Oleh:
Alia Nanda Rumekti
19310410066
Dosen pengampu:
Dr. Arundati Shinta, M. A
Essay kedua Ujian
Tengah Semester 4 Psikologi Lingkungan
Fakultas Psikologi
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta
Sampah
adalah salah satu kata yang kerap terdengar di telinga kita sebagai suatu
permasalahan yang tak kunjung rampung. Sampah yang dijumpai setiap harinya merupakan sisa
dari aktivitas manusia mulai dari ativitas industri dan rumah tangga yang menghasilkan
berbagai bentuk dan ukuran (Novita, 2016). Berbagai jenis sampah
terutama sampah anorganik tentu dapat didaur ulang menjadi kerajinan. Kerajinan
berbahan dasar sampah sedang cukup digemari oleh milenial. Kerajinan ini cukup
digemari karena mengasyikkan dan memiliki nillai ekonomi yang cukup
menjanjikan. Alasan lain yaitu para perajin sampah ini dianggap sebagai
penyelamat lingkungan. Lantas apa keuntungan menjadi perajin sampah?
Generasi
milenial tentu sudah cukup mengetahui tentang kerajinan sampah. Berbagai
seminar dan pelatihan tentang pengolahan sampah menjadi kerajinan pun sangat
banyak. Namun persoalannya adalah sampah masih saja menumpuk dan mengotori
pemukiman. Sedangkan milenial yang “katanya”
peduli sampah ternyata tidak sepenuhnya mengetahui keuntungan-keuntungan yang
akan didapatkan jika menjadi perajin sampah.
Ada
beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menjadi perajin sampah,
dintaranya:
1. Relasi
dan ilmu yang bertambah
Milenial
yang peduli sampah dapat tergabung dalam komunitas perajin sampah. Seseorang yang
bergabung ke komunitas, tentu akan mendapatkan tambahan relasi dan ilmu baru
yang berasal dari masing-masing individu di komunitas tersebut.
2. Penyelamat
Lingkungan
Para
perajin sampah biasanya akan disebut sebagai penyelamat lingkungan. Hal ini
disebabkan karena aktivitas perajin sampah dapat membersihkan lingkungan dari
sampah. Kebersihan ini dapat mengubah lingkungan menjadi bebas pencemaran dan
lebih sehat.
3. Penghasilan
tambahan
Milenial
perajin sampah sangat mungkin mendapatkan penghasilan tambahan dari sampah yang
diolahnya. Hanya dengan mengumpulkan sampah dan menjualnya ke bank sampah, sudah
bisa menghasilkan uang. Apalagi jika sampah-sampah tersebut diolah menjadi
kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini tentu an menghasilkan
penghasilan yang lebih bagi para milenial ini.
Melalui uraian di atas dapat diketahui bahwa banyak keuntungan yang
dapat diperoleh dari menjadi perajin sampah. Keuntungan tersebut membuktikan bahwa sampah
yang sering yang sering dipandang tidak berharga, ternyata dapat menjadi berkah
dan emas (A. Shinta, 2019). Dengan demikian,
pengetahuan,sikap, dan perilaku generasi milenial yang peduli sampah ini perlu
dikembangkan. Karena mereka bukan hanya akan mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri,
tetapi juga menghadirkan manfaat bagi lingkungan.
Daftar
Pustaka:
Novita. (2016). Jurnal Biotik: Teknologi Daur Ulang Limbah
Tekstil Pada Yang Dikoleksi Dari Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Gampong Jawa
Banda Aceh, ISSN: 2337-9812, 4(2), 111.
Shinta, A., 2019. Penguatan Pendidikan Pro-Lingkungan
Hidup di Sekolah-Sekolah Untuk Meningkatkan Kepedulian Generasi Muda Pada
Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Best Publisher.
Sumber
Gambar:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho1s4Ki85_r19UKOMqn69vF5apBMr3Z1QfuAbbdJ_dnUL7rRmLKAJpMbdnzT25X1aW7_gfKs_KGTlBCJYltQ96pkM5PlOeFLgyR81rzGJ3UEC4w3M08AnpkIMsNWvMq0p8aUVu7K9vs05X/s1600/bank_sampah.jpg
0 komentar:
Posting Komentar