4.4.21

TIRTA UNTUK BUMI KITA

 Tirta Untuk Bumi Kita

Ujian Tengah Semester 4 Psikologi Lingkungan 

Fakultas Psikologi 

Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta 

Tahun 2020/2021


Rifdah Nur Aqilah (19310410061)
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, M.A.




Dalam KBBI, air adalah cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yang diperlukan dalam kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yang secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen. Menurut filosof Yunani Pindar (Abad V SM) menyatakan “air adalah yang terbaik dari segalanya” (Maman, 2008; dalam Hasmari, 2011). Dari pernyataan tersebut, kita tahu bahwa air adalah faktor yang sangat vital dalam kehidupan seluruh makhluk hidup yang ada di muka bumi ini. Tanaman menggunakan air untuk proses fotosintesis, hewan memanfaatkan air untuk diminum, dan manusia juga membutuhkan air untuk diminum serta kegiatan domestik lainnya. Selain itu, banyak juga tanaman dan hewan yang hidup di dalam air.

Kebutuhan air dunia diperkirakan meningkat 6 kali sejak tahun 1900 – 1995. Peningkatan tersebut 2 kali lebih tinggi dibandingkan laju pertambahan penduduk. Di sisi lain, lebih banyak air yang diambil dari sumber-sumber air dibandingkan dengan jumlah air yang dikembalikan ke dalam sumber-sumber air (Anon, 2004). Artinya, pertambahan jumlah penduduk dan produksi pangan meningkatkan kebutuhan air dunia, sehingga air menjadi sumber penghidupan jika dikelola dengan baik. Namun, jika air tidak dikelola dengan baik, air bisa menjadi masalah bagi kehidupan misalnya terjadi kerusakan lingkungan, kematian hewan atau tumbuhan, dan sebagainya.



Air sebagian besar (98%) terdapat di laut, sebagian lainnya sekitar 1% terdapat di gunung-gunung es di kutub, kurang dari 0,001% terdapat di atmosfer. Dari sekian banyak volume air tersebut, hanya sekitar 0,01% yang dapat dimanfaatkan dalam proses kehidupan untuk mendukung produktifitas primer di atas muka bumi termasuk sektor pertanian melalui siklus hidrologi (Aini, 2003). Sebagian besar konsumsi air (90%) dibidang pertanian digunakan untuk irigasi. Pemanfaatan air untuk irigasi lebih banyak di negara-negara berkembang karena sebagian besar (75%) lahan pertanian beririgasi teknis berada di negara-negara tersebut. Efisiensi penggunaan air irigasi relatif masih rendah yaitu 30% sehingga perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi pertambahan kebutuhan air irigasi sedangkan jumlah air di dunia relatif tidak bertambah (Anon, 2003)

Jadi, sektor pertanian merupakan aktivitas penghasil pangan yang menyerap air terbesar dibanding sektor lainnya. Sebagian besar konsumsi air di sektor pertanian digunakan untuk irigasi, sehingga dalam pengelolaan air di sektor pertanian ini perlu dilakukan peningkatan pemanfaatan dan penggunaan yang efisien. Menurut Maman (2008) dalam Hasmari (2011), faktor-faktor penyebab tidak efisiennya penggunaan air adalah: pertama, faktor ekonomi misalnya petani menggunakan air tanpa membayar sehingga mereka cenderung menggunakannya secara berlebihan. Kedua, faktor fisik misalnya alokasi air yang tidak semestinya tidak dapat dijalankan meski petani tidak kekurangan air, saat pemakaian air yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, pembagian air yang tidak merata. Ketiga, faktor sosial atau institusional misalnya pengaruh perseorangan dari pejabat yang menentukan terutama dalam hal gotong royong dan musyawarah.



Selain itu, sektor pertanian rupanya memiliki hubungan timbal balik dengan kualitas air disekitarnya. Apabila kualitas airnya bagus, maka produksi pertaniannya juga berkualitas dan aman dikonsumsi. Begitupun sebaliknya. Irianto (2015) mengatakan bahwa penentuan status mutu atau kualitas air di Indonesia dilakukan berdasarkan parameter dan metode tertentu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan No. 115 tahun 2003, sedangkan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001. Kualitas air merupakan salah satu bagian dari kualitas lingkungan. Integrasi sinergis antara kualitas air dengan kualitas udara dan kualitas tanah sebagai komponen dari kualitas lingkungan yang sangat menentukan keberlanjutan pertanian.

Perubahan besar kualitas air dapat diakibatkan oleh aktivitas manusia, misalnya perubahan penggunaan lahan dan pengelolaannya yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas aliran permukaan sehingga mempengaruhi volume air, sifat kimia air, dan komponen biologisnya (Chamber et al., 2000; Eugene, 2003). Oleh karena itu, sebelum semuanya terlambat, mulai dari sekarang mari kita belajar untuk menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita agar kualitas airnya bersih dan sehat. Kita bisa memulainya dengan melakukan hal-hal sederhana. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan terutama di laut, pantai, sungai, danau, hingga selokan air. Dan juga gunakanlah air seperlunya saja, gunakan air dengan bijak. Warisi generasi mendatang dengan mata air, bukan air mata.

 

Referensi:

Anon. (2003). The UN Word Water Developmet Report: Water for People, Water for Life. World Water Assesment Programme. Unesco Publishing.

Anon. (2004). Water Matters for Sustainable Agriculture: A Collection of Case Studies. Crop Life International.

Chamber, P.A., et al. (2000). Surface Water Quality. In The Health of Our Water Toward Sustainable Agriculture in Canada. Ed. Coote, D.R, and Gregorich, LJ. ResearchBranch Agriculture and Agri-Food Canada. Publ.2020/E.

Irianto, Ketut. (2015). Kualitas Air Menuju Pertanian Berkelanjutan. Artikel Pertanian Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Warmadewa.

Noer, Hasmari. (2011). Optimalisasi Pemanfaatan Sumberdaya Air Melalui Perbaikan Pola Tanam dan Perbaikan Teknik Budidaya pada Sistem Usaha Tani. Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE), Vol.2 No.2, ISSN 2087-409X.

Zoer, Aini. (2003). Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi: Ekosistem Komunitas  dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.


0 komentar:

Posting Komentar