Pemanfaatan Air untuk Budidaya Jamur Tiram Putih
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Trias Sabila Rahmah / 19310410036
Mata Kuliah :
Psikologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Dr. Arundati Shinta, MA.
Air adalah
salah satu dari sekian banyak sumber
daya alam yang
penting untuk kehidupan dan
pembangunan. Menurut Pristianto (2010) peningkatan populasi dan
pembangunan menyebabkan
peningkatan kebutuhan terhadap
sumber daya air. Keberadaan air adalah suatu hal yang wajib atau mutlak dibutuhkan
oleh kehidupan manusia untuk menunjang kehidupannya.
Pada produksi
pangan dan pertanian, air menempati posisi salah satu unsur yang sangat
penting. Air menjadi faktor kunci keberlanjutan pertanian yang mana apabila air
tidak tersedia maka produksi pangan dapat terhenti. Selain itu, masih banyak peran
penting air dalam sektor pertanian. Peran tersebut di antaranya adalah untuk
membasahi tanah di lokasi pertanian, menyuburkan tanah di area pertanian,
mengisi cairan tubuh tanaman pada pertanian, membantu memelihara atau menjaga
suhu tanaman di lokasi pertanian.
Jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan bahan sayuran yang mulai banyak diminati di Indonesia. Jamur ini memiliki aroma yang khas karena mengandung muskorin, dan penting bagi kesehatan karena mampu menyediakan kebutuhan gizi manusia tanpa harus menaikkan tekanan darahnya (Riyanto, 2010).
Budidaya
jamur tiram putih relatif mudah dan murah. Selain bahan baku utama seperti
media serbuk gergaji atau yang bisa disebut baglog yang berlimpah, jamur
termasuk tanaman yang tahan terhadap hama dan mudah beradaptasi dengan
lingkungan. Jamur digolongkan sumber pangan organik bebas pestisida (Sutarman,
2012). Namun, permasalahan yang terjadi adalah jika suhu ruangan untuk budidaya
jamur terlalu panas, maka jamur tidak akan tumbuh secara maksimal.
Jamur tiram merupakan salah satu jenis tanaman pertanian yang sangat membutuhkan air. Pada budidaya jamur tiram, air berfungsi untuk menjaga kelembaban suhu agar jamur dapat berkembang dengan baik.
Pada
umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran temperatur antara 22 - 28º untuk daerah
Bandung, misal siang hari dalam ruangan, kisaran temperatur tersebut dapat
dicapai, demikian juga untuk dataran rendah (misal: Jakarta), dengan temperatur
di atas 28°C pada siang hari masih dapat tumbuh walaupun agak terhambat dan
hasil terbatas (Suriawiria, 2000). Pada lingkungan dengan cuaca panas, jamur
tiram membutuhkan air untuk menjaga suhu tetap pada kisaran 22 hingga 28
derajat. Caranya dengan menyiram lantai ruangan tiap pagi dan sore hari serta
menyiram baglog (media tanam jamur yang berupa serpihan kayu) tiap sore hari.
Untuk
menghadapi situasi yang tidak mendukung untuk bertani jamur tiram putih yaitu seperti
suhu yang terlalu panas, air dapat menjadi penolong yang dapat digunakan untuk
menjaga suhu ruangan jamur sehingga jamur tetap bisa tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Daftar Pustaka
Pristianto, H.
(2010). PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR YANG BERKELANJUTAN DI KOTA SORONG. JURNAL “MEDIAN”, Volume II
Nomor 1
Riyanto, F.
(2010). PEMBIBITAN JAMUR TIRAM (Pleurotus ostreatus) DI BALAI PENGEMBANGAN DAN
PROMOSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (BPPTPH) NGIPIKSARI SLEMAN, YOGYAKARTA.
Tugas Akhir. Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret Surakata
Suriawiria, H. (2000).
Sukses Berargrobisnis Jamur Kayu:
Shitake, Kuping, Tiram. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sutarman. (2012).
Keragaan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Pada Media Serbuk
Gergaji Dan Ampas Tebu Bersuplemen Dedak Dan Tepung Jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 12(3)
0 komentar:
Posting Komentar