24.4.21

MENJADI GURU LES YANG KEREN : MENGAPA TIDAK?

                                 Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA

IMELTA INDRIYANI ALFIAH / 19310410062

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

 

Menjadi guru les (Bimbingan Belajar) merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan. Apalagi jika dibandingkan dengan guru kelas, setidaknya begitulah menurut saya. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasehat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri (Hamalik, 2006). Sejak kelas 1 SMA saya sudah menjadi guru les. Pengalaman saya sebagai guru les selama 4 tahun (usia 16-20 tahun mengajar), memberikan saya pemahaman mengenai bagaimana caranya menjadi guru les dan mengabdi ditengah masyarakat desa.

Sebagai guru les kita tidak diharuskan mengajar anak dalam jumlah banyak. Ini hal yang sangat menyenangkan. Kita hanya harus memahami beberapa karakter siswa. Bandingkan dengan guru kelas yang harus memahami puluhan karakter siswa (30-50 siswa). Hal ini menentukan teknik mengajar yang kita lakukan. Tidak perlu track record karena modal utama menjadi guru les hanya dua, kesempatan dan nekat. Hampir saya pastikan bahwa guru les kebanyakan berperan sebagai teman curhat dibandingkan menjadi benar-benar "guru". Tidak harus dibebani untuk membuat RPP, standar penilaian, dll. Tetapi apakah akan terus begini? Tidak merasa berdosa? Mari move on, kita ingin dunia pendidikan menjadi lebih baik kan?

Berikut tips-tips yang dapat saya berikan agar kita menjadi guru les privat yang keren. Disukai siswa dan dicintai orang tua siswa. Pertama, menjaga penampilan. Penampilan adalah hal pertama yang harus kita perhatikan. Apalagi pada hari pertama akan mengajar. Kedua, siapkan bahan ajar dan media pembelajaran. Ini abad dimana guru dituntut harus tampil menyenangkan. Pada beberapa kesempatan untuk menunjukkan hal yang unik kadang saya menyiapkan topik materi yang disusun seperti sebuah lawakan, sehingga saya mengajar dengan gaya stand up comedy. Ketiga, posisikan diri sebagai teman belajar, bukan guru kelas. Kita harus menjadi orang yang mengerti kebutuhan siswa akan pendidikan, mengerti akan kesulitannya dalam pembelajaran dan mengerti dalam masalah pergaulannya di sekolah. Keempat, tanamkan sikap moral dan bangun karakternya. Coba tunjukkan sikap yang terpuji, jangan pernah telihat cemberut di depan siswa. Jadilah aktor yang baik. Selalu tersenyum, memberi semangat dan memuji. Jika dia salah berikan koreksi yang lembut dan sesuai dengan karakternya. Saya sering sekali menceritakan kisah nabi, abu nawas atau mendongeng singkat untuk menanamkan sikap terpuji pada siswa saya. Kadang pada saat curhat juga kita harus mengarahkan pemikiran siswa untuk mendapatkan solusi yang baik.

REFERENSI

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

0 komentar:

Posting Komentar