Ujian Akhir Semester Psikologi Lingkungan
Oleh:
Alia Nanda Rumekti
19310410066
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, M. A.
Kebersihan
adalah salah satu hal yang tidak pernah luput dari pembicaaan masyaralat. Menurut
Poerwodarminta (1976), kebersihan adalah keadaan yang bersih atau tidak kotor
Bank
sampah tampaknya menjadi solusi utama dalam permasalahan sampah. Walaupun bank
sampah bukanlah solusi terbaik untuk mengedukasi masyarakat, hal ini mampu
menyelesaikan 20-30% permasalahan pengolahan sampah (Shinta, 2019). Ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengatasi
permasalahan ini. Pertama, meletakkan sampah sesuai dengan pembagiannya. Pemilahan
sampah tersebut betujuan agar para pengolah sampah menjadi lebih mudah untuk
memilih sampah yang akan diolah. Hal ini tidak hanya dapat dilakukan di tempat
umum, namun dapat pula dilakukan di rumah. Misalnya, sampah organik yang telah
dikumpulkan diolah menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos ini kemudian digunakan
untuk memajukan pertanian atau perkebunan di wilayah setempat.
Sampah
anorganik yang dikumpulkan juga dapat diolah menjadi barang yang lebih tepat
guna. Misalnya gelas atau botol plastik bekas minuman diolah menjadi kotak
pensil, dompet koin, dan hiasan dinding. Sampah anorganik lain seperti kain
diolah menjadi lap, alas gelas, taplak meja, dan tas belanja. Hal ini tentu
bukan hanya berdampak pada lingkungan yang semakin sehat, tetapi juga berdampak
pada kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kegiatan pengolahan sampah ini juga
termasuk dalam upaya melaksanakan perilaku pro-lingkungan hidup.
Kedua,
yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menerapkan denda bagi yang tidak
memilah sampah sesuai penempatanya di tempat sampah. Hal ini bisa diawali dari
rumah masing-masing. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga lupa memilah
sampahnya sendiri, maka ia dikenai denda sebesar Rp 500. Sederhananya, pelaku
pelanggar sampah harus dikenai denda secara konsisten (Shinta, 2019) Semakin banyak denda yang terkumpul dalam satu bulan
dapat menjadi evaluasi bagi masing-masing keluarga tentang kesadarannya dalam
merawat sampah. Sehingga semakin sedikit denda yang terkumpul dalam satu bulan
menandakan keluarga sudah menyadari pentingnya merawat sampah. Jika cara ini
berhasil diterapkan dalam keluarga, maka cara ini dapat disosialisasikan ke
tetangga sekitar dan masyarakat luas.
Pengetahuan dan pengalaman yang berbeda terkait sampah
akan menghasilkan persepsi yang berbeda antarindividu
1.
Timbul
kesadaran dan kebiasaan baik tentang merawat dan mengolah sampah.
2.
Pemandangan
menjadi lebih bersih, indah, dan nyaman, dan terhindar dari bau yang tidak
sedap.
3.
Risiko
untuk terkena penyakit yang disebabkan oleh lingkungan menjadi berkurang.
4.
Ekonomi
masyarakat meningkat sebagai berkah mengolah sampah.
Daftar Pustaka:
Poerwadarminta (1976), dalam Hermawan, Y. (2012). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Persepsi dengan Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan. Bumi Lestari Journal of Environment, 5(2).
Shinta, A. (editor) (2019). Memuliakan Sampah: Konsep dan Aplikasinya di
Dunia Pendidikan dan Masyarakat. Yogyakarta: Deepublish.
Shinta, A., dkk. (2019). Friendly Environment
Waste Management Based On Community Empowerment as The Basis of the Health
National Resilience. Prociding Optimizing Public Health for Suistainable
Global Prosperity Through Innovative Collaboration. pp. 6-11). Goal Coast
Campus, Queensland, Australia:
https://fkm.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/proceeding-4th-ISoPH-2019-unair.pdf.
Tondok, M. S. (2008). Menyampah
dari Pepspektif Psikologi (2). Post. 20 Juli 2008.
Sumber Gambar:
https://kicaunews..com/2019/10/18/peran-serta-masyarakat-dalam-pengolahan-sampah/
http://bestahumendala.blogspot.com/2016/07/sepedaku-dan-sampah-pekanbaru.html?m=1
0 komentar:
Posting Komentar