HIDUP BEBAS DARI SAMPAH ADALAH
HIDUP SEHAT
Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021
Fakultas
Psikologi
Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta
Dosen
Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M.A.
Engelbertha
Savsavubun/ 19310410015
Dalam
kehidupan setiap hari baik di kota maupun desa, dimana orang hidup selalu menghasikan
sampah. Dan samapa-sampah ini kalau tidak teratasi bisa berdampak buruk pada
kesehatan manusia. Seperti dalam penelitian IPEN dan kawan-kawan tahun 2019 dari samaph kulit
telur itu bisa menghasilkan berbagai macam firus atau bakteri yang mendatangkan
penyakit kanker dll.
Sebenarnya
masalah sampah ini dapat diatasi bila kita manusia memiliki kesadaran untuk
tidak sembarang membuang sampah. Seperti yang di kemukakan Shinta A ( 2019)
bahwa seorang yang moralnya verkembang secara optimal maka individu sangat
peduli akan sampahnya. Seseorang peduli pada sampahnya karna alasan-alasan yang
luhur. Artinya orang yang dengan kesadaran tinggi tidak sembarang membuang
sampahnya. Sebaliknya orang yang moralnya berkembang tidak optimal membuang
samaph di sembarangan tempat.
Seperti
pernah penulis melihat disuatu tempat sampah-sampah dari minum ringan
(ale-ale), sampahnya di buang di depan kios yang menjual minuman ringan
tersebut. Disini bukan salah pembelihnya yang rata-rata yang masih usiah SD
tetapi pemilik kios tidak punya kesadaran untuk menyiapkan keranjang di depan
kios tersebut.
Dan
yang sangat di sayangkan bahwa samapah dari minuman ringan tersebut bisa
dibiarkan berhari-hari berserahkan di halam kuos tersebut. Ini karena secara
moral pemilik kios punya moral yang tidak berkembang secara optimal sehingga
mengabaikan aspek kebersihan lingkungan.
Bila
kita lihat ada kota-kota yang diberikan penghargaan oleh pemerintah pusat karna
unggul dalam kebersihan kotanya, ini karna pemerintah daerah tersebut mampuh
menyadarkan masyarakatnya untuk pedulih terhadap lingkungan hidup yang bersih.
Dalam arti hidup bebas dari sampah. Seperti saya sendiri yang mengamati di kota
tual yaitu kota madya di MALUKU TENGGARA di mana kota ini sepanjang hari bersih
dan indah. Karna setiap pagi rata-rata pukul 07:00 pagi semua petugas permbesih
jalan dan lingkungan sudah beraktivitas membersihkan jalan dan lingkungan. bisa
dilihat foto terlampir.
Dalam
arti saya bukan melibih-lebihkan kota asal saya tetapi ini fakta berbicara.
Sekalipun kota tual berada di wilayah indonesia paling timur tetapi budaya
hidup besih lingkungan ( bebas dari sampah), ini dijalani oleh semua masyarakat
dengan kesadaran.
Dengan
melihat peristiwa ini, menurut saya ide untuk pedulih terhadap sampah itu di
mulai dari kesadaran diri sendiri yang diajarkan oleh orang tua sejak seorang
anak dalam perkembangan. Sebab dengan budaya hidup bersih, sejak usia anak-anak
ini sangat berpengaruh pada perilaku seseorang dimasa dewasa. Selain itu
pemerintah, dalam hal ini dinas kebersihan kota harus punya andil untuk memberi
penyuluhan untuk sadar peduluh akan sampah. Sehingg kesadaran ditanamkan sejak
usiah dini dan motivasi ekstrinsik tentang peduli lingkungan (sampah) dari
dinas yang terkait maka bisa terjadi yang disebut sinergis akan kesadaran bersih
lingkungan (hidup bebas dari sampah).
Sebab
orang lain bisa hidup dengan kesadaran
peduli akan sampahnya maka kita yang lainpun bisa tergantung dari
pendidikan tentang peduli terhadap lingkungan ( bebas dari sampah).
Oleh
sebab itu pedulih akan sampah itu bagian dari pembelajaran hidup yang tidak
boleh diabaikan. Dan ini tanggung jawab perorangan dan juga tanggung jawab
masyarkat umum yang tentu tidak terlepas dari pengawasan pemerintah daerah
setempat.
Dengan
penjelasan di atas sebenernya belajar untuk hidup bersih itu tidak boleh
diabaikan karna inj menyangkut kesehatan individu dan kesehatan masyarakat.
Sebab hidup sehat itu ada hubungan dengan hidup bebas sampah.
Watson,
dan kawan-kawan Harian Surabaya Post, 20 2008. Bahwa faktor eksternal yakni
lingkungan ikut mempengaruhi perilaku (Behaviorisme) jadi lingkungn yang tidak
sehat perluh diatasi agar tidak mempengaruhui kesehatan manusia dalam arti sampah-sampah
yang berada di suatu tempat perluh di atasi.
Daftar
Pustaka:
Shinta, A. (Editor)
(2019). Memuliakan sampah: Konsep dan
aplikasinya di dunia pendidikan dan masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
https://www.researchgate.net/publication/350466459_Memuliakan_Sampah_Konsep_dan_Aplikasinya_di_Dunia_Pendidikan_dan_di_Masyarakat
Shinta, A., Daihani,
D.U. & Patimah, A.S. (2019). Friendly environment waste management based on
community empowerment as the basis of the health national resilience. Proceeding Optimizing Public Health for
Sustainable Global Prosperity Through Innovative Collaboration. 4th
International Symposium of Public Health. Griffith University, Gold Coast
Campus, Queensland, Australia, October 29th-30th, pp. 6-11.
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/Proceeding-4th-ISoPH-2019-Unair.pdf
Tondok, M. S. (2008).
Menyampah, dari perspektif psikologi. Harian Surabaya Post.
20 Juli.
0 komentar:
Posting Komentar