi bomerang bagi diri kita sendiri, yang pertama adalah:

1. Kesadaran diri sendiri

       Kesadaran diri sendiri adalah kunci dari semua permasalahan sampah yang ada di indonesia, jika bukan kita yang membuang sampah kita siapa lagi? Orang lain?.  Ketika petugas kebersihan tidak menghukum pelaku yang membuang sampah sembarangan, maka prilaku membuang sampah sembarangan dianggap sebagai prilaku yang tidak melanggar peraturan (Shinta & Daihani, 2019).

2. Memberi Edukasi dan Pemahaman tentang sampah

       Kebanyakan orang menggap sampah adalah kotoran atau sesuatu hal yang tidak bermanfaat, itu lah yang ada di pikiran orang yang tidak paham tentang edukasi dalam memuliakan sampah, padahal sampah bisa di olah menjadi berbagai macam kebutuhan sehari-hari seperti pupuk, kompos, mainan yang minimalis, dan karya banyak sekali yang tercipta dari sampah.



 

(Sampah Plastik Jadi Karya Seni. (Sumber: Instagram.com/vonwong)

 

Inilah salah satu bukti edukasi sampah plastik menjadi salah satu unsur vital dari foto ini dan menjadi seni yang sangat indah.

 

             Kita sebagai generasi muda harus menjadi penggerak dan menyuarakan bahwa keberadaan sampah yang ada di sekitar kita juga memiliki tempat dan hak yang sama untuk disalurkan kepada tangan-tangan yang memiliki tingkat ke kerativitasan yang sangat tinggi. Hal kecil yang di lakukan diri sendiri dengan sampah setidaknya mampu merubah keadaan lingkungan kita menjadi nyaman dan aman, apalgi jika kita kaum generasi muda dan milenial mampu memberikan informasi bahwa sampah adalah benda yang mana jika jatuh ketangan orang yang tepat akan menjadi sebuah seni yang tidak bisa dibeli dengan apapun, dan hanya mampu dinilai oleh mata. Maka dari itu mari kita bersama-sama untuk memuliakan sampah agar indonesia juga bisa menjadi lebih baik dan lebih bersih dari sebelumnya.

 

 

Daftar Pustaka

Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat

Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.

          https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf

Tondok, M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli.

  


0 komentar:

Posting Komentar