29.6.21

KELOLA SAMPAH MULAI DARI LINGKUNGAN SEKITAR

 

 

KELOLA SAMPAH MULAI DARI LINGKUNGAN SEKITAR



Tulisan ini dibuat untuk Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan

Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A


 ANDRI WIJAYANTO/19310410023


  Sampah menjadi salah satu hal yang tak bisa dipisahkan dari aktivitas manusia. Hampir semua hal yang kita gunakan, berakhir dengan menghasilkan sampah. Mulai dari sampah sisa makanan, plastik kemasan, kertas, hingga sampah yang berasal dari bahan logam.

Dalam sehari, setidaknya tercipta 175 ribu ton sampah baru di seluruh Indonesia. Sebagian besar sampah ini berakhir di tempat penampungan akhir tanpa bisa diolah dan dimanfaatkan lebih jauh. pengelolaan sampah di Indonesia dirasa masih belum optimal. Setelah digunakan di rumah tangga atau industri dan menjadi sampah, biasanya hanya dikumpulkan di tempat penampungan sementara (TPS). Berikutnya, perjalanan sampah langsung berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau landfill. Proses seperti ini biasanya hanya menyisakan tumpukan sampah dan terus mengurangi lahan yang tersedia. Padahal, lebih jauh itu beberapa jenis sampah dapat kembali didaur ulang, bahkan dapat digunakan kembali dengan berbagai kebutuhan dan memiliki nilai ekonomi.

 

Sampah yang diproduksi paling banyak didominasi oleh sampah sisa makanan dengan komposisi 60%. sisa makanan, sayuran, hingga tumbuhan masuk pada kelompok ini. Selanjutnya, sampah plastik menempati posisi kedua dengan 14%, kelompok ini terlihat lebih beragam mulai dari botol, kantong plastik, sedotan, dan berbagai kemasan yang berasal dari bahan plastik. Sisanya, terdapat sampah kertas, karet, logam dan sampah lainnya.

Banyaknya tumpukan sampah ini juga menyisakan tumpukan masalah. Indonesia masih memiliki tantangan dalam pengelolaan sampah dalam negeri, salah satunya adalah tingkat daur ulang sampah yang masih rendah.

Berdasarkan riset yang dilakukan Sustainable Waste Indonesia pada 2019, total sampah Indonesia yang didaur ulang hanya 3 persen dan sisanya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Maka dari itu Piramida pengelolaan sampah perlu dibalik, sehingga pencegahan menjadi urutan pertamaJadi kita tidak menyelesaikannya hanya di TPA, namun juga dimulai dari sumbernya,”

 sistem pengelolaan End Of Pipe tak lagi dapat digunakan sebab kebutuhan lahan akan terus meningkat seiring dengan berlanjutnya sistem tersebut. Tentunya, ini juga akan berpengaruh pada kelangkaan lahan tempat pemrosesan akhir (TPA). Pada tahun 2021 ini, ada beberapa TPA yang terancam ditutup karena kapasitasnya terlampaui. 

 “Kota-kota yang menuju Zero Waste akan memastikan bahwa semua sampah dikumpulkan, bahan organik dikomposkan, bahan-bahan daur ulang dipulihkan dan tidak dikirim ke TPA,” tambah Catur.

 menerapkan pengelolaan sampah dari sumber bukan hal yang mudah. Sebab, tantangan yang dihadapi sangat bervariasi, mulai dari masyarakat yang minim kesadaran hingga kurangnya dukungan pemerintah setempat.

 

Dimulai dengan kesadaran memilah sejak dari rumah, sampah yang dihasilkan dapat lebih bermanfaat. Mulai dari daur ulang, pemakaian kembali, hingga menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dari pengelolaan sampah yang tepat.

Sampah yang menggunung dapat dihindari dengan menerapkan ekonomi sirkular sampah. Sirkulasi sampah yang baik dapat bermanfaat bagi perekonomian dan sampah yang dibuang ke pembuangan akhir dapat diminimalisir.

 

 

Salah satu jenis sampah yang dapat diolah dan menghasilkan ekonomi sirkular adalah sampah plastik. Ekonomi sirkular ini berarti sampah-sampah yang ada, bisa menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar dan bisa bermanfaat kembali untuk menghasilkan produk yang sama.

 

Sampah plastik dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk sesuai jenis plastik dari produknya. Contohnya sampah plastik bisa dihancurkan untuk kemudian diolah menjadi bijih plastik dan kembali menjadi bahan baku dari produk plastik. Sampah plastik dapat menjadi campuran bahan baku untuk pembuatan aspal jalanan. Selain itu, sampah plastik lainnya juga bisa dijadikan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga sampah, sehingga menjadi energi yang dapat digunakan oleh berbagai macam pihak.

 

 

 

Tujuan dari pengelolaan sampah adalah supaya sampah memiliki nilai ekonomi atau merubahnya menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Dengan melakukan pengelolaan sampah rumah tangga yang benar, kamu dapat membantu untuk kejar mimpi menekan dampak negatif sampah terhadap lingkungan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Shinta, A. (Editor) (2019). Memuliakan sampah: Konsep dan aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.

https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat

Shinta, A., Daihani, D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.

https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf

Tondok, M. S. (2008). Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post. 20 Juli.

 

Fadhilah,A. Sugianto, H dan Hadi,.K.(2011). Kajian pegelolaan Sampah Kampus. Modul Vol 11 No. 2 agustus 2011 ISSN: 0853-2877.

Puspitawati, Y. dan Rahdriawan, M. (2012). Kajian Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di Kelurahan Larangan Kota Cirebon. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. Vol 8(4):349-359 Desember 2012.

0 komentar:

Posting Komentar