WFH Bikin Bosan dan Jenuh? Begini Cara Mengatasinya
Tugas Essay Psikologi Lingkungan
Fakultas Psikologi Universita Proklamasi 45 Yogyakarta
Tahun 2020/2021
Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 awal mulanya ditemukan di Kota Wuhan, China pada bulan Desember 2019 dan oleh WHO ditetapkan sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020. Pandemi Covid-19 mulai terdeteksi di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020, dimulai dengan adanya korban positif di Kota Depok. Setelah itu, kasus positif Covid-19 pun meningkat dan menyebar ke beberapa wilayah di Indonesia, sehingga wilayah yang terpapar Covid-19 menjadi kawasan zona merah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) mengeluarkan surat keputusan nomor 13 A terkait penetapan masa darurat virus corona. Berdasarkan penetapan tersebut, Kemendikbud mengeluarkan Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 36962/MPKA/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Terhitung hingga
saat ini, pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Namun, sudah ada beberapa
wilayah yang diberi kelonggaran mengenai WFH karena faktor ekonomi dan sosial,
dengan syarat wajib mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Meski begitu, masih
banyak instansi pendidikan yang masih menerapkan sistem PJJ (Pembelajaran Jarak
Jauh) yaitu kegiatan belajar dan mengajar secara daring. Berbeda saat
pembelajaran tatap muka, di mana para mahasiswa bisa setiap hari bertemu dengan
teman-teman dan dosen di kampus. Kuliah daring memaksa mahasiswa untuk
berhadapan dengan layar handphone atau laptop setiap harinya. Hal tersebut
pasti membuat para mahasiswa merasa bosan dan jenuh.
Rasa bosan dan
jenuh yang dirasakan saat pandemi ini merupakan hal yang wajar karena sebagian
besar waktu kita dihabiskan di rumah dengan situasi yang monoton seperti
terbatasnya ruang gerak, fasilitas penunjang, dan interaksi sosial. Kondisi ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Zubek (1969), yaitu Understimulation Theory.
Zubek (1969) dalam Helmi (1999) mengatakan bahwa jika stimulasi informasi
terlalu sedikit (understimulation), orang akan mengalami deprivasi sensori yang
akan menghambat perkembangan secara optimal. Artinya, beban justru menyatakan
bahwa manusia tidak akan merasa senang jika tidak mendapat rangsangan yang
cukup dari lingkungan dan kurangnya rangsang terhadap indera manusia menyebabkan
rasa kosong, sepi dan cemas. Akibatnya, mudah timbul kebosanan dan kejenuhan.
Ilmuwan psikologi John Eastwood dari Universitas York di Ontario, Kanada mendefinisikan kebosanan sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dari keinginan, tetapi tidak mampu untuk terlibat dalam aktivitas yang memuaskan, yang muncul dari kegagalan di salah satu jaringan perhatian otak (Live Science, 2012). Salah satu masalah yang muncul ketika harus berdiam di rumah dalam jangka waktu yang lama adalah mudah merasa bosan dan jenuh. Apabila kita sudah dilanda rasa bosan dan jenuh, biasanya kita menjadi tidak produktif, sering bermalas-malasan, dan sering menunda pekerjaan.
Oleh karena itu,
rasa bosan dan jenuh itu harus kita kelola dan kita atasi dengan baik. Lalu,
bagaimana cara kita mengatasi rasa bosan dan jenuh? Nah, berikut ini ada
beberapa kiat yang sering penulis lakukan untuk mengatasi rasa bosan dan jenuh
selama pandemi Covid-19.
1.
Olahraga. Selama pandemi
Covid-19, kita dianjurkan untuk berolahraga secara rutin untuk menjaga
kesehatan dan keseimbangan imun tubuh. Olahraga yang dilakukan tidak harus
olahraga berat. Kita bisa melakukan olahraga ringan seperti jalan-jalan,
lari-lari kecil, push up, sit up, bermain badminton di halaman rumah bersama
keluarga, dan sebagainya.
2.
Membaca buku. Aktivitas
yang satu ini dapat menghasilkan banyak manfaat, selain memperluas wawasan,
membaca buku juga mampu mengurangi stres. Kita bisa memilih buku apa saja yang
kita suka, apalagi teknologi saat ini sudah semakin canggih. Jadi, di situasi
pandemi ini kita tidak perlu susah payah pergi ke perpustakaan daerah untuk
meminjam buku, kita bisa meminjam dan mengakses buku secara online.
3.
Menonton film. Aktivitas
yang satu ini memakan waktu cukup banyak, apalagi jika film tersebut memiliki banyak
episode. Kita bisa menonton film saat waktu luang misalnya saat tugas atau
pekerjaan prioritas sudah selesai, sehingga setelah menonton film pikiran kita
menjadi fresh kembali dan bisa melanjutkan aktivitas lain.
4.
Bertemu teman melalui
daring. Selama pandemi, hampir seluruh aktivitas dilakukan secara daring. Jadi,
saat kita sedang bosan kita bisa bertemu teman-teman melalui daring misalnya
dengan video call.
5.
Bermain dengan hewan
peliharaan adalah hal yang menyenangkan. Jika kita memiliki hewan peliharaan di
rumah seperti kucing, ayam, atau hewan lainnya itu bisa dijadikan teman
bermain. Ternyata, memelihara hewan peliharaan itu salah satunya mampu
menurunkan stres, mengatasi kebosanan dan kesepian.
6.
Berkumpul bersama keluarga.
Pandemi adalah momen yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga,
misalnya saling berbagi cerita atau melakukan aktivitas lain bersama keluarga.
7.
Melakukan hobi. Hobi setiap
orang berbeda-beda. Jika kita sedang merasa bosan, kita bisa melakukan kegiatan
sesuai hobi kita masing-masing. Misalnya, membuat vlog, membuat kerajinan
tangan, berkebun, memasak, dan sebagainya.
Dengan begitu, rasa bosan bisa kita atasi dengan baik dan tetap bisa produktif selama pandemi Covid-19.
Referensi :
Helmi, Avin Fadilla. (1999).
Beberapa Teori Psikologi Lingkungan. Buletin Psikologi Tahun VII, No. 2 Desember
1999, ISSN: 0854-7108.
Live Science. (2012, 26
September). Why We Get Bored. Diakses pada 2 April 2021, dari https://www.livescience.com/23493-why-we-get-bored.html
0 komentar:
Posting Komentar