31.3.21

PLOGGING: CARA JAGA KESEHATAN DIRI DAN LINGKUNGAN

Tugas Psikologi Lingkungan Semester Genap 2020/2021

Dosen Pengampu: Dr. Arundati Shinta, MA

ANDI PURNAWAN / 19310410002

Fakultas Psikologi Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

Menjaga kesehatan merupakan suatu hal yang vital dilakukan oleh seseorang. Pentingnya menjaga kesehatan didasari oleh alasan bahwa kesehatan merupakan tanggung jawab diri seseorang. Namun kesehatan diri dirasa belum sempurna apabila tidak didukung dengan kepedulian terhadap kesehatan lingkungan. Hal tersebut mengingat bahwa kondisi atau keadaan lingkungan bergantung dengan diri seseorang selaku masyarakat yang membangun lingkungan itu sendiri. Lingkungan sehat mencerminkan orang-orang dalam masyarakat lingkungan tersebut sehat dan menandakan perilaku yang pro lingkungan. Permasalahannya seseorang cenderung egois dengan lingkungannya sendiri. Hanya mementingkan kesehatan dirinya dan mengabaikan kesehatan lingkungan sekitarnya.

Salah satu indikator pro lingkungan dapat dilihat dari upaya seseorang dalam pencegahan limbah atau sampah (Kaiser dalam Palupi & Sawitri, 2017). Tindakan atau upaya untuk pencegahan sampah salah satunya adalah melakukan kegiatan plogging. Plogging merupakan kombinasi dari jogging (olahraga lari) dan istilah Swedia “plocka upp” yang berarti mengambil, menyapu dunia dan jalanan sampai bersih dari sampah (Kompas.com, 2018). Hal tersebut yang menggerakkan penulis untuk melakukan plogging sebagai upaya menjaga kesehatan diri dan menjaga kesehatan lingkungan sekaligus. Berikut merupakan laporan kegiatan plogging saya di pagi hari dengan tempat dan waktu yang berbeda-beda:

1) Plogging pertama pada hari Rabu, 03 Maret 2021 di Stadion Sepak Bola Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, DI Yogyakarta. Awalnya hanya berniat jogging biasa, namun saat lari dan mendapat setengah putaran saya melihat banyak sampah plastik bungkus makanan di bagian belakang stadion. Pada saat itu belum terlihat petugas kebersihan yang bekerja untuk itu saya mengambil trashbag dan memungut sampah yang berserakan. Sampah yang terkumpul lumayan banyak ± 5 kg terkumpul. Saat itu saya melakukan plogging dengan tiga kali putaran.


2) Plogging kedua pada hari Minggu, 07 Maret 2021 di kompleks perumahan dan kos Karang Gayam, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, DI Yogyakarta. Sekitar jarak tempuh 1 km, saya membawa trashbag dan mengumpulkan sampah-sampah di pinggir jalan. Terkumpul ± 4 kg sampah yang berupa plastik dan kertas.


3) Plogging ketiga pada hari Minggu, 14 Maret 2021 di putaran Alun-Alun Selatan, Yogyakarta. Seperti pada pligging pertama, niatan awal hanya ingin jogging namun melihat banyak sampah yang berserakan di lapangan, saya berinisiatif meminta trashbag pada petugas kebersihan. Kali ini saya sangat senang karena karena terdapat beberapa orang yang membantu mengumpulkan sampah yang berserakan.



4) Plogging keempat hari Minggu, 21 Maret 2021 di sepanjang Jln. Perumnas Seturan, Caturtunggal, Depok, Sleman. Sampah yang terkumpul ada ± 6 kg. Seperti pada plogging-plogging sebelumnya, setelah plogging saya menitipkan sampah yang sudah terkumpul kepada petugas sampah keliling.


Kegiatan plogging sangat menguras tenaga. Tidak hanya itu, saat plogging berlangsung banyak orang-orang yang melihat saya dengan berbagai ekspresinya. Mau tidak mau jika hendak melakukan plogging harus dengan tekad yang kuat dan tahan malu. Namun kesempatan tersebut saya manfaatkan untuk “menampar” masyarakat akan pentingnya kesadaran dan tanggung jawabnya dengan lingkungan. Minimnya perilaku pro lingkungan terlihat pada tempat-tempat umum yang masih banyak sampah yang berserakan.

 

Referensi:

Kompas.com. (2018). "Plogging", tren olahraga dari Swedia untuk selamatkan bumi. Kompas.com. March 29. Retrieved on March 31, 2021 from:

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/29/081430720/plogging-tren-olahraga-dari-swedia-untuk-selamatkan-bumi

Palupi, T. & Sawitri, D.S. (2017). Hubungan antara sikap dengan perilaku pro-lingkungan ditinjau dari perspektif theory of planned behavior. In Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning. 14(1), 214-217.

 


0 komentar:

Posting Komentar