KELOLA SAMPAH MULAI DARI LINGKUNGAN SEKITAR
Tulisan ini dibuat untuk Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A
Sampah menjadi
salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dari aktivitas manusia. Hampir semua
hal yang kita gunakan, berakhir dengan menghasilkan sampah. Mulai dari sampah
sisa makanan, plastik kemasan, kertas, hingga sampah yang berasal dari bahan
logam.
Dalam sehari, setidaknya tercipta 175 ribu ton sampah
baru di seluruh Indonesia. Sebagian besar sampah ini berakhir di tempat
penampungan akhir tanpa bisa diolah dan dimanfaatkan lebih jauh. pengelolaan sampah di Indonesia dirasa masih belum
optimal. Setelah digunakan di rumah tangga atau industri dan menjadi sampah,
biasanya hanya dikumpulkan di tempat penampungan sementara (TPS). Berikutnya,
perjalanan sampah langsung berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau landfill. Proses seperti ini biasanya hanya menyisakan
tumpukan sampah dan terus mengurangi lahan yang tersedia. Padahal, lebih jauh
itu beberapa jenis sampah dapat kembali didaur ulang, bahkan dapat digunakan
kembali dengan berbagai kebutuhan dan memiliki nilai ekonomi.
Sampah yang diproduksi paling banyak didominasi oleh
sampah sisa makanan dengan komposisi 60%. sisa makanan, sayuran, hingga
tumbuhan masuk pada kelompok ini. Selanjutnya, sampah plastik menempati posisi
kedua dengan 14%, kelompok ini terlihat lebih beragam mulai dari botol, kantong
plastik, sedotan, dan berbagai kemasan yang berasal dari bahan plastik.
Sisanya, terdapat sampah kertas, karet, logam dan sampah lainnya.
Banyaknya tumpukan sampah ini juga menyisakan tumpukan
masalah. Indonesia masih memiliki tantangan dalam pengelolaan sampah dalam
negeri, salah satunya adalah tingkat daur ulang sampah yang masih rendah.
Berdasarkan riset yang dilakukan Sustainable Waste
Indonesia pada 2019, total sampah Indonesia yang didaur ulang
hanya 3 persen dan sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Maka dari
itu Piramida pengelolaan sampah perlu
dibalik, sehingga pencegahan menjadi urutan pertamaJadi kita tidak
menyelesaikannya hanya di TPA, namun juga dimulai dari sumbernya,”
sistem
pengelolaan End Of Pipe tak lagi dapat
digunakan sebab kebutuhan lahan akan terus meningkat seiring dengan
berlanjutnya sistem tersebut. Tentunya, ini juga akan berpengaruh pada
kelangkaan lahan tempat pemrosesan akhir (TPA). Pada tahun 2021 ini, ada
beberapa TPA yang terancam ditutup karena kapasitasnya terlampaui.
“Kota-kota yang
menuju Zero Waste akan memastikan bahwa semua sampah dikumpulkan, bahan organik
dikomposkan, bahan-bahan daur ulang dipulihkan dan tidak dikirim ke TPA,” tambah
Catur.
menerapkan
pengelolaan sampah dari sumber bukan hal yang mudah. Sebab, tantangan yang
dihadapi sangat bervariasi, mulai dari masyarakat yang minim kesadaran hingga
kurangnya dukungan pemerintah setempat.
Dimulai dengan kesadaran memilah sejak dari rumah, sampah
yang dihasilkan dapat lebih bermanfaat. Mulai dari daur ulang, pemakaian
kembali, hingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari pengelolaan sampah
yang tepat.
Sampah yang menggunung dapat dihindari dengan menerapkan
ekonomi sirkular sampah. Sirkulasi sampah yang baik dapat bermanfaat bagi
perekonomian dan sampah yang dibuang ke pembuangan akhir dapat diminimalisir.
Salah satu jenis sampah yang dapat diolah dan
menghasilkan ekonomi sirkular adalah sampah plastik. Ekonomi sirkular ini
berarti sampah-sampah yang ada, bisa menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat
sekitar dan bisa bermanfaat kembali untuk menghasilkan produk yang sama.
Sampah plastik dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk
sesuai jenis plastik dari produknya. Contohnya sampah plastik bisa dihancurkan
untuk kemudian diolah menjadi bijih plastik dan kembali menjadi bahan baku dari
produk plastik. Sampah plastik dapat menjadi campuran bahan baku untuk
pembuatan aspal jalanan. Selain itu, sampah plastik lainnya juga bisa dijadikan
bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga sampah, sehingga menjadi energi
yang dapat digunakan oleh berbagai macam pihak.
Tujuan
dari pengelolaan sampah adalah supaya sampah memiliki nilai ekonomi atau
merubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Dengan melakukan
pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, kamu dapat membantu untuk kejar
mimpi menekan dampak negatif sampah terhadap lingkungan.
Shinta,
A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah:
Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta:
Deepublish.
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Shinta,
A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste
management based on community empowerment as the basis of the health national
resilience. Proceeding Optimizing Public
Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration.
4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast
Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Tondok, M. S. (2008).
Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.
20 Juli.
Fadhilah,A.
Sugianto, H dan Hadi,.K.(2011). Kajian pegelolaan Sampah Kampus. Modul Vol 11
No. 2 agustus 2011 ISSN: 0853-2877.
Puspitawati,
Y. dan Rahdriawan, M. (2012). Kajian Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon.
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Vol 8(4):349-359 Desember 2012.
0 komentar:
Posting Komentar