Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021
Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA
IMELTA INDRIYANI ALFIAH / 19310410062
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Menjadi guru les (Bimbingan Belajar)
merupakan salah satu kegiatan yang menyenangkan. Apalagi jika dibandingkan
dengan guru kelas, setidaknya begitulah menurut saya. Bimbingan pada
hakikatnya adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasehat dan penyuluhan
agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri
(Hamalik, 2006). Sejak kelas 1 SMA saya sudah
menjadi guru les. Pengalaman saya sebagai guru les selama 4 tahun (usia 16-20
tahun mengajar), memberikan saya pemahaman mengenai bagaimana caranya menjadi
guru les dan mengabdi ditengah masyarakat desa.
Sebagai guru les kita tidak
diharuskan mengajar anak dalam jumlah banyak. Ini hal yang sangat menyenangkan.
Kita hanya harus memahami beberapa karakter siswa. Bandingkan dengan guru kelas
yang harus memahami puluhan karakter siswa (30-50 siswa). Hal ini menentukan teknik
mengajar yang kita lakukan. Tidak
perlu track record karena modal utama menjadi guru les hanya
dua, kesempatan dan nekat. Hampir saya pastikan bahwa guru les kebanyakan
berperan sebagai teman curhat dibandingkan menjadi benar-benar
"guru". Tidak harus dibebani untuk membuat RPP, standar penilaian,
dll. Tetapi apakah akan terus begini? Tidak merasa berdosa? Mari move on, kita
ingin dunia pendidikan menjadi lebih baik kan?
Berikut tips-tips yang dapat saya
berikan agar kita menjadi guru les privat yang keren. Disukai siswa dan
dicintai orang tua siswa. Pertama, menjaga penampilan. Penampilan adalah
hal pertama yang harus kita perhatikan. Apalagi pada hari pertama akan
mengajar. Kedua, siapkan bahan ajar dan media pembelajaran. Ini abad dimana
guru dituntut harus tampil menyenangkan. Pada beberapa kesempatan untuk
menunjukkan hal yang unik kadang saya menyiapkan topik materi yang disusun
seperti sebuah lawakan, sehingga saya mengajar dengan gaya stand up comedy. Ketiga,
posisikan diri sebagai teman belajar, bukan guru kelas. Kita harus menjadi
orang yang mengerti kebutuhan siswa akan pendidikan, mengerti akan kesulitannya
dalam pembelajaran dan mengerti dalam masalah pergaulannya di sekolah. Keempat,
tanamkan sikap moral dan bangun karakternya. Coba tunjukkan sikap yang terpuji,
jangan pernah telihat cemberut di depan siswa. Jadilah aktor yang baik. Selalu
tersenyum, memberi semangat dan memuji. Jika dia salah berikan koreksi yang
lembut dan sesuai dengan karakternya. Saya sering sekali menceritakan kisah
nabi, abu nawas atau mendongeng singkat untuk menanamkan sikap terpuji pada
siswa saya. Kadang pada saat curhat juga kita harus mengarahkan pemikiran siswa
untuk mendapatkan solusi yang baik.
REFERENSI
Hamalik,
Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar