Faktor Pengaruh Lansia yang Masih Bekerja
sebagai Pedagang Asongan
Dosen Pengampu:
Dr.
Arundhati Shinta, M.A.
Oleh
:
Sofi
Anggraini
(20310410065)
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Dalam
UU Nomor 13 Tahun 1998 mengenai Kesejahteraan Lanjut Usia dinyatakan bahwa yang
disebut lanjut usia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau
lebih. Masa lansia adalah masa terakhir dalam masa perkembangan manusia dimana
mereka seharusnya dapat melalui masa–masanya sesuai tahap perkembangannya. Usia
lansia biasanya menghabiskan waktu dengan bersantai dengan keluarga,
menggendong dan mengasuh cucu, dan menikmati
segala hal. Namun faktanya, diluar sana
maasih banyak lansia yang bekerja, dan bahkan pekerjaan tersebut tergolong berat,
contohnya sebagai pedagang asongan.
Seperti
fenomena yang saya potret bahwa seorang perempuan lansia yang saya temui di
sekitar teriminal shelter Wonogiri ini sedang menjajakan barang dagangannya. Secara
lebih lanjut, lansia sudah bukan waktunya lagi mereka untuk bekerja. Kondisi
tersebut dapat menganggu tugas perkembangan yang harus dilalui oleh lanjut
usia, salah satunya adalah mempersiapkan kematiannya sendiri. Tetapi, masih
banyak lansia dari tingkat sosial ekonomi rendah yang harus membanting tulang
untuk anak cucunya. Selain itu, dorongan lansia untuk tetap bekerja adalah
timbulnya akibat dari proses industrialisasi dan pengaruh globalisasi seperti
sekarang ini yang menyebabkan hubungan keluarga semakin memudar. Hal tersebut
senanda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Santrock (2000), yang menyebutkan
bahwa proses industrialisasi dan pengaruh globalisasi seperti sekarang ini,
nilai kekerabatan di dalam keluarga semakin melemah, sehingga anggota keluarga
yang berusia lanjut semakin kurang mendapatkan perhatian. Hal tersebut
menyebabkan lansia lebih memilih untuk bekerja atau mencari aktivitas yang
dapat membunuh rasa sepi dan rasa bosan yang dihadapi
Mengacu pada fenomena yang ada, lansia yang masih bekerja bisa saja juga karena merasa senang dan merasa masih mampu untuk bekerja, agar dapat berinteraksi pada lingkungan sosial serta mewujudkan kepuasan dan kebahagiaan individu. Biasanya para lansia juga beranggapan bahwa bekerja merupakan rutinitas yang tidak akan mereka tinggalkan selama mereka masih mampu untuk melakukannya, tidak ada kegitan di rumah selain mengasuh cucu, suka dengan rutinitas pekerjaan yang dilakukan, atau beranggapkan jika berdiam di rumah saja akan merasakan bosan dan dapat menyebabkan kesehatan menurun. Selaras dengan hasil pengamatan Adriyanti (2013) bahwa lansia beranggapan bekerja adalah kegiatan yang tidak akan mereka tinggalkan selama mereka masih merasa mampu dalam bekerja, dan cenderung memaknai bekerja sebagai panggilan dari Tuhan supaya tidak meminta belas kasih dari orang lain maupun kerabat atau anak sendiri. Mereka menganggap bekerja bentuk wujud nyata dari usaha untuk hidup mandiri, wujud eksistensi diri, dan wujud upaya menjalin hubungan sosial. Sejatinya kepuasan kerja memiliki korelasi yang kuat kepada tinggi rendahnya motivasi kerja seseorang (Samdyam, 2012). Thomae dalam (Monks 2002) mengenai aktivitas tentang masa lanjut usia yaitu lansia akan mencapai kepuasan hidup, dengan memilih tetap aktif dan memelihara hubungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Andritanti, D. (2013). Makna Kerja Bagi Pedagang Lansia di Pasar
Brosot. Kulon Progo. Skripsi. Program Studi Sosiologi. Yogyakarta: FISH
UINSK
Monks, F, J. (2002). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Samdyam. (2012). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Santrock, J.W. (2002). “Live Span Development”. Jilid 1, Terjemahan oleh Chusairi , Edisi 5, Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar