Kharisma
Ayu Mutiara Dewi (19310410070)
Fakultas
Psikologi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta
Indonesia
memiliki potensi sumber daya air yang potensi sumber daya air yang sangat
besar, tetapi pemanfaatannya masih rendah. Potensi yang tinggi tersebut bisa
dimanfaatkan untuk menunjang sektor pertanian, air baku bagi masyarakat
perkotaan dan industri, pembangkit listrik, hingga pariwisata. Berdasarkan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dari total potensi
sumber daya air tersebut, hanya sekitar 20 persen yang sudah dimanfaatkan
sedangkan sekitar 80 persen belum dimanfaatkan. Dari air yang dapat dimanfaatkan
tersebut, sekitar 20 persen digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah
tangga, kota dan industri, 80 persen lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
irigasi. Di sisi lain, ada pengaruh negatif bila pemanfaatan air hanya sedikit,
akan ada risiko yang membahayakan, diantaranya dapat mengakibatkan banjir dan
longsor pada saat musim hujan serta kekeringan saat terjadi musim kemarau
(Hadimuljono 2017; Hartoyo 2010).
Maka
dibentuklah bendungan untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya air. Menurut
Hadimuljono (2017), optimalisasi pemanfaatan sumber daya air harus dilakukan
agar dapat meningkatkan ketahanan air dan ketahanan pangan dengan cara
membangun banyak bendungan yang berperan sebagai penampung banyak air pada musim
penghujan dan menyuplai air pada musim kemarau. Dan menurut Ilyas
et al (1989) perairan waduk biasanya dibagi dalam 6 kawasan yaitu : kawasan, lindung,
penangkapan, wisata, perhubungan, bahaya dan budidaya. Penentuan kawasan ini
sangat terkait dengan sifat waduk yang multifungsi, dengan pembagian kawasan
ini diharapkan sumberdaya air yang ada di waduk dapat dimanfaatkan secara
optimal. Walaupun sudah ada pembagian kawasan secara ketat seperti di atas,
dalam kenyataannya belum semuanya berfungsi sebagaimana mestinya.
Seperti
bendungan di kawasan Randublatung, terdapat sebuah bendungan yang disebut
bendungan/embung keruk. Luas Embung Keruk adalah sekitar delapan hektar,
direncanakan kedepan akan diperluas sampai 22 hektar dan mencukupi kebutuhan
air 250 hektar lahan pertanian. Embung keruk ini menjadi sandaran air pertanian
untuk sekitar 22 Hektar lahan pertanian di Kecamatan Randublatung dan
sekitarnya. Tujuan pembangunan Embung Keruk Randublatung selain untuk mencukupi
kebutuhan air pertanian antara lain sebagai tempat konservasi lingkungan,
tempat latihan olahraga air, khususnya dayung dan obyek wisata di daerah Blora
selatan. Memancing merupakan salah satu kegiatan menarik di Embung Keruk,
disamping itu para pengunjung embung keruk juga dapat mengarungi bagian tengah
embung dengan menggunakan sepeda air yang tersedia. Panorama alam di sekitar Embung
keruk pun sangat indah, para pecinta aktivitas fotografi akan sangat
disayangkan jika melewatkannya.
Jadi
pemanfatan sumber daya air sangat diperlukan dengan terbentuknya embung, selain
untuk mencegah banjir atau lahan kering. Embung bisa menghasilkan keberuntungan
untuk warga sekitar yaitu dalam sektor pertanian sebagai pengairan sawah.
Selain itu pariwisata dan tempat pemancingan.
Referensi :
Hadimuljono
B. (2017). 830 Embung Dibangun Pemerintah
di Seluruh Indonesi. Detik Finance. https://finance.detik.com/berita-ekonomibisnis/d-3506129/830-embung-dibangun-pemerintahdi-seluruh-indonesia.
Diunduh tgl 15 Juli 2019
Hartoyo.
(2010). Program Pengembangan Penyediaan
Air Untuk Menjamin Ketahanan Pangan Nasional. Seminar Pengembangan dan
Pengelolaan Sumber Daya Air untuk Ketahanan Pangan. Bogor: Kementerian
Pekerjaan Umum.
Ilyas,
A.,et al. (1989). Petunjuk Teknis Pengelolaan Perairan Umum. Puslitbang
Perikanan. Jakarta
Eko,
M.H. (2016). Embung Keruk Randublatung: Waduk Jelita Bora Selatan. https://www.bloranews.com/embung-keruk-randublatung-waduk-jelita-blora-selatan/#:~:text=Tujun%20pembangunan%20Embung%20Keruk%20Randublatung,wisata%20di%20daerah%20Blora%20selatan.
Diakses pada tanggal 02 April 2021 di: Bloranews.com
0 komentar:
Posting Komentar