Mengenal Metode 3R di Sekolah
Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah yang Ramah Lingkungan
Tugas Psikologi Lingkungan Tahun 2020/2021
Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Belakangan ini,
lingkungan menjadi bahan perbincangan di berbagai negara terutama di Indonesia.
Salah satu masalah lingkungan yang sejak lama belum terselesaikan dengan baik
adalah sampah. Sampah merupakan hal yang sangat kecil namun begitu sukar dipecahkan.
Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah
yaitu sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat
atau semi-padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau
tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke
lingkungan. Sedangkan menurut WHO, sampah adalah barang yang berasal dari
kegiatan manusia yang tidak lagi digunakan, baik tidak dipakai, tidak
disenangi, ataupun yang dibuang (Foresteract, 2019).
Bank Dunia dalam
sebuah laporannya media September 2019 melansir data mengenai produksi sampah
global. Lembaga Keuangan Internasional tersebut mengklaim bahwa pada 2016
terdapat 2,01 miliar ton sampah menumpuk di dunia. Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) mengakui bahwa pada tahun 2020 total produksi sampah
Indonesia telah mencapai 67,8 juta ton. Artinya, ada sekita 185.753 ton sampah
setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk atau setiap penduduk
memproduksi sekitar 0,68 kilogram sampah per hari (Indonesia.go.id, 2021).
Sampah menjadi masalah bagi setiap orang karena sampah yang menumpuk tanpa ada
pengelolaan yang benar akan menimbulkan bibit penyakit, menghasilkan zat kimia
berbahaya, dan dapat menyebabkan bencana alam seperti banjir.
Dalam permasalahan sampah ini, terlihat bahwa kurangnya kesadaran masyarakat Indonesia terkait pengelolaan sampah, serta kurangnya edukasi terkait pentingnya menjaga lingkungan hidup. Menyadari pentingnya menjaga lingkungan perlu diberikan edukasi atau pendidikan akan pentingnya lingkungan hidup. Pendidikan tentang peduli lingkungan hidup baiknya mulai ditanamkan sejak anak usia dini. Upaya penanganan sampah yang efektif dilakukan adalah dengan metode 3R (Reduse – Reuse – Recycle). Metode 3R (Reduse – Reuse – Recycle) perlu diterapkan pada jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Alasannya, lingkungan sekolah merupakan satu lingkungan yang paling kondusif untuk membiasakan suatu rutinitas tertentu. Selain itu, upaya tersebut mampu mendorong perubahan perilaku atau sikap dan pola pikir masyarakat Indonesia agar menjadi masyarakat yang ramah, peduli, dan cinta lingkungan.
Secara prinsip,
3R (Reduse – Reuse – Recycle) merupakan urutan langkah untuk pengelolaan sampah
dengan baik. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan
sampah. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan
untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Dan Recycle berarti mengolah
kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat
(Umumsetda, 2019). Jadi, pada prinsipnya sebagian produksi sampah memang harus
dikurangi (Reduce), namun bila tidak bisa dihindari maka harus digunakan
kembali (Reuse), dan bila ada sampah-sampah yang tidak bisa digunakan kembali
bisa didaur ulang atau dibuat untuk kebutuhan lain (Recycle).
Lalu, seperti
apa contoh dari 3R yang biasa ditemukan dilingkungan sekolah? Berikut ini ada
beberapa contoh tindakan 3R yang bisa dilakukan di sekolah, antara lain:
1.
Membiasakan membawa alat
makan sendiri. Biasanya anak-anak sekolah terutama usia SD senang membawa bekal
dari rumah apalagi menggunakan kotak makan reuseable yang bervariasi lucu dan
terlihat menarik. Selain itu, membawa bekal dari rumah bisa menghemat uang
saku.
2.
Membiasakan untuk tidak
membeli makanan dengan kemasan plastik. Biasanya anak-anak sekolah sangat
senang jajan-jajanan yang ada dikantin sekolah. Misalnya, saat membeli batagor
dikantin cobalah untuk membawa wadah sendiri, lalu meminta tolong kepada
penjualnya meletakkan batagor ke dalam wadah sendiri sehingga tidak perlu pakai
plastik.
3.
Menyediakan air minum isi
ulang. Sekolah bisa menyediakan galon isi ulang agar para siswa tidak perlu
membeli air minum berkemasan botol plastik atau es-es dalam plastik. Para siswa
hanya perlu membawa botol minum sendiri (reuseable).
4.
Memanfaatkan barang bekas untuk
dipakai kembali. Misalnya, plastik kresek digunakan sebagai tempat sampah,
botol plastik digunakan untuk pot bunga, lampu hias, dan kerajinan tangan
lainnya.
5.
Mendaur ulang barang bekas.
Misalnya, mengubah sampah plastik menjadi souvenir, mengubah sampah kertas atau
kardus menjadi kerajinan tangan atau mainan miniatur.
Dengan demikian,
metode 3R dapat meminimalisir bahaya akibat sampah plastik secara optimal. Dan keberhasilan
3R ini tidak lepas dari kerjasama seluruh warga sekolah untuk menerapkan upaya
pengelolaah sampah yang ramah lingkungan.
Referensi:
Foresteract.com. (2019, 7 Juni).
Sampah: Pengertian, Jenis, Penyakit, Energi, dan Dampak Buruk. Diakses pada 5
April 2021, dari https://foresteract.com/sampah/
Indonesia.go.id. (2021, 23
Februari). Membenahi Tata Kelola Sampah Nasional. Diakses pada 5 April 2021,
dari https://indonesia.go.id/kategori/indonesia-dalam-angka/2533/membenahi-tata-kelola-sampahnasional#:~:text=Kementerian%20Lingkungan%20Hidup%20dan%20Kehutanan,dihasilkan%20oleh%20270%20juta%20penduduk.
Umumsetda.bulelengkab.go.id.
(2019, 8 Mei). 3R (Reuse – Reduce – Recycle) Sampah. Diakses pada 5 April 2021,
dari https://umumsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/3r-reuse-reduce-recycle-sampah-49
Environment Indonesia. (2015, 5
November). 3R (Reuse reduce Recycle) Sampah. Diakses pada 5 April 2021, dari https://environment-indonesia.com/3r-reuse-reduce-recycle-sampah/
0 komentar:
Posting Komentar